"Kalian ini sudah besar. Jangan buat Kak Desy marah seperti tadi. Jadi pacarmu itu yang mana Rey? Ayah bingung. Kamu itu terlalu banyak membawa perempuan kesini," ucap Ayah David dengan santainya hingga membiat Clara melotot ke arah Rey.
Tangan Rey langsung menggenggam erat tangan Clara mencoba menenangkan gadis itu agar tetap mempercayainya.
"Clara, Ayah. Dia calon istri Rey," ucao Rey lantang dan mencium punggung tangan Clara.
"Ayah terserah kamu. Memebbaskan kamu memilih sekian banyak wanita yang semlat dekat dengan kamu. Kalau pada akhirnya pilihan kamu jatuh pada Clara. Tugas Ayah hanya merestui. Usia kamu gak muda lagi, jangan sampai kamu telat merasakan surga dunia," goda Ayah sambil mengedipkan satu matanya kepada Rey.
"Ohh kalau masalah itu gak akan ketinggalan Ayah. Makanya Rey pilih Clara. Sudah di DP ini," ucap Rey jujur.
"Apa? Kalian?" ucap Bunda Silva keras. Ia terkejut bukan main dengan ucapa Rey.
Rey langsug menutup mulutnya dan melirik ke arah Clara.
"Ahh bukan seperti yang Bunda bayangkan. DP itu maksud Pak Rey beradal dari singkatan, Dapat Perawan," ucal Clara tambah bingung dengan ucalan spontannya.
"Hah? Dapat Perawan? Memang Rey sudah?" ucapan Bunda Silva langsung di cela Ayah David.
"Pikiran Bunda itu lho. Rey anak baik gak mungkin merusak anak gadis. Kita harus percaya," ucap Ayah David pelan sambil mengedipkan satu matanya pada Rey.
Acara makan malam kali ini sungguh di kuar dugaan dan sangat berantakan. Setelah makan malam Rey segera membawa Clara kembali ke kostnya. Butyh waktu memang berkenalan dengan keluarga Rey yang sedikit ajaib. Apalagi meluluhkan hati Kak Desy.
"Gimana? Bunda? Ayah dan Kak Desy" tanya Rey pelan kepada Clara yang duduk diam di kursi penumpang.
"Baik kok. Clara senang dan tidak ada komentar," ucap Clara pelan. Sepertinya Clara ingin pergi saja dari kehidupan Rey. Percuma juga meneruskan hubungan yang tak pernah ada cinta sebelumnya. Clara juga tidak yakin dnegan Rey. Bisa saja, lelaki itu hanya ingin mwngambil keuntungan dari Clara. Menghisap madu Clara hingga benar -benar habis tak bersisa lalu di tinggalkan begitu saja hingga latubdnegan sendirinya. Seperti bunga yang selalu bernasib sama saat kumbang sudah tak mau hinggap pada putik bunga. Itu tandanya sari madu bunga iru sudah tak ada lagi.
"Hanya itu? Tak ada lagi?" tanya Rey pelan.
Satu tangannya menarik tangan Clara dan di letakkan di pahanya yang keras dan berotot.
Hujan deras turun sejak tadi saat keluar rumah Rey hingga menemani perjalanan mereka yang sunyindan senyap.
Tiba -tiba ...
Mesin mobil Rey mati. Berulang kali Rey menyalakan mesin mobil itu tapi tak kunjung menyala juga. Hujan masih deras dan berkabut. Agak kesuliran juga bila harus membuka kap mesin dan tak ada payung di dalam mobil ini.
"Kenapa berhenti?" tanya Clara pelan.
Jujur Clara takut. Ini tempat begitu gelap dan sunyi dan menyeramkan sekali.
"Mesinnya mati. Gak tahu mesinnya atau bensinnya habis?" ucap Rey pelan dnegan suara ragu. Ia tadi tak mengecek bagia bensin masih ada atau tidak.
Pikirannya saat ini hanya tertuju pada Clara dan Clara saja. Pikirannya hanya mesum saja. Clara memang sudah berhasil membuat Rey candu.
"Terus gimana Pak? Masa gak pulang. Clara ngantuk," ucap Clara pelan menatap kaca jendela yang tertutup dengan derasnya hujan.
"Tidur di belakang saja. Ada bantal dan selimut," ucap Rey pelan. Ia mengunci semua pintu dan menutup kaca jendela denagn tirai mobil. Termasuk kaca depan mobil yang di tutup dengan penutup sebagai anti tembus panas.
