My Lovely Presdir From The Mars
Saya bersumpah bahwa
1.Saya akan membaktikan hidup saya untuk kepentingan kemanusiaan terutama dalam bidang kesehatan tanpa membeda-bedakan kesukuan, kebangsaan, keagamaan, jenis kelamin, golongan, aliran politik, dan kedudukan sosial.
2. Saya akan menghormati setiap insani sepanjang daur kehidupannya.
3. Saya akan mempertahankan dan menjunjung tinggi martabat profesi keperawatan dengan terus menerus mengembangkan ilmu keperawatan.
4. Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan dan keilmuan saya sebagai perawat, kecuali jika diminta keterangan untuk proses hukum.
5. Saya akan senantiasa memelihara hubungan baik antar sesama perawat.
6. Saya akan membina kerja sama sebaik-baiknya dengan kesehatan dan pihak lain dalan pemberian pelayanan kesehatan.
7. Saya akan memberikan penghormatan yang selayaknya pada guru dan pembimbing saya.
8. Saya ikrarkan sumpah ini dengan sungguh-sungguh dengan penuh keinsyafan.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan kekuatan kapada saya.
Sebuah sumpah di hadapan Tuhan dan PPNI dengan disaksikan sekian ratus orang telah ia ikrarkan.
Pelukan sayang nan bangga keluarga mengelilingi Zahra, profesi yang ia ambil melengkapi sederet profesi mulia ketiga bersaudara Ananta.
🍂 Beberapa waktu kemudian
STR sudah ia genggam, surat penempatan mengabdi pun sudah diterimanya.
"RSCM, great! Paling enggak masih di ibukota, jadi gue bisa mantau!" ujar Rayyan, setua apapun Zahra ia tetaplah gadis kecilnya keluarga Ananta, apalagi bagi kakak-kakaknya.
Satu layar pipih itu terbagi 4 kolom, Markormar, Batalyon timur, Sabang, dan rumah diiringi lattar berbeda saling bersahutan.
"Kamu masih bertugas di ibukota dalam jangka waktu lama Ray?" tanya Fara.
"Masih kak, gue baru balik dari luar kemaren," wajahnya sedikit kusut dan menguap beberapa kali, mungkin Rayyan baru saja tertidur beberapa jam saja selepas pulang dinas dari luar negri, tapi ada yang membuat perhatian seluruh anggota keluarganya tertawa tergelak.
Sejak tadi Zahra, Fara dan umi tertawa sampai terbatuk-batuk, lain halnya dengan Al Fath dan abi Zaky yang kuat iman, ketebalan iman mereka setebal bedak para SPG kosmetik.
"Lo ubah style rambut bang?" tanya Zahra tergelak. Bagaimana tidak, perwira dengan badan atletis dan tegap itu memakai bandana kelinci berwarna pink, belum lagi jepitan love dan candy yang entah macam apa menempel cantik di atas rambut kiri Rayyan dan parahnya ia pasrah saja sedang di dandani gadis kecil berusia hampir 3 tahun itu.
"Sejak kapan playboy ubah haluan. Kalo siang Rayyan kalo malem jadi Rayyana!" puas sekali mereka mencibir dan mengejek perwira 2 anak ini.
"Cimoy liat ma cut! Cimoy ma cut punya coklat loh! Kalo cimoy mau tinggal sama ma cut, tiap hari ma cut kasih coklat!" seru Zahra pada gadis yang asik mendandani ayahnya itu, saking gemasnya Zahra selalu ingin menculik anak gadis abangnya itu, wajah Cut Daliya Clemira Ananta itu begitu cantik, menggemaskan, dan lucu perpaduan Rayyan dan si cantik Eyi, model tanah air rasa Paris.
"Jangan mau nak! Coklatnya ada racunnya!" timpal Rayyan.
"Engga ih!" seru Zahra manyun.
"Abi---abi liatnya sini belum dipakein eye shadow! Abi mulutnya gini!" ia melipat dan mengecup-ngecup bibirnya sendiri demi memperagakan tutorial meratakan lipstick yang benar pada Rayyan.
