Clara hanya diam terpaku melihat salad buah buatannya. Bunda Silva pun hanya terkekeh dan berusaha mencairkan suasana malam itu.
Semua sudah di kursi masing -masing. Bunda Silva dan Ayah David sudah duduk berdampingan. Desy juga sudah duduk di samping Ayah David. Renata mengambil tempat duduk yang ada di tengah. Ia sengaja ingin duduk di antara Rey dan Clara. Agar Clara rak berdekatan dengan Rey.
Clara membawa semangkuk besar salad buah dan di letakkan di meja besar bunda itu.
Rey duduk di salah satu kursi itu dan Clara duduk di kursi lain yang masih kosong dan tak ada pilihan lain.
"Ayuk makan semuanya," ajak Ayah David pelan. Ia memulai terlebuh dahulu mengambil makanan yang ada di meja. Dan semuanya adalah hasil karya tanga Clara.
Pertama semuanya nampak aman dan biasa saja. Rey sendiri sudah penuh mengambil makanan di piringnya. Ia lalu berdiri sambil membawa piring itu dan duduk tepat di belakang Clara. Satu kursi makan itu ia tempati berdua. Clara duduk agak maju ke depan karena Rey ikut duduk bersama.
"Sudah biasa kamu suapin. Kalau gak di suapin kayak ada yang beda," cicit Rey sengaja bermanja -manja pada Clara hingga membuat Desy jengah dengan kelakuan Rey yang tidak seperti biasanya itu.
"Pak ... Clara mau jatuh ini. Kursi ini kecil banget lho," ucap Clara berbisik di telinga Rey.
Posisi wajah Rey sengaja di satukan pada pipi Clara. Keduanya saling menempel bagai pinang yang tak terbelah.
Tanpa aba- aba, Rey langsung mengangkat tubuh mungil Clara dan memangku di pahanya yang cukup berotot.
Ingat ya, Rey itu bukan lelaki sembarangan. Ia selalu rajin berolah raga untuk menjaga tubuhnya dan staminanya tetap aman terkendali. Sudah terbukti kan? Itu belum di tambah jamu dan telor setengah matang. Bisa -bisa Clara beneran gak bisa jalan karena pahanya sakit dan pegal -pegal.
"Arghh ...." teriak Clara spontan lalu menutup mulutnya rapat. Semua mata memnadang ke arahnya terutama Renata.
Ya, Renata langsung memasang muka masam dan tatapannya penuh kebencian. Ia sudah berharap menjadi Nyonya dosen, tapi belum terwujud. Niat Renata adalah merebut kembali posisinya seperti dulu. Saay Rey masih mencintainya dan selalu memuja kecantikannya serta otak cerdasnya.
"Kenapa Clara?" tanya Bunda Silva sedikit kaget dan menatap ke arah bawah takutnya ada apandi bagian bawah. Tapi di bawah juga aman, tidak ada binantang yang melata atau menggigit kaki Clara.
"Ekhemm ini Bunda ... anu eh ...." jawab Clara tak jelas.
"Kaget sayang di pangku?" ucap Rey santai dan tenang. Tangan Rey yang kanan menyendokkan makanannya dan yang kiri memeluk perut Clara.
Rey sengaja membuat Renata cemburu dan marah. Di sini Rey juga ingin membalas dendam perlakuan Renata waktu itu. Perlakuan yang sama juga, saat Renata membuat Rey kecewa dan sakit hati.
Bunda Silva melihat perubahan mimik wajah Clara yang terlihat aneh sekali.
"Rey ... Mungkin Clara kesakitan di pangku begitu," ucap Bunda Silva seegra membela Clara.
Ayah David hanya mengangkat wajah sekilas dan tertawa lepas melihat sikap Rey yang masa bodoh itu. Urat malunya sudah lepas sepertinya dan sama sekali tidak malu memangku Clara di depan Ayah dan Bundanya seperti itu.
Rey menyampingkan wajahnya dan menatap wajah Clara. Clara meringis seperti menahan sakit. Clara juga menggigit bibir bawahnya eart sekali tanpa sadar.
