Takdir Membawa Cinta
Hidup adalah sebuah ruangan kosong yang selalu kita isi dengan beragam kisah cerita.
Suka atau duka tergantung kita yang mendeskripsikannya.
Namun apa daya, kita hanyalah seorang manusia yang diibaratkan sebuah wayang dan semua skenario telah ditetapkan oleh sang dalang.
Ada kala kita merasa diri kita tak berguna, apapun yang dilakukan selalu sia-sia, dan merasa tak bermakna sedikitpun.
Namun takdir tak seburuk itu, rencana Tuhan yang indah tak akan datang terlambat, tidak pula cepat, namun semua akan datang diwaktu yang tepat.
Jalani hidup ini seperti air yang mengalir, tenang juga menyejukkan. Tak perlu sibuk mencari cinta sejati, sejauh apapun cinta itu, ia akan datang terbawa angin.
Bersyukur adalah salah satu cara mendekatkan diri pada yang maha kuasa, apapun yang terjadi baik buruknya kehidupan semua tak luput dari kehendakNya. Dan yakinlah bahwa semua akan indah pada waktunya.
***
Vabilla Ahsyaniza adalah seorang gadis manis yang nasibnya kurang beruntung.
Sejak kecil dia ditinggal pergi oleh ibunya, kira-kira waktu itu ia baru berumur 5 tahun. Ia diberikan kepada ayah dan ibu tirinya.
Dia merasa sangat sedih, dia merasa hidupnya sama sekali tidak diinginkan. Namun apa daya, dia tak bisa berbuat apa-apa. Dia masih terlalu kecil saat itu.
Billa berjalan menyusuri koridor dengan setumpuk buku paket ditangannya. Tugas yang Bu Inda berikan membuatnya sangat kerepotan, dia menggerutu sendiri tak karuan.
'Kenapa aku sih yang harus bawa buku-buku ini? Kan banyak murid lain.' Kesal Billa dalam hati.
Dari arah yang berlawanan terlihat Bisma yang sibuk dengan ponselnya, dia tak melihat Billa yang kewalahan dengan buku-bukunya, hingga...
Bukkkk...
Tabrakanpun tak terhindarkan.
Billa terjatuh dan buku-buku yang dia bawa seketika berserakan dilantai.
"Astagfirulloh." Ucap Billa spontan saat dirinya tersungkur.
Bisma begitu kaget, dia merasa bersalah karena telah menabrak perempuan itu.
Billa dengan kesalnya kembali memunguti buku-buku itu. Ia merasa sangat tidak beruntung, sudah jatuh tertimpa tangga pula, fikirnya.
Bisma tak hanya tinggal diam, dia segera berjongkok dan membantu Billa memunguti buku-buku yang berserakan itu.
"Gue minta maaf ya, gue nggak sengaja." Ucap Bisma dengan suara lirihnya.
Billa menoleh kearah Bisma, dalam kekesalanpun dia berusaha untuk tetap tersenyum, walaupun senyum yang dipaksakan.
"Ya, nggak apa-apa." Balas Billa singkat sambil tersenyum kearah Bisma.
Bisma menatap Billa, senyumnya begitu menawan, tatapan mata lentiknya begitu menusuk jauh kedalam jiwa Bisma, wajah perempuan itu terlihat berbinar-binar meneduhkan hati Bisma, suaranya terdengar begitu indah.
Bisma tak sadar dia terus memuji kecantikan gadis itu didalam benaknya. Dia sangat mengagumi Billa saat pertama melihat senyumnya.
Dia terus memperhatikan sosok sempurna yang ada dihadapannya. Dia tak tau apa yang baru saja merasuki fikirannya, semua ruang dikepalanya seketika terisi oleh sosok perempuan itu hingga dia tak dapat lagi memikirkan hal yang lain.
Apa ini yang dinamakan cinta pada pandangan pertama? Batin Bisma.
Billa melihat Bisma yang memperhatikannya dengan tatapan aneh menurutnya.
"Maaf, bukunya." Ucap Billa lirih.
Bisma seketika tersadar dari khayalan-khayalan anehnya itu, sedetik kemudian dia tersenyum mendengar ucapan Billa.
"Eh, iya." Ucap Bisma sedikit gugup.
"Gue bantu ya, sebagai permintaan maaf." Lanjut Bisma.
Billa menatap Bisma, tawaran yang sangat bagus, itu bisa mengurangi sedikit bebannya, fikir Billa.