Fara bahkan sudah berlinang air mata, "ha-ha-ha, Fara udah pipis! Ya Allah, kapan sih kalian ke timur?!!"
"Abang cimoy belum dikasih minum abis makan, tolongin dulu ih! Eyi lagi cebokin dulu Panji---" teriak Eirene.
"Minum dulu nak, cimoyyy! Nanti cegukan," sahut umi menimpali, melihat cucu perempuannya yang begitu menggemaskan dengan rambut hitam seperti Rayyan yang diikat 2 samping kiri dan kanan namun bergelombang di bagian bawahnya itu berasa pengen langsung terbang ke Jakarta dan ngekepin cucu, bocah ini tengah centil-centilnya, menjadikan ibunya yang notabenenya mantan model sebagai suri tauladan.
"Panji udah sembuhkah diare-nya, Ray?" tanya umi.
"Kasih oralit bang, kalo ngga cairan isotonik buat gantiin cairan tubuh, biar ngga dehidrasi!" sahut Zahra.
"Udah mi, dek Ra. Abang Saga sudah mau masuk SD kan kak? Mana dia?" tanya Rayyan.
"Udah--udah, lagi belajar ngaji sama abang Fath tuh!" Fara mengedarkan layar ponselnya pada si ganteng kalem bersongkok hitam dengan bordel emasnya. Saga merupakan jiplakan abi dan abba-nya begitu teduh nan menyejukkan sesejuk air, seperti namanya Sagara.
Terdengar lantunan surat pendek dari mulut mungil dan suara syahdu khas anak kecilnya di telinga orang-orang.
"Abang Caga, lagi ngaji ya umi Fala? Itu sulat At-tin kan?!" tanya cimoy.
"Iya sayang,"
Melihat interaksi lucu keluarganya, Zahra merasa semua sudah lengkap untuknya, tapi bagaimana dengan nasib kisah cintanya? She does'nt care!
Tapi beberapa bulan setelah panggilan terakhir mereka, tiba-tiba saja umi dan abi memanggilnya ke rumah di ibukota, Yap! Semenjak bekerja, Zahra memilih nge-kost di kawasan dekat dengan rumah sakit.
"Apa?!!!! Dijodohin?!!"
Al Fath yang baru sampai karena panggilan darurat umi dan abi sempat syok mendengar perjodohan Zahra, gadis itu bukan lagi. Sementara Rayyan? Ia anteng saja nyemil kacang salut gula di ruang depan. Sejenak suara kunyahan Rayyan menjadi suara satu-satunya yang terdengar disana.
"Emang umi udah dapet calon?" tanya Ray.
"Ada, temen tk nya Zahra dulu!" jawab umi Salwa.
"Enggak--enggak! Umi, abi--ini tuh udah ngga jaman lagi jodoh-jodohan dikirain anaknya ini segitu ngga lakunya!"
Baik Rayyan maupun Al Fath sudah mengusulkan beberapa kandidat calon untuk Zahra dan tentunya setelah melewati beberapa poin kualifikasi tersendiri standar *mereka*, tapi Zahra menolak, ia tak mau memiliki pasangan abdi negara yang harus siap di nomor dua kan. Padahal ia sendiri pun nakes yang sudah bersumpah. Pun sudah pasti menomor dua kan pasangan juga keluarga.
"Pokoknya Zahra ngga mau!" gadis itu menghentakkan kaki dan bersidekap dada.
"Bukan dijodohin, tapi ta'aruf. Dicoba dekat dulu. Kalau memang nggak sreg ya udah kita batalkan, umi cuma mau yang terbaik buat anak-anak umi,"
"Padahal calon pilihan gue tuh bekas taruna gue dulu, sekarang udah pangkat kapten, cakep pula. Dia mirip bang Fath lah, ubin mushola!" ujar Rayyan tanpa disaring, yang sontak dihadiahi tatapan killer abangnya.
