Clara melengos dan memutar kedua bola matanya dengan malas. Ia segera bangkit berdiri dan berjalan keluar dari kantin kampus itu ranpa memperdulikan Vivi
"Clara ... Mau kemana kamu. Ayolah ke ruangan Pak Rey. Tolong kami semua. Ancamannya benar -benar bikin sakit kepala," ucap Vivi berteriak keras sambil mengejar Clara.
Clara sudah tak peduli lagi. Emosinya seketikan naik kembali mengingat kejadian tadi. Padahal pikirannya sudah mulai tenang dan tidak lagi murka.
"Clara!!" teriak Vivi memanggil Clara dan berlari cepat menyeimbalngi langkah Clara.
"Gak perlu di bujuk lagi. Gue udah males. Gue mau pulanh ke kost. Mau tidur. Persetan dengan semua yang ada. Gue udah gak berharap lulus dalam waktu dekat," ucap Clara ketus.
Baru beberapa langkah. Ada tiga teman bimbingan Clara yang ikut mencegat langkah Clara.
"Loe gak kasihan sama kita -kita? Pak Rey ancamannya kalau loe gak datang siang ini. Bimbingannya di tutup sementara dan di muali lagi semester depan. Itu tandanya ...." ucap satu teman Clara.
"Gila tuh dosen pembimbing. Lebih nyebelin di banding Pak Felix yang tua bangka itu," umpat Clara terang terangan dengan emosi dan nada yang begitu keras.
"Makanya itu. Mending loe datang sekarang. Kita cuma di kasih waktu sepuluh menit lagi," ucap satu teman lainnya sambil berusaha tersenyum penuh arti ke arah Clara.
Clara menatap satu per satu teman -temannya yang berdiri di depannya. Dilema sudah pasti. Tapi, Clara tidak bisa egois untuk dirinya sendiri. Mereka teman satu angkatan, satu perjuangan. Masa iya, perjuangan mereka akan berakhir sia -sia hanya karena ulah Clara dan keegoisan Clara.
Clara menarik napas panjang dan menghembuskan pelan napasnya itu melalui mulutnya. Ia puruskan untuk mendatangi Rey, dosen pembimbjng baru yang makin menjengkelkan.
Langkah kakinya begitu tegas dan mengetuk keras pintu ruangan itu.
Tok ... tok ... tok ...
"Masuk!!" teriak Rey dari dalam ruangan.
Clara menarik napas lagi mengkntril detak jantungnya yang makin berdegup keras. Wajahnya menileh ke arah kanan dan kiri menatap ke arah beberapa temannya yang ada di smaping dan di belakangnya.
"Masuk Clara. Kita tunggu di sini. Bantu kami," pinta semua teman temannya dengan wajah sendu dan penuh kemelasan.
Ceklek ...
Clara pun masuk ke dalam lalu menutup pintu itu denagn rapat.
Rey menatap Clara yang terlihat sedikit cemas. Dalam hatinya ingin tertawa tapi ia tahan dan tetap menampakkkan raut wajah yang sok cool dan terlihat arogan.
"Kunci pintunya!! Putar dua kali lalu bawa ank kunci itu kesini!!" titah Rey lantang.
Clara mendelik. Menatap ke arah dua bola mata Rey dengan sangat tajam.
"Apa? Di kunci? Gak salah? Ngapain juga di kunci?" tanya Clara bingung. Suaranya terdengar sedikit bergetar agak ketakutan.
"Kenapa? Ada masalah? Ini ruangan saya dan saya berhak untuk menyuruh siapa pun mengunci ruangan ini termasuk kamu!!" tegas Rey sambil menutup buku besarnya dengan kasar.
Rey bangkit berdiri. Jas hitamnya sudah di sampirkan di belakang kursi kebesarannya di belakang meja kerjanya. Ia berjalan mendekati Clara yang masih tertegun diam di tempat tanpa melakukan apa yang di minta Rey.
Dengan cepat, Rey mengunci ruangan itu dua kali dan menarik lepas anak kunci itu dari pintu dan memasukkannya ke dalam kanting celana bahan hitamnya.
Pandangan Clara masih tertuju pada wajah Reu yang terlihat polos tanpa dosa.
