Di bumi.
Di kamar Faisal, terlihat ia tengah mondar-mandir dengan wajah panik dan bingung.
"Sudah berapa lama waktu berjalan di sana..? bagaimana dengan misi yang kau berikan" ucap Faisal.
[Waktu di dunia berjalan tergantung host berada di mana, saat anda di bumi satu hari di bumi sama dengan enam jam di dunia lain begitu juga sebaliknya ini merupakan salah satu fitur system agar membantu host membagi waktu.]
"Huuuff.. untung aja" ucap Faisal.
"Aku akan pergi dan bersiap menuju kota sepertinya aku harus bergegas ke sana" gumam Faisal sembari membuka pintu kamar.
"Seharusnya aku dapat mengambil koin emas milik ku" gumam Faisal sembari memandang tangannya yang tiba-tiba muncul satu koin emas di sana.
"Wah berhasil" ucap Faisal yang terlihat terkejut dengan emas yang muncul di tangan nya.
"System berapa harga emas ini jika di jual?" gumam Faisal sembari berjalan menuju ruang tamu.
[Satu koin emas memiliki berat 5 gram setara dengan 4,72 juta untuk harga emas saat ini.]
"Wah itu uang yang sangat banyak, bahkan aku belum pernah memegang uang sebanyak itu dalam hidup ku" gumam Faisal yang terlihat sangat senang sembari duduk di meja makan.
"System apa kau dapat menukar koin emas ini dengan nilai rupiah?" gumam Faisal sembari memperhatikan sekeliling dengan hayat sembari sedikit melamun.
[Tentu namun nilai tukar akan menurun sebesar 50% jika anda menukar di system, harap host menaikan level system untuk mendapatkan nilai penukaran penuh.]
"Ini sangat di sayangkan namun aku tak bisa melakukan apapun, aku belum memiliki mitra untuk menjual emas ku ke toko emas dan juga aku tidak memiliki koneksi dan juga latar belakang yang bagus jika aku menjual emas dengan jumlah besar di satu waktu yang sama maka akan menimbulkan bahaya bagi diri ku dan juga keluarga ku, aku akan menggunakan system untuk sementara hingga aku mendapatkan cara untuk melakukan transaksi emas di bumi" gumam Faisal sembari berdiri lalu berjalan.
"Aku hanya seorang anak berusia 16 tahun, aku harus mencari cara agar orang-orang tidak curiga dengan hasil uang yang ku dapatkan, bisa-bisa aku di kira melihara tuyul atau menjadi babi ngepet" ucap Faisal sembari berjalan mengikuti aroma sedap dari dapur.
"Aku harus pergi ke kota untuk melakukan langkah pertama" gumam Faisal sembari berjalan mendekati seorang wanita yang memiliki tubuh gempal rambut lurus dengan di hiasi uban yang tidak merata.
"Ibu, aku ingin pergi ke kota hari ini" ucap Faisal.
"Hah...! hari ini bukanya kamu mengatakan ingin pergi minggu depan?" tanya ibu yang terlihat kesal sembari terus mengaduk masakan.
"Ibu aku ingin membiasakan diri di kota agar tidak kaget bu boleh ya" ucap Faisal sembari memeluk ibu dari belakang.
"Tanya kepada ayah mu hmm.." ucap ibu sembari meronta lalu pergi dengan kesal.
"Faiz ibu mengerti kamu tidak sabar untuk pergi ke kota, tapi kamu harus tau jika di sana adalah tempat yang berbahaya ibu khawatir dengan keputusan mu yang terburu-buru" ucap ibu sembari berjalan kembali menuju Faisal yang bersandar di meja dekat kompor.
"Ibu aku telah dewasa jangan khawatirkan diri ku, lagi pula di sana ada teman ibu seharusnya aku akan aman" ucap Faisal merayu ibu.
"Entah mengapa ketika aku di dekat ibu aku selalu menjadi anak-anak aku tak bisa mengontrol ini" gumam Faisal yang terlihat manja.
"Tuk..!" suara kepala Faisal yang di pukul menggunakan spatula.
