Rey sudah keluar dari ruangan yang ada di samping dan masuk ke ruangan kerja Pak Felix tanpa melirik ke arah Clara yang sejak tadi menatapnya.
Clara hanya penasaran dengan apa yang terjadi sebenarnya. Kenapa Pak Rey yang masuk ke dalam ruangan kerja Pak Felix. Lalu, Pak Felix belum keluar dari ruangan besar itu dan belum menampakkan batang hidungnya.
Di ruang tunggu itu ada beberapa mahasiswa dan mahasiswi yang memang sedang mengantri untuk bimbingan skripsi Pak Felix.
Tak lama, Rey mengambil daftar nama yang ada di depan pintu ruangan Pak Felix. Itu adalah daftar nama urutan bimbingan, biasanya di urutkan dari yang pertama datang atau yang pertama kali mengisi daftar nama.
Kebetulan nama pertama di sana adalah Clara. Tapi, Rey seperti sengaja melewati nama pertama dan memulainya dari urutan kedua dan seterusnya.
Saat Rey mulai memanggil satu per satu urutannya. Clara pun berdiri dan mulai bicara ketus tak terima. Sejak pagi ia menunggu dan mengantri di tempat ini dari koridor sepi hingga ramai hingga sepi lagi. Tapi, sama sekali tidak ada rasa kasihan dan malah namanya di lewati dari daftar antrian yang cukup panjang itu.
"Pak ... Kok nama saya di lewati. Mereka itu baru datang dan saya sudah datang dari pagi!!" ucap Clara kesal. Suaranya jelas meninggi karena marah.
Rey hanya menatap daftar nama itu dan mengangkat wajahnya menatap ke aeah Clara.
"Ini kemauan Pak Felix. Selama beberapa waktu ini, bimbingan skripsi dengan dosen pembimbing Pak Felix akan di alihkan bersama saya. Paham semua. Ayok masyk sesuai ururan yang saya panggil tadi. Lalu kamu, jangan komplain. Kalau tidak suka silahkan pulang," ucap Rey denagn suara lantang dan tegas hingga beberapa orang teman seperjuangannya yang berharap lukis cepat pun hanya menatap iba ke arah Clara.
Tatapan kedua mata Clara semakin tajam ke arah Rey. Tatapan penuh rasa kekecewaan dan kebencian.
Clara terpaksa duduk kembali dengan tenang sambil mengatur napasnya yang memburu karena kesal.
Ia duduk menatap ke arah pintu ruangan Rey yang sudah di tutup kembali.
"Clara ... Kita duluan ya?" ucap salah satu temannya yang namanya sudah di pamggil terlebih dahulu oleh Rey.
Urutan namanya tepat berada di daftar list di bawah Clara.
"Iya. Bimbingan lah duluan. Sukses ya," jawab Clara berusaha tenang dan tetap menyemangati. Padahal hatinya dongkol luar biasa.
Setelah semua temannya itu masuk. Clara pun berdiri dan pergi dari tempat itu meninggalkan ruang tunggu yang telah di dudukinya selama berjam -jam.
Langkah kakinya segera berjalan cepat menuruni anak tangga dan akhirnya Clara berhenti tepat di depan kantin kampus. Suasananya terlihat nyaman hari ini. Sudah lama ia tidak nongkrong di kantin kampus walaupun hanya duduk manis sambil menikmati es kopi dan tempe goreng dengan sambal rujak seperti biasanya.
"Bu pesen ... Es kopi satu sama keong racunnya empat pake saos aja," ucap Clara memesan makanan untuk menemaninya duduk bersantai di balkon kantin.
Kantin kampusnya memang sedikit mewah dan nyentrik. Bangunannya baru dan memang di sesuaikan dengan gaya masa kini para mahasiswa yang simple, namun elegan.
Clara memilih duduk di balkon menghadap ke arah samping bangunan gedung. Angin kencang menerpa rambutnya yang panjang dan menatap langit seolah setara di sana. Itu membuat rasa nyaman dan kebahagiaan tersendiri.
