Hurt

Diaz terdiam, pupil matanya membesar saat Rena, perempuan yang membantu Maria muncul di hadapannya.

"Diaz?" jawab perempuan yang di panggil Rena itu dengan ekspresi yang sama dengan Diaz.

mata perempuan itu berbinar, menahan air mata. perempuan itu berjalan mendekati Diaz hingga tak sadar menyenggol Maria yang berada lebih dekat dengan Diaz.

"Sayang.. " perempuan itu menangis sambil memeluk Diaz.

Diaz membeku, saat bertemu perempuan yang merupakan mantan istrinya itu. rindu, sudah lama dia merindukan pelukan hangat Rena, perempuan yang sampai sekarang masih dicintainya.

"Aku rindu sekali dengan kamu.. " sambung perempuan itu sambil menggosok rambut Diaz, mendekap nya dalam pelukannya, penuh kerinduan.

Maria melongo, pandangan matanya kosong saat melihat suaminya di peluk perempuan lain. meski bukan kedua kalinya ia melihat sang suami di sentuh perempuan lain. rasa sakit yang ia rasakan tak jauh berbeda dari sebelumnya.

puk

Diaz mendorong tubuh Rena, sehingga membuat dekapan Rena lepas.

"kamu tidak berubah... kamu malah semakin tampan, tampilan kamu dan pakaian yang kamu kenakan, bahkan bau parfum kamu. tidak ada yang berubah" Rena meraih wajah Diaz, tangannya tak henti meraba wajah Diaz.

Hap

tangan Diaz cepat menangkap pergelangan tangan Rena yang dari tadi terus meraba wajahnya. dihempas nya tangan Rena, dan berjalan ke arah Maria.

"Sayang? kamu baik-baik saja kan? aku benar-benar khawatir saat mengetahui kamu mengalami kecelakaan begini" Diaz memeluk erat Maria yang berdiri kaku.

"Tian, bisa bantu istriku untuk menunggu di mobil? aku tak ingin dia menahan sakit terlalu lama karena berdiri" sambungnya.

"Siap bos" Sebastian dengan cepat menarik Maria meninggalkan toko, Maria tak memberontak, alis wajahnya melengkung sedih saat menoleh ke belakang menatap Diaz yang masih diam di dalam toko.

"Aku sangat senang saat mendengar istriku di bantu orang lain saat kecelakaan, karena itu aku ingin mengucapkan Terima kasih kepada kamu" ucap Diaz datar.

"sayang? kamu....kamu bercanda kan? istri? hmph" Rena menghembus nafas, kepalanya menggeleng-geleng tak percaya.

"Aku memang sudah menikah Rena"

"tidak mungkin, apakah secepat itu kamu melupakan aku Diaz?" Rena menarik kembali lengan Diaz.

"Apa ada yang salah? bukankah kamu yang memilih untuk meninggalkan aku?" Diaz menarik kembali lengannya dari Rena.

"Tapi aku masih sangat mencintai kamu