Sesi bimbingan sudah selesai, Clara masih duduk di sofa panjang sambil menutup smeua berkas yang sudah di acc oleh Rey.
Rey menatap ke arah Clara dan tersenyum penuh arti.
"Kau mau liburan? Atau mau tetap di kota ini?" tanya Rey pelan sambil menumpuk beberapa berkas di ujung meja kerjanya.
Terdengar helaan napas panjang dari mulut Clara yang mungil.
"Rencananya memang ingin pulang. Tapi, Clara belum lulus, pasti Mama dan Papa akan marah besar," ucap Clara pelan sambil memasukkan berkas -berkas itu ke dalam tas mika yang khusus untuk menyimpan berkas skripsinya.
Rey menatap lekat ke arah Clara.
"Saya antar pulang ke rumah kamu, sekalian mau kenalan sama Mama dan Papa kamu. Bisa kan?" tanya Rey pelan dengan suara tegas meyakinkan.
Kini giliran Clara yang bengong menatap Rey. Ia bingung dengan permintaan Rey. Bukannya tak mau, tapi kalau banyak pertanyaan, Clara harus jawab apa, nantinya?
"Kok diem? Malah bengong?" tanya Rey pelan menutup laci - laci meja kerjanya.
"Clara mesti jawab apa nanti? Kalau Mama dan Papa tanya tentang Pak Rey?" ucap Clara pelan.
"Bilang dong. Calon suami. Apa mau di lamar sekalian?" tanya Rey denagn wajah serius.
Clara melotot dan menggelengkan kepalanya pelan.
"Candaan Bapak gak lucu. Clara mau pulang ke kost. Ini lengket rasanya," ucap Ckara pelan.
"Yuk. Saya antar. Setelah itu langsung ke rumah saya. Biar kamu tahu rumah saya dan kenal dengan kedua orang tua saya," ucap Rey tenang. Ia mengambil tas kerjanya dan menggandeng Clara.
Ckara langsung melepaskan gandenagn itu dan berjalan di belakang Rey.
"Kenapa? Salah? Saya memggandeng kekasih saya sendiri?" ucap Rey pelan.
"Hah? Apa Bapak bilang barusan? Kekasih? Bapak gak salah bicara? Bapak baru kenal saya. Belum tahu saya bagaimana," ucap Clara meyakinkan dirinya sendiri.
Ia teringat dengan ucapan Vivi yang bilang, ia mengagumi sosok Rey. Tampan, gagah, macho dan tentu kuat di ranjang. Semua yang di ucapkan Vivi memang tepat dan benar. Rey memang memuaskan sekali.
Clara malah tersenyum sendiri. Ia geli dengan ucapan Vivi tadi seolah ia adalah perempuan hina yang mudah di tiduri oleh lelaki.
"Hei ... malah ketawa gak jelas. Kenapa gak mau di gandeng?" tanya Rey pelan sambil merapikan anak rambut Clara.
"Malu Pak. Ini di kampus," jawab Clara pelan.
"Berarti? Kalau di luar kelas kamu mau dong, saya gandeng dan mengumbar kemesraan? Kita kan pasangan kekasih?" ucap Rey begitu yakin dan bangga.
"Bapak yakin? Serius gak sih? Kayak main -main?" tanya Clara yang bingung sendiri.
"Kalau saya gak yakin. Saya gak mengulang terus bersama kamu, Clara. Kalau saya gak yakin, saya gak minta ikut dengan kamu pulang ke rumah orang tua kamu untuk berkenalan. Kalau sta gak yakin, saya gak akan ajak kamu ke rumah saya," tegas Rey denagn suara lantang.
Clara hanya diam menatap Rey. Ia masih ragu. Ia takut salah melabuhkan hatinya kembali setelah kekecewaan beberapa tahun lalu membuat Clara benar benar patah hati dan tidak mau lagi mengenal dan mencintai laki -laki. Ia memilih menjadi seorang jomblowati di bandingkan harus memiliki hubungan khusus dengan lawan jenis.
"Tapi Pak? Clara gak semudah itu percaya. Clara pernah patah hati," ucap Clara memelankan suaranya.
"Saya menyukai sejak malam itu. Jangan pernah ragu pada saya. Saya akan menjadikan kamu ratu dalam hati dan hidup saya," ucap Rey pelan tepat di depan wajah Clara lalu mengecup bibir Clara yang membuka kecil.
Rey langsung berbalik dan membuka pintu lalu keluar bersamaan dengan Clara yang juga keluar dan berdiri di depan Rey. Rey mengunci ruangan kerjanya dan berjalan pelan bersama Clara.
Suasana di kampus sudah mulai sepi dan senyap. Beberapa dosen juga sudah bersiap pulang. Beberapa mahasiswa dan mahasiswi masih terlihat duduk di ruang tunggu sambil mengerjakan tugas kelompok.
Parkiran motor juga sudah sepi hanya terlihat beberapa motor saja dan bisa di hitung dengan jari.