"Sebenarnya, saya di suruh kesini untuk apa?" tanya Clara kesal. Tubuhnya masih menempel pada bagian belakang pintu.
Rey semakin merapatkan tubuhnya dan tersenyum.penuh arti.
Tangan Rey terulur dan mengusap pelan pipi Clara yang putih mulus itu dengan jari -jarinya yang lentik menyapu seluruh kulit wajah Clara.
Tubuh Clara bergetar seperti tersengat listrik. Aliran darahnya mulai terpacu kembali seperyi tadi pagi. Di tambah lagi aroma wangi parfum Rey yang begitu menyengay dan tervium sangat macho dan seksi. Sebagai peremluan normal tentu Clara metasakan desiran aneh yang membuat tubuhnya bergairah kembali.
Tangan Rey menyibakkan rambut Clara da terpaampang leher mulus yang masih ada beberapa jejak merah miliknya bekas gigitan gemas tadi malam dan pagi.
Tubuh Rey merapat dan terus mencium wajah Clara.
"Jangan berteriak kalau kamu tidak mau semua teman kamu tahu soal kita," ucap Rey lembut sekali. Jari jemarinya begitu gemulaindan faseh membuka kancing kemeja Clara dengan satu tangan karena tangan yang lain ia pakai untuk mengusap pipi dan bibir Clara.
"Mau Pak Rey itu apa?" tanya Clara lirih.
Wajah Rey semakin mendekat dan mulai ******* bibir Clara dengan lembut.
"Say ingun kamu. Hanya itu. Kamu yang akan menjadi milik saya selamanya," ucap Rey lantang.
Clara hanya bisa menahan napasnya yang sedikit memburu. Ciuman Rey sukses membuat bagian bawahnya basah.
Seperti sudah tahu titik kelemahan Clara. Dengan cepat Rey membuka celana jeans Clara dan membawa gadis itu ke sofa panjang yang ada di ruangan itu. Sofa yang di gunakan untuk menunggu sekarang di gunakan untuk bercinta antara dosen dan mahasiswi bimbingannya.
Rey sudah mengeluarkan senjatanya dan ingun segera memainkan lermainan panas umyang cukup singkat. Sengaja hanya ingin membuat semuanya kepanasan dan bisa di teruskan nanti malam lagi.
"Pak ... Clara minta jangan di keluarin di dalam. Clara takut hamil. Apa kata orang nanti," ucap Clara memohon.
Clara ketakutan. Ia cemas jika sesuatu yang tidak di inginkan benar terjadi.
"Saya bakal tanggung jawab. Kamu gak perlu khawatir soal itu. Saya bisa di percaya," ucap Rey pelan dan mulai memainkan senjatanya pelan namun pasti dan semain cepat.
Tubuh Clara mulai bergerak mengikuti irama gerakan maju mundur Rey hingga Rey merasakan ada sesuatu yang ingin segera di keluarkan cepat di bawah sana.
"Uhhhh ... Maaf singkat saja. Terima kasih sudah mau menerima benih saya," ucap Rey pelan sambil mencium bibir Clara lembut.
Rey segera memakai kembali pakaiannya dan meraoikan kembali kemejanya. Begitu juga dengan Clara yang mulai terbiasa dengan keinginan memdadak Rey.
Rey membantu Clara dan merapikan rambut gadis itu dengan penuh kasih sayang.
"Pak ... Masih perih ini," ucap Clara jujur.
"Duduklah dulu. Biar saya pesankan makanan dan minuman," ucal Rey pelan.
Rey menyemprotkan wewangian agar menghilangkan bau aneh yang tak seharusnya tercium oleh anak bimbingannya nanti.
Pintu ruangan itu sudah di buka lebar. Rey keluar dan menyuruh semua anak bimbingannya masuk ke dalam.
Beberapa temannya duduk di samping Clara.
"Loe kenapa? Pucet gitu? Di marahi sama Pak Reu?" tanya satu teman bimbingannya yang melihat Clara dengan tatapan aneh.
Clara hanya menggelengkan kepalanya pelan.
"Gak kok." jawab Clara singkat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 387 Episodes
Comments
Yumie Ayumia Atashi
Dosennya gilak sih/Facepalm/
2023-12-13
1
Neneng cinta
hadeuh p Dosen,,,
2023-03-24
0