Bisma terlihat grogi mendapat tatapan seperti itu, dia merasa ada yang aneh dengan perasaannya. Ingin rasanya waktu berhenti sesaat untuk menikmati keindahan wajah gadis itu.
"Ya udah." Balas Billa, dia memberikan sebagian buku yang dia pegang.
Bisma kembali tersenyum, dengan senang hati dia menerima buku-buku itu.
"Ini kita bawa ke perpuskan?" Pertanyaan Bisma begitu konyol.
"Iya." Balas Billa singkat.
Mereka mulai berjalan menuju perpustakaan.
Bisma merasa begitu bahagia, entah mimpi apa dia semalam, hari ini dan tanpa disangka dia menemukan sebuah rasa yang begitu indah menurutnya.
Billa merasa aneh dengan laki-laki yang baru ditemuinya itu, atau mungkin itu hanya perasaannya saja.
Diapun segera menepis fikirannya itu dan bersikap biasa saja.
"Oh ya, nama loe siapa?" Tanya Bisma memulai pembicaraan.
Billa tak menjawab, dia malah mengerutkan dahi mendapat pertanyaan seperti itu.
Billa memberikan buku-buku yang ia bawa kepada petugas perpustakaan. Bismapun melakukan hal yang sama, setelah itu merekapun bergegas meninggalkan perpus.
Bisma masih menunggu Billa, dia terus memperhatikan perempuan itu untuk mendengar jawaban dari mulutnya.
Namun perempuan itu masih saja bungkam.
"Jadi gimana?" Tanya Bisma bodoh.
"Gimana apanya?" Billa balik bertanya.
"Gue Bisma, jadi nama loe siapa?" Tanya Bisma sambil mengulurkan tangannya.
"Kalo kita ketemu lagi aku akan kasih tau." Balas Billa yang membuat Bisma mengerutkan dahi.
"Kenapa gak sekarang aja?" Tanya Bisma penasaran.
"Maaf ya, aku buru-buru. Makasih udah bantu, aku duluan!" Ucap Billa yang dengan cepat berlalu meninggalkan Bisma.
"Hey!" Seru Bisma namun Billa telah terlanjur menjauh darinya.
'Aneh.' Fikir Bisma.
Bisma tersenyum sendiri mengingat wajah manis milik gadis itu. Sungguh perasaan itu begitu indah, Bisma tak bisa memungkiri jika dirinya telah jatuh hati kepada Billa.
***
Billa memasuki pekarangan rumahnya dengan langkah gontai. Dia sedikit cemas dengan apa yang akan terjadi.
Ya, ibu tirinya itu sangat kejam, apa lagi hari ini Billa pulang sedikit terlambat, pastilah itu dijadikan alasan ibu tirinya memarahi Billa.
Billa membuka pintu rumahnya, terlihat wanita paruh baya itu tengah menonton televisi sambil menopang kaki.
Sedetik kemudian ibunya tersadar akan kepulangan Billa. Lalu dengan wajah arogannya dia menghampiri Billa.
"Hey! Dari mana aja kamu?" Tanya Tante Vera dengan nada membentak.
"Aku nggak kemana-mana kok mah, ada insiden kecil aja tadi di sekolah." Jawab Billa.
"Alah, bohong kamu. Jangan-jangan kamu keluyuran dulu ya?" Tanya Tante Vera dengan kecurigaannya.
"Nggak mah, beneran tadi aku dikasih tugas sama Bu Inda, kalo nggak percaya mama telfon aja Bu Indanya." Jawab Billa untuk meyakinkan ibu tirinya itu.
"Berani kamu ya perintah-perintah saya, awas aja kalo kamu ketauan keluyuran main-main diluar sana." Ucap Tante Vera.
Billa tertunduk mendengar perkataannya.
"Tunggu apa lagi? Malah diam, cepat kerjakan itu cucian sudah banyak sekali, saya pusing lihatnya." Ucap Tante Vera dengan geramnya.
"Aku ganti baju dulu mah." Ucap Billa hendak berlalu.
"Ehh, nggak usah ganti-ganti dulu, kelamaan, cepat kamu kerjakan sekarang! Udah pada bau amis semua." Ucap Tante Vera sambil menutup hidungnya.
Billa tak mungkin menolak perintah ibu tiri, dia segera bergegas menuju dapur dan mulai mengerjakan pekerjaan rumah tangga yang tak seharusnya dia lakukan.