Ponselnya sengaja di letakkan di meja. Mahasiswi seperti Clara sudah tak banyak teman lagi. Beberapa teman seangkatannya sudah ada yang sudah lulus atau ada yang masih bimbingan seperti Clara dan ada yang masih mengulang kembali mata kuliah yang masih mendaparkan nilai buruk atau nilai indeks prestasi kumulatif mereka belum mencapai target yang di inginkan.
"Arghh ... Hari yang paling menyebalkan!!" umpat Clara dengan kesal.
Satu jam berada di balkon memang tak terasa. Rasanya seperti baru sebentar menikmati waktu. Es kopi di gelas itu juga sudah habis hanya tersisa es batu dan saos sambal yang masih ada di wadah kecil. Empat gorengan keong racun juga sudah berada di dalam perut. Sepertinya usus besar dan usus halus sedang bekerja mengolah beberapa makanan yang sejak pagi masuk ke dalam perutnya.
"Clara ... Di panggil Pak Rey, cepat. Di cariin dari tadi malah ada di sini. Capek tahu bolak balik cari loe, tuh," ucap salah seorang teman mahasiswi bimbingannya itu. Sebut saja namanya Vivi.
Clara menoleh ke arah Vivi yang sedang terengah -engah mengatur ritme napasnya yang terasa ngos ngosan membuat jantungnya terus berdegub keras seperti di kejar anjing harder yang sangat besar.
"Lha ... bodo amat. Loe udah bimbingan kan? Ya udah pulang aja," ucap Clara santai dan membalikkan tubuhnya lagi menatap awan putih kebiruan di langit cerah itu.
Vivi berjalan mendekat dan menggebrak meja tempat Clara duduk.
"Enak aja kalau ngomong bodo amat. Kalau loe gak datang. Satu bulan bimbingan di tiadakan dan itu tandanya kita semua gak bisa ngejar lulus bulan depan biar bisa ikut wisuda dua bulan lagi cuma gara -gara loe gak mau datang saat Pak Rey panggil loe. Padahal dosennya ganteng banget, kayaknya kalau gue yang di panggil, gue langsung mau tanpa banyak pikir panjang. Mana baik banget, gak banyak revisi, bisa lulus cepat kita," ucap Vivi pelan namun penuh semangat.
Vivi memang terkenal gadis bucin dan pandai membiat beberapa kaum adam meleleh dengan segala bujuk rayunya yang begitu manis.
"Bilang sama Pak Rey. Gue udah kecewa. Males gue. Bodo amat kagak lulus," ucap Clara semakin kesal.
"Dih mana bisa begitu. Kita kan senasib sudah mau dua semester, skripsi kita masih jalan di tempat. Lalu, sekarangada angin segar dengan pembimbing baru dan lebih baik. Loe sia -siain. Ekhemmm ngomong -ngomong Pak Rey masih jomblo gak sih? Badannya sih gagah dan kekar, biasanya di ranjang juga oke tuh," ucap Vivi dengan jujur dan polos.
"Gila loe Vi. Pikiran loe tuh begituan mulu," ucal Clara pelan.
Ia tahu Vivi seperti apa. Dia memang sering mencari sugar daddy. Pengalaman dan jam terbang untuk hal itu tentu tak bisa di abaikan. Tentu dia perempuan hebat yang sudah bisa menganalisis setip lelaki.
"Kalau ada kesempatan kenapa enggak? Demi skripsi gue lulus, gue rela nyenengin Pak Rey," ucap Vivi lirih setengah berbisik lalu tertawa keras.
"Huftt parah. Coba aja loe deketin. Dia kuat banget," ucap Clara lolos begitu saja tanpa sadar dengan jujur hjngga membuat Vivi menatap Clara dengan penasaran lalu terkekeh pelan.
"Loe? Pernah gituan? Sama Pak Rey?" tanya Vivi menuduh membuat Clara mengerjapkan kedua matanya bingung. Ia harus beralasan apa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 387 Episodes
Comments
Srie wibi
gara2 kecewa krn nomor urutan yg gk urut, Clara jd keceplosan
2023-01-06
2
manda_
lanjut thor semangat buat up lagi
2023-01-04
1
Najwa Naumi
cerita nya bagus 👍👍👍
lanjut up nya thor semangat 💪💪💪
2022-12-29
1