"Is.. sakit bu.." ucap Faisal sembari mengelus kepalanya.
"Terserah apa yang ingin kamu lakukan minta izin dengan ayah saja sana jika nasehat ibu tidak di dengar" ucap ibu dengan wajah kesal.
"Baiklah aku akan pergi menemui ayah" ucap Faisal sembari pergi menuju pintu yang menuju ke luar.
terlihat seorang pria yang terlihat sedikit tua tengah jongkok sembari memberi makan burung yang berada di sangkar, pria itu mengenakan sarung tanpa menggunakan baju.
"Ayah..!" ucap Faisal dengan tegas memanggil ayah yang tak lain pria tersebut.
"Hmm"
"Aku ingin berangkat ke kota hari ini" ucap Faisal.
"Baiklah.. pergi saja ayah sudah memberi ongkos jauh-jauh hari sebelumnya" ucap ayah dengan santai.
Tiba-tiba terlihat spatula terbang ke arah sangkar burung, ayah sigap dan menangkap spatula itu sebelum mengenai sangkar burung.
"Ayah..! kenapa kau mengizinkannya" teriak ibu dari pintu ia terlihat sangat marah.
"Hehehehe... nak kau lihat skil ku" ucap ayah sembari melirik ke arah Faisal dengan alis yang di naik turunkan.
"eee" Faisal tak dapat berkata-kata.
...****************...
Singkat cerita hari pun mulai terang.
Terlihat Faisal tengah duduk di tangga depan rumah sembari memasang tali sepatu, ia telah membawa tas yang berukuran besar pertanda ia akan pergi menuju kota.
Ayah dan ibu menunggu Faisal di pintu, ibu terlihat sedih.
"Abang tidak di rumah ia mendapatkan pekerjaan di desa sebelah, adik mu sekolah jadi hanya kami yang ada di sini kau berangkat sendiri ke jalan besar untuk cari angkot untuk pergi ke stasiun" ucap ayah sembari menepuk pundak Faisal sembari tersenyum.
"Baiklah ayah" jawab Faisal.
"Nak kamu harus menurut dengan teman ibu jangan buat masalah dan juga kau harus giat belajar" ucap ibu sembari mengelus kepala Faisal.
"Baik ibu jangan khawatir aku pasti akan menjadi yang terbaik" jawab Faisal sembari tersenyum.
"Bawa ini jangan pernah lepaskan" ucap ayah sembari memberikan sebuah kalung berbentuk keris kepada Faisal.
"Baiklah ayah" jawab Faisal sembari memakai kalung tersebut.
"Aku berangkat dulu agar tidak ketinggalan kereta" ucap Faisal.
"Baiklah" jawab ibu dan ayah bersamaan.
"Aku pergi dulu sampai jumpa" ucap Faisal sembari berjalan meninggalkan rumah serta ia melambai.
"Aku membenci adanya perpisahan" gumam Faisal sembari ia berlari dan memandang orang tua nya yang melambai dari depan rumah.
...****************...
Saat di dalam angkot.
Terlihat Faisal duduk di bagian belakang berdesakan.
"Duh di sini panas, dan juga bau" gumam Faisal yang terlihat tidak nyaman karena ia di himpit dua orang pria.
"Dik kau ingin pergi ke mana?" tanya pria di kanan Faisal.
"Oh, aku ingin pergi ke ibukota" jawab Faisal sembari memandang ke arah pria tersebut.
"Ohw umur mu berapa?" tanya pria itu.
"16 tahun" jawab Faisal.
"Wah kau masih muda namun berani melakukan perjalanan sendiri menuju ibu kota yang memakan waktu hampir satu hari penuh, memang apa yang ingin kau lakukan di sana?" ucap pria itu sekaligus bertanya.
"Copet...!" teriak seorang ibu histeris.
...****************...
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments
Raimon
Ah....tidak menarik....
2023-10-27
0
Raimon
Eeee....Pukimak kau Sistem....selalu saja katakan level rendah...kan tugas kau supaya MV menaikan level....Sistem Kera Buntung kau....
2023-10-27
0
Jimmy Avolution
Terus....
2023-05-24
1