Dia cukup sadar diri, siapa posisinya dirumah ini, dia tak berani melawan ibu tirinya. Semua yang ibu tirinya perintahkan segera dia laksanakan.
Sambil mencuci piring-piring kotor, Billa membayangkan saat kejadian itu. Ya, saat dimana ibunya meninggalkan dirinya didepan rumah ini, rumah ayah kandungnya.
Suatu pagi Billa dan ibunya mendatangi sebuah rumah yang cukup besar. Billa belum mengerti apa yang terjadi saat itu.
Tiba-tiba keluarlah seorang laki-laki paruh baya yang ibunya sebut itu adalah Papa kandung Billa. Billa merasa senang karena ternyata dia memiliki keluarga yang untuh.
"Aku titip Billa sama kamu, aku udah nggak sanggup membesarkan dia dalam keadaan seperti ini. Aku udah cape. Aku mau pergi mencari kebahagiaan aku sendiri." Ucap Mama.
"Kamu yakin? Tapi Billa lebih membutuhkan seorang ibu ketimbang ayahnya." Balas papa.
"Aku mohon mas, biarin aku bahagia, udah cukup selama ini aku menderita dengan keadaan ini. Aku ingin memulai hidup baru tanpa dibayangi masa lalu." Ucap Mama, Billa melihat air matanya yang mulai menetes.
"Iya, saya mengerti tapi bagaimana dengan Vera? Dia nggak mungkin bisa terima Billa, dia pasti akan marah." Ucap Papa.
"Tapi kamu adalah ayah kandungnya, aku yakin kamu bisa membesarkan Billa dan menjaganya." Ucap Mama.
Papa terdiam, dia sedikit berfikir.
Langkah apa yang harus dia ambil dalam keadaan seperti ini?
Bagaimanapun juga Billa adalah putri kandungnya, diapun tak mungkin menelantarkan anak sekecil itu dan membiarkannya hidup kesusahan.
"Baiklah, saya akan membesarkan Billa." Ucap Papa akhirnya.
Mama tersenyum mendengar penuturan papa, sedetik kemudian dia berjongkok menyamai posisi Billa.
"Nak, baik-baik ya disini! Mama pergi dulu, kamu jangan nakal ya, tinggallah bersama papa kamu." Ucap Mama yang mengusap rambut Billa.
"Mama mau kemana? Aku ikut, aku nggak mau disini." Ucap Billa sambil menangis.
Dia sedikit mengerti dengan keadaan, diapun tau jika ibunya itu akan pergi meninggalkannya disini.
Mama memeluk Billa dengan erat.
"Ini semua demi masa depan kamu nak! Hidup kamu akan susah kalau terus sama mama, Mama janji suatu hari kita akan bertemu lagi. Kamu jaga diri baik-baik ya, nak!" Ucap Mama.
Sedetik kemudian dia melepaskan pelukkannya.
Diapun segera berlalu, dia tak akan sanggup menahan air matanya jika harus lebih lama lagi berada disana.
"Mamaa..." Teriak Billa sambil menangis, dia berusaha untuk mengejar ibunya.
Namun papa segera menahannya.
"Mulai sekarang kamu tinggal sama papa ya, nak!" Seru papa, dia berusaha menenangkan putri kecilnya itu.
Tangis Billa semakin kencang, dia begitu takut berada ditempat asing tanpa ibunya.
Dia tak tau apa yang harus dia perbuat disana, dia merasa sangat ketakutan.
Tiba-tiba seorang wanita paruh baya datang sambil membawa belanjaannya.
Dia mengerutkan keningnya ketika melihat suaminya tengah merangkul seorang anak kecil.
Diapun segera menghampirinya.
'Anak siapa itu, pa?' Tanya Tante Vera.
"Dinar ninggalin Billa disini." Jawab papa dengan wajahnya yang terlihat kusut.
Seketika matanya membulat dengan sempurna mendengar penuturan suaminya itu.
"Apa? Jadi dia anak haram itu?" Tanya Tante Vera dengan kagetnya.
Billa semakin ketakutan ketika mendengar perkataan Tante Vera.
"Iya, papa mohon biarin Billa tinggal disini." Ucap papa.
"Aku nggak sudi ya, pa! kembaliin dia sama si Dinar itu!" Seru Tante Vera dengan nada tinggi.
"Tapi dia sudah pergi. Lagi pula Billa adalah anak kandung papa, papa nggak mungkin menelantarkan dia." Ucap Papa.
