Liburan akhir semester selesai, perkuliahan berjalan seperti biasanya. Rutinitas kembali di jalani. Hari ini adalah hari pertama kuliah di semester ini dan kebetulan mata kuliah pertamaku adalah Manajemen Bisnis yang di ajarkan oleh si Doktor muda. Aku sangat antusias menunggu pelajaran di mulai.
Laras yang baru bangun pagi tadi sempat heran saat melihatku bersiap-siap karena aku memang bukan tipe orang yang akan mengikuti kuliah di hari pertama yang hanya merupakan kontrak kuliah didalamnya.
Laras menatapku dengan heran sembari matanya tidak lepas memandang kemanapun aku pergi. Entah itu mengambil cardigan, mengambil tas dan sebuah buku bahkan sepatu. Matanya tidak pernah lepas dariku.
"Mau kemana kau sepagi ini" Akhirnya dia bertanya juga setelah sepatuku selesai kupasang di kakiku.
"Kau tidak bisa lihat aku bersiap siap untuk kuliah" Jawabku cuek didepan cermin besar sembari merapikan penampilanku
"Tidak biasanya kau mengikuti kuliah pertama, bahkan sebagian besar mahasiswa juga pasti sangat malas karena jadwal pertama hanya kontrak kuliah yang tidak memakan waktu begitu lama" kata Laras penuh selidik
"Aku penasaran saja, sudah tiga semester aku tidak mengikutinya" elakku dengan santai
"Kenapa aku merasa kau jadi aneh setelah bertemu dengan dosen muda itu" Sedikit lagi Laras bisa mengetahui alasan di balik perubahanku ini.
"Itu perasaanmu saja, aku pamit dulu" Aku bergegas keluar meninggalkan Laras yang masih duduk dikasur karena takut ia akan meledekku jika tau jadwal pertamaku memang adalah mata kuliah dari dosen muda itu.
***
Tidak butuh waktu lama aku tiba dikelas karena memang kos ku dengan kampus sangatlah dekat, hanya butuh berjalan kaki saja. Ditambah lagi aku memang sengaja datang sepuluh menit lebih awal.
Suasana kelas sudah mulai ramai, tapi tidak seperti biasanya aku bisa tahan ditengah keramaian ini. Padahal aku sangat tidak menyukai suasana kelas yang berisik. Bagaimana tidak berisik, setiap ada Mahasiswi yang memasuki ruangan ini mereka pasti berteriak kegirangan ketika mendapati teman mereka yang dikenal dan mengambil kelas yang sama.
Hanya aku saja yang tidak memiliki kenalan dikelas ini karena satu-satunya teman seprodiku yang akrab denganku hanya Laras saja, terlebih lagi kami sama-sama mahasiswa yang bermasalah. Tapi aku masih sedikit lebih baik dibandingkan Laras yang hanya akan masuk kuliah jika moodnya sedang stabil.
Lima menit dari jam perkuliahan sudah berlalu, suara sepatu pantofel berbenturan dengan lantai terdengar menggema memenuhi seisi ruangan. Semua mata tertuju pada dosen tampan didepan kami ini. Aku sengaja duduk di barisan paling depan.
“Selamat Pagi” Sapanya pada penghuni kelas ini yang disambut dengan balasan selamat pagi dari seisi kelas. Dia berjalan menuju ke meja nya dan langsung duduk sambil membuka absennya. Setelah mengabsen dia memulai kelasnya dengan serius.
“Baik, Hari ini kita akan mempelajari tentang dasar dari Manajemen dulu sebelum masuk ke intinya, berhubung ini masih hari pertama jadi kita mulai dari dasarnya saja terlebih dahulu”
Melihatnya berbicara sungguh berbeda, dia terlihat dewasa dan memukau. Rasa penasaran tentu saja muncul jika melihat orang setampan dia benar-benar terfokus pada materi yang dia berikan.
"Jadi dalam manajemen bisnis itu kita terbiasa mempelajari blablabla...” Dia menjelaskan panjang lebar mengenai dasar dari mata kuliah yang diajarkannya. Aku pikir hari ini hanya akan kontrak kuliah saja, tidak ku sangka dia langsung memberikan materi di awal pertemuan.