"Apanya yang sakit? Ini? Apa tanganku terlalu erat menekan perutmu? Atau kenapa? Tolong beri tahu saya," ucap Rey tegas. Rey pun bingung dengan apa yang di rasakan Clara. Hanya bisa meringis tapi sama sekali tidak bilang ada apa.
"Itu Pak ... bagian bawah," cicit Clara sambil menunjuk ke bagian bawah.
"Apa?" tanya Rey kesal dan menatap wajah Clara.
"Punya Bapak kayaknya lagi keras. Ini ganjel," jawab Clara terbata dan lirih.
Rey langsung mencubit perut Clara hingga Clara makin berteriak spontan.
"Arghh ... Sakit," ucap Clara keras sambil mengusap perutny yang di cubit Rey.
"Rey ... Kamu jangan begitu. Lepaskan Clara. Biar di nikmati makan malamnya sendiri. Lagi pula kamu ini aneh -aneh saja. Gak biasanya manja begini sama perempuan," ucap Bunda menasehati.
Brak!!
Desy menggebrak meja makan besar itu. Tatapannya rajam ke arah Clara dan Rey. Tapi ketajaman mara elangnya itu jelas ia tujukan pada Clara sebagai orang baru yang masuk dalam lingkaran keluarganya.
"Lama -lama Kakak muak lihat kalian berdua!! Terutama kamu, Clara. Kamu tuh seperti wanita gampangan!! Upss ... Maaf kelepasan!! Tapi sebuatn itu memang cocok buat kamu, Clara. Mau bagaimana pun sikap kamu, masakan kamu, dan cara kamu merayu Rey. Kakak tetap gak suka sama kamu dan Kakak punya pilihan sendiri untuk menjodohkan Rey dengan Renata yang sepadan," ucap Desy begitu keras dan lantang.
Nada suara tinggi dengan kedua mata melotot membuat Clara terdiam. Renata yang ada di sebelah Clara pun tersenyum puas kala Kak Desy lebih membelanya dan memujinya.
"Desy ... Duduk atau pergi dari meja ini. Jangan merusak suasana makan malam kali ini!! Hargai Clara, dia tamu spesial kita malam ini. Dia susah payah masak sejak sore untuk makan malam kita. Lagi pula inj kemauan Rey!! Kamu gak bjsa maksa Rey begitu saja. Dia sudah dewasa dan berhak memilih pilihannya sendiri!!" ucap Bunda Silva menasehati Desy putri sulungnya.
Posisi Bunda Silva sebagai penengah di sini. Tidak membela siapa pun.
"Kok Bunda jadi belain dia!!" ucap Desy menunjuk Clara tanpa denagn sopan menyebut namanya. Tatapannya begitu penuh amarah dan penuh rasa kecewa kepada Bunda Silva.
"Sudah Kak. Om ... Bunda ... Clara pamit saja. Terima kasih atas undangan main ke rumahnya Pak Rey. Clara senang sekali bisa mengenal kalian semua," ucap Clara pelan.
Clara seegra melapa pelukan Rey dan bangkit berdiri. Tangan Rey tetap menahan dan menjatyhkan tubuh mungil Clara ke pangkuannya lagi.
"Mau kemana? Saya yang menjemput kamu!! Dan saya juga yang harus mengantar kamu pulang!! Memastikan kamu sampai di rumah kost kamu dnegan selamat tanla kekurangan satu apapun kecuali ...." Rey mengedipkan satu matanya dan tersenyum penuh arti.
"Hah!!" teriak Desy kesal dan pergi meninggalkan meja makan besar itu lalu masuk ke dalam rumah besar.
Renata diam sejenak. Pembelanya hanya Kak Desy. Kalau Kak Desy tidak ada, lalu?
"Permisi, Ayah, Bunda, Rena masuk dulu," cicit Rena dengan suara yang terkesan di buat -buat.
Bunda Silva hanya mengangguk ke arah Renata.
Melihat bangku sebelah kosong. Clara langsung memaksa turun dari pangkuan Rey dan duduk di kursi bekas Renata duduk.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 387 Episodes
Comments
eh Dessy ko lu belain si jalang itu 😏
2023-03-09
0
ckk ngrep bner lu pelacur 😒😏
2023-03-09
0
Srie wibi
hah makan malam penuh drama.
2023-01-06
0