Tante Vera menoleh kearah Billa, tatapannya terlihat sangat menyeramkan menurut Billa.
"Kalau gitu, kita bawa dia kepanti asuhan!" Ucap Tante Vera kemudian.
"Astagfirulloh, ya nggak mungkin mah! Billa masih punya saya, papa kandungnya." Ucap Papa.
"Mama nggak mau tau, pa! Mama nggak sudi kalau harus melihat anak haram ini setiap hari, apa lagi mengurusnya. Mama nggak sudi. Mama takut kalau anak ini nantinya akan membawa sial buat keluarga kita." Ucap Tante Vera.
Papa terlihat kebingungan menghadapi tante Vera.
"Pergi kamu dari sini!" Ucap Tante Vera sambil menyeret tangan kecil Billa.
Tangis Billa semakin menjadi-jadi ketika mendapat perlakuan seperti itu.
Namun dengan segera papa menepis Tante Vera.
"Mama, cukup! Ini adalah keputusan papa. Mulai hari ini Billa akan tinggal disini dengan atau tanpa izin mama." Ucap papa dengan tegas.
Tante Vera terlihat sangat kaget, dia sangat tak menyangka dengan keputusan yang diambil suaminya itu.
Dia lebih memilih anak haramnya bersama dengan perempuan lain ketimbang istinya yang sudah bertahun-tahun mengabdi kepada dirinya.
"Papa beneran tega sama mama, papa sudah hianatin mama, sekarang papa juga tega perlakukan mama seperti ini!" Ucap Tante Vera dengan nada tinggi.
Billa tak berhenti menangis, apa lagi ketika mendengar semua pertengkaran itu.
Apa yang harus dilakukan oleh anak sekecil itu dalam keadaan seperti ini? Ketika ayah dan ibunya tidak menginginkan kehadirannya.
Sejak saat itu dengan terpaksa dan segala kontrofersi yang ada Billa tinggal bersama ayah kandung dan ibu tirinya.
Rumah itu sangat tidak nyaman untuk ditinggali. Dan semenjak itu pula ayah dan ibu tirinya selalu bertengkar.
Tak terasa air mata Billa mengalir mengingat kejadian itu, andai saja ibunya tak meninggalkan dirinya dirumah ini, mungkin Billa tak akan merasakan semua kesedihan ini.
Jika dia boleh memilih, lebih baik dia tidak memiliki ayah dan hidup dengan ibu kandungnya walaupun dalam keadaan sesulit apapun.
Namun takdir berkata lain, Billa menjadi korban dari keegoisan orang tuanya. Mereka hanya memikirkan kesenangan masing-masing. Mereka sama sekali tak menginginkan kehadiran Billa.
Keberadaannya adalah sebuah kesalahan besar bagi kedua orang tuanya.
Billa terus mencuci piring-piring yang kotor itu. Ia tidak bisa terus menerus ada dalam keterpurukan, dia harus tabah dan ikhlas menjalani semua ini, jika bukan dirinya sendiri lalu siapa yang akan menguatkan hatinya?
"Bill? Kamu nggak apa-apa?" Tanya Rafael yang baru saja datang.
Sebenarnya dia hanya ingin mengambil air, namun dia melihat adik tirinya itu sedang bersedih, dia berusaha untuk menghiburnya.
Billa menoleh kearah Rafael sambil tersenyum, senyum yang dipaksakan.
"Nggak apa-apa Co, aku udah biasa." Ucap Billa lirih.
"Coco bantu ya, ini taruh dimana?" Tanya Rafael.
"Yang udah beres taruh dirak aja langsung Co! Makasih ya udah mau bantu." Jawab Billa yang masih sibuk dengan piring-piringnya.
"Apa sih pake terimakasih segala?" Ucap Rafael, dia mulai membereskan piring-piring itu.
Billa kembali tersenyum mendengar hal itu, dia masih memiliki sedikit keberuntungan.
Ya, Rafael adalah keberuntungan itu. Untung saja dia memiliki kakak tiri yang bisa menerima kehadirannya.
Billa tak tahu apa jadinya jika Rafael tak ada, mungkin dia tak akan bertahan sampai sejauh ini.
***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Agustina Kusuma Dewi
kesini lg setelah bukan kesalahan takdir.. 😘😍
2022-05-03
0
☠Mia Novita
aku mampir kak. Bantul support juga ya
2022-02-23
0
ohana
start baca.... hbis baca sherin sama nindi
2022-02-02
0