Kaca jendela di buka sedikit di bagian samling tempat Rey duduk unyuk mengantarkan hawa dan sirkulasi udara tetap baik.
Clara melirik bangku kosong di belakang. Memang ada dua bantal dan selimut tipis di sana.
Tahu aja, Clara paling tidak bisa tidur tanpa selimut.
Clara pun berdiri di jok dan berjalan ke belakang dengan meloncat. Lalu duduk di jok belakang. Melepaskan tas slempangnya dan di letakkan di kursi depan.
Tubuhnya mulai di rebahkan dan ditutupi dengan selimut.
Rey juga menurunkan sandaran jok kursinya hingga menyentuh ke belakang dekat kaki Clara. Tubuh Rey menyamping menatap Clara yang sudah memejamkan kedua matanya. Tangannya mulai iseng memegang tangan Clara dan mengusap -usap punggung tangan Clara lembut.
Niatnya memang ...
"Arghhh ... Kenapa si joni bangun sih?" ucal Rey lirih.
Rey mulai gelisah dan tak enak berada di kursinya.
Iya pun membenarkan sandaran kursinya dan ikut ke belakang. Tanpa aba -aba ia langsung tiduran dibatas tubuh munhil Clara.
"Pak ...." ucap Clara pelan. Bibir itu langsung tersumpal dengan bibir Rey yang tebal dan sedikit berdaging lunak.
Tak ada kata tidak mau. Kalau hasrat yang berbicara. Awalnya tak mau pun bisa terhanyut suasana dan malahan bisa lebih gila melakukan hal ini. Namanya juga maksiat.
Eunghh .... leguhan Clara sudah lolos entah ke berapa kalinyaa. Rey juga seperi kesetanan yang melakukan terus menerus tanpa ada rasa bosan kepada Clara.
Segala posisi sudah di coba. Mungkin kalau orang melihat mobil bergoyang. Ini yang sedang terjadi pada mobil Rey dan Clara.
Pakaian atas Clara hanya terbuka sedikit. Rey hanya menaikkan dengan kedua tangannya saat ingin menyentuh gunungan kenyal yang membuat tubuhnya terus terpacu bergerak dan bergoyang.
Pakaian bawah Clara sudah di bhang Rey entah kemana. Proaes itu cepat sekali sepertinya Rey semakin pandai dalam urusan buka membuka. Tingkat kemahirannya perlu di nobatkan mendapatkan gelar doktor "doktor mesum" eh salah "dosen mesum"
Rey sendiri hanya menurunkan celananya saja. Sudah sejak tadi si joni berdiri tegak mencari tempat ternyaman untuk bersembunyi.
Tidak ada habisnya memang kalau sudah di hadapkan pada hal berbau dunia permesuman yang ada terus dan terus dan terus semakin lama dan lama. Pentingnya durasi.
"Sudah Pak. Clara lelah," ucap Clara lirih.
Entah berapa kali semburan hangat itu menyemburkan lava yang kental. Begitu pun Rey yang sering merasakan lahar hangat memandikan si joni agar tetap licin dan tetap berdiri tegak sempurna.
"Ekhemmm ... satu ronde lagi ya. Janji satu lagi," ucap Rey memohon dengan wajah yang mulai terlihat lelah.
"Bapak gak capek? Muka Bapak kelihatan capek lho," ucap Clara pelan menatap Rey yang juga menatap kedua matanya.
"Capeknya sama kamu, Clara. Itu bukan capek tapi membuat saya ingin cepat menyatukan kita. Janagn ragu lagi. Bjarkan orang bicara apa tentang masa lalu saya. Soal kenjantanan, hanya kamu yang lernah merasakannya," ucap Rey tersenyum.
Clara menggelengkan kepalanya dan tersipu malu. Kepala Rey mulai tenggelam kembali di dada Clara hingga permainan pun di mulai sampai akhirnya gane over.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 387 Episodes
Comments
Srie wibi
kyaknya kl berbuat menyumbangkan sebelum nikah itu nikmat ya? sll candu trus ya? kl setelah nikah ya tetep nikmat candu tapi gk seseru dan semenggebu gebu sblm nikah deh. coba sj deh🤭
2023-01-06
1
manda_
udah ray cpt tuh nikahin clara jangan lama2 kasihan clara kl keburu hamil Nanti malu terus dihina lagi sama kakak kamu
2023-01-06
1
ainirhmtni🌷
paling ngak suka sama kakanya Rey kata-kata nya bikin sakit hati😌
2023-01-06
1