Matanya tertuju padaku yang menatapnya, mata kami saling bertemu untuk beberapa saat namun tidak seperti biasanya, kali ini dia tidak membuang pandangannya dan tetap melanjutkan penjelasannya lalu tak lama kemudian melemparkan pandangannya kearah yang lain. Dalam hati aku merasa senang dan tak kusadari bibirku tersenyum tipis karena gemas dengan tingkahnya.
Setelah lebih dari sejam, kelaspun berakhir. Tapi, sebelum itu Ia seperti memikirkan sesuatu sebelum mengakhiri kelas.
“Sebelum mengakhiri kelas saya berharap ada seorang dari kalian yang bisa membantu saya untuk mempersiapkan kelas sebelum pelajaran di mulai" Semua mata saling menunjuk di belakang sana bahkan tidak sedikit dari mereka yang berani memandangnya. Pekerjaan sebagai ketua tingkat memang tidak mudah karena mahasiswa dituntut untuk selalu siaga sebelum kelas, setelah kelas selesai bahkan ketika diluar jam pelajaran karena dosen sewaktu-waktu bisa menghubungi jika ada keperluan mengenai kelas dan sebagai ketua tingkat sangat dituntut untuk selalu siap dengan semua itu.
Entah apa yang ku pikirkan tiba-tiba terlintas di kepalaku untuk menjadi perwakilan kelas atau biasa di sebut ketua tingkat.
“Saja saja Pak” ucapku mantap sembari mengangkat tanganku menawarkan diri, aku benar-benar tidak mengerti lagi dengan diriku sekarang ini
“Oke, kamu saja Auryn dan saya lebih senang kalau kalian bisa akrab memanggil saya Kak Rafqi atau Dayyan sama saja.” Katanya yang meminta agar mahasiswa memanggilnya dengan sebutan kakak. Tapi Aku tidak menyangka dia mengetahui namaku hanya dengan sekali absen saja.
***
Kelas berakhir tapi dia masih berada di dalam kelas menunggu yang lain bubar dan memang tadi dia menyuruhku untuk tinggal sebentar. Ruangan kelas telah kosong dan dia mulai bebicara.
“Auryn, jadi tugas kamu adalah menyiapkan kelas sebelum pelajaran di mulai. Saya rasa kamu sudah tau apa saja yang harus di persiapkan?, dan juga pastinya kamu taukan tidak mudah untuk menjadi ketua tingkat” Katanya yang lebih mirip petanyaan.
“Iya Kak, saya sudah tau" jawabku dengan mantap, tidak ada kegugupan sama sekali dalam diriku yang ada hanya semangat yang ku sembunyikan dengan wajah datar
“Oh iya, saya boleh minta nomor telpon kamu untuk menghubungi kamu jika saya behalangan untuk hadir?,”
“Tentu Boleh Kak" Langsung ku sebut nomor telpon ku dengan senang hati.
“Oke, sampai jumpa minggu depan yah. Assalamu’ alaikum" katanya pamit tapi ku balas dengan ucapan selamat pagi
“Selamat Pagi pak.” Mungkin dia tidak tau aku kalau aku non muslim
"Oh maaf, saya tidak tau kamu seorang non muslim" ucapnya
“Tidak apa-apa kak, tapi kakakku sering mengucapkan itu kalau mau keluar rumah.”
"Kakak kamu? " Dia terlihat bingung dengan perkataanku karena sekarang yang ia tau adalah aku non muslim dan mungkin dia berpikir kakakku juga non muslim
“Orangtuaku beda agama dan kakakku mengikuti agama Papaku” Jelasku dengan senyum tipis menyebut kata "Papa”
“Oh saya mengerti, saya senang berbicara dengan kamu. Kalau ada waktu kita bisa mengobrol masalah pelajaran ataupun yang lain.” ucapnya dengan senyum sejenak menatapku lalu menundukkan pandangannya lagi
“Iya kak, terima kasih untuk tawarannya.”
Kami berduapun segera berjalan keluar ruangan dan berpisah ke arah yang berlawanan. Begitu ku rasa Kak Rafqi sudah berjalan jauh aku langsung berbalik dan melihatnya berjalan. Hanya punggungnya saja yang bisa ku lihat namun sudah cukup membuatku senang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
revinurinsani
yaah Auryn non muslim
2023-11-07
0
Nasya Lau
masalahnya apa ya orang tua sehingga auryn kecewa
2021-12-09
1
Malla Nurmala Kucil
ternyata beda agama
2020-10-15
10