Rey berjalan terlebih dahulu dan Clara mengikuti dari belakang. Beberapa orang yang mengenal Rey, menyapa lelaki itu dengan sopan dan hormat.
Tapi ... Jangan salah. Banyak mata memandang Clara yang berjalan di belakang Rey dan memandang sinis ke arah Clara.
Langkah Rey cepat menuju parkiran mobil dan membuka mobil yang terkunci itu dengan otomatis.
"Ayo masuk." titah Rey dengan suara tegas.
Sikap Rey memang tegas dan dingin kepada siapa pun tanpa terkecuali termasuk pada Clara.
Mesin mobil sudah di nyalakan. AC mobil sudah mulai terasa dingin dan Rey mulai memasukkan porseneleng gigi mobil dan menjalankan mobilmya dengan laju pelan.
Rey semakin tampan dengan kaca mata hitam yang menutupi mata belok dengan bulu mata lentik itu.
"Kita mau kemana Pak? Ini bukan menuju kost Clara," ucap Clara pelan.
"Langsung ke rumah saya saja ya? Gak apa kan?" tanya Rey pelan tanpa melirik kenarah Clara.
"Iya gak apa. Tapi ... ini badan aku lengket semua," ucap Clara pelan.
"Nanti mandi di rumah. Kita mampir di butuk dekat rumah dan beli beberapa pakaian untuk kamu," ucap Rey tegas.
Hari ini memang aneh tapi nyata terjadi. Akhirnya bab satu Clara berhasil di acc oleh Rey, dosen pembimbing pengganti Pak Felix.
Clara menoleh ke arah Rey dan menatap lelaki tampan itu dengan kagum.
"Jangan di tatap terus. Nanti malah jatuh cinta. Kan repot," ucap Rey pelan dengan sikap cueknya.
Clara hanya tersenyum kecut. Ia merasa Rey terlalu sombong untuk urusan ini. Tapi memang kenyataannya Rey itu ganteng. Makanya banyak kaum hawa jatuh cinta padanya. Tapi ... Clara pemenangnya. Bukan salah satu kaum hawa yang mengejar tapi ia malah terpilih. Boleh bangga dong? Sebagai kaum hawa terpilih.
Saking kesalnya Clara menjulurkan lidahnya ke arah Rey dan membuat lelaki itu tak kuasa menahan tawa.
"Kan bener kata saya. Kamu pasti jatuh cinta sama saya. Coba, siapa yabgvgak jatuh cinta sam dosen se -keren dan se -ganteng saya? Saya cukup populer di kalangan mahasiswi kampus dua," ucap Rey dengan rasa percaya diri dan lebih terdengar sombong sekali.
Clara mengusap keningnya yang sama sejaku tak merasakan pusing.
"Bisa gak sih Pak, gak usah sombong itu. Percaya diri Bapak itu terlalu akut sekali," ucap Clara pelan.
"Lho. Saya gak sombong. Memang nyata. Kamu kalau lihat bisa cemburu," ucap Rey pelan dan melirik sekilas ke arah Clara yang terlihat manyun. Sepertinya memang Clara begitu kesal padanya.
"Terserah Bapak lah. Denger ya, Clara gak akan cemburu kalau Bapak dekat denagn siapa pun," ucap Clara tegas.
"Yakin? Kamu gak akan cemburu? Termasuk saya masih dekat dan berhubungan baik dengan mantan saya?" tanya Rey pelan.
"Maksud Bapak? Mantan Bapak itu namanya Renata?" tanya Clara pelan.
"Ya. Kok kamu tahu? Kamu cari tahu tentang saya ya? Katanya gak suka sama saya? Kok tahu tentang saya? Sampai nama mantan saya saja, kamu hapal?" ucap Rey menyindir Clara.
"Dih ... Bapak percaya diri banget. Renata itu tadi datengin saya. Malah saya yang harusnya tanya. Kenapa gosip ini cepet banget nyebar ya? Di tambah, dia bilang kalau saya wanita murahan karena melihat tanda merah di leher saya. Ini juga kan hasil perbuatan Bapak. Lukisan Bapak! Saya gak terima di bilang begitu," adu Clara pada Rey.
"Renata bilang gitu? Dia bilang kamu murahan?" tanya Rey mengulang kembali sambil menghela napas panjang dan dalam.
"Iya. Dia tahu dari mana?" tanya Clara pelan.
"Abaikan saja." titah Rey pelan.
Mobil Rey berhenti tepat di depan butik dekat dengan rumah Rey. Clara dan Rey turun dan masuk ke dalam butik itu dan mulai memilih beberapa baju dan pakaian dalam untuk ganti.
"Banyak banget sih Pak? Kan cuma buat ganti saja," ucap Clara pelan.
"Sekalian. Biar di tinggal di rumah sini. Kalau suatu saat mau nginep dan ganti bajubkan sudah ada baju gantinya," ucap Rey santai.
"Apa? Nginep? Kacau Bapak ini," ketus Clara kesal.
Rey hanya tersenyum simpul dan tertawa terkekeh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 387 Episodes
Comments