"Sorry bang, maksud gue cocok buat jadi pendingin dek Ra yang heboh!" ralatnya membenarkan kosa kata yang memang sebagian besar menusuk empedu. Kalau bisa jangan sampai seperti dirinya dan Eirene, sama-sama sengklek dan heboh akhirnya boom, kemana-mana dunia selalu diguncang gempa. Cukup mereka saja pasangan yang bisa membuat para penghuni langit lempar batako ke bawah bumi saking berisiknya.
"Begini saja umi, abi---dicoba saja namun tidak memaksakan. Kalau dek Ra tak mau ya sudah kita batalkan tanpa menjanjikan hubungan ke jenjang berikutnya terlebih dahulu pada keluarga calon?" usul Al Fath, diangguki Rayyan, "gue mah iya aja lah!"
"Zahra, abi ini sudah tidak muda lagi. Merupakan tanggung jawab abi menitipkan kamu pada orang yang tepat, demi membimbing kamu ke jannahnya Allah, pergaulan jaman sekarang bikin abi sama umi ngelus dada. Umurmu juga sudah cukup matang untuk menikah, kalau memang kamu nantinya tidak cocok dengan pilihan umi dan abi, juga abang-abangmu, maka silahkan kamu pilih sendiri dengan membawanya pada kami," jelas abi Zaky.
Zahra menghirup nafas dalam-dalam, ia sendiri bingung di usianya yang sudah bukan usia remaja lagi belum juga memiliki kekasih, ditambah...sepertinya syarat lulus kualifikasi dari keluarganya pasti akan sulit, bukan tidak mungkin nanti calon yang ia pilih akan gugur sebelum menginjakkan kakinya di rumah, apalagi melihat kedua abangnya, belum apa-apa sudah pi pis duluan di celana.
Zahra tau maksud keluarganya itu baik, intinya---umi sama abi kepengen cepet-cepet nikahin Zahra, biar ada yang jagain apalagi kalau dinas malam atau mengharuskannya keluar di malam hari, fisik yang sudah tak muda lagi membuat Salwa dan Zaky tak bisa untuk selalu memantau si bungsu ini, mengingat perjalanan dari rumah yang jauh.
Tak ada penolakan sampai kabur, ataupun mewek sampe bentak-bentak orangtua. Umur yang sudah lewat dari usia remaja, membuat Zahra memiliki pemikiran yang dewasa.
"Oke, Zahra coba." umi tersenyum lebar.
"Tapiii! Kalau Zahra ngga cocok, Zahra ngga mau lanjut!"
"Oke!"
.
.
.
.
Hay kaleean, ketemu lagi dengan karya recehku yang ke sekian. Please jangan membandingkan cerita ini dengan kenyataan atau karya penulis lain dengan genre yang sama ya, karena jelas cerita ini HANYA FIKTIF BELAKA dan halusinasi otak sisa kemarin sore, jikalau ada kesamaan nama, tokoh, gelar, tempat dan setting maka semua itu kebetulan semata. Ngga mau banyak berkokok yang bikin pusing cuma mau bilang, "jadilah pembaca yang bijak, dengan tidak menghina, julit, nan nyinyir, jika tak suka dan bosan silahkan skip dan tak usah dibaca saja tanpa meninggalkan luka yang menancap di kantung empedu mimin!" 😂 Ketikan Jarimu adalah cerminan pribadimu.
Catatan 📝 : Dilarang berharap karya ini bakalan bikin ngakak terus menerus, karena mimin bukan sedang buat sketsa komedi, tapi jika ada kalimat absurd silahkan keep saja sendiri dan anggap itu bonus.
Happy reading all!
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
MAYZATUN 🥰🥰🥰al rizal
6😁
2024-10-24
0
Lisa
cimoyyyy 🤣🤣🤣
2024-10-20
0
Susilawati
lanjut lagi di lapak nya dek Ra, si bungsu Ananta
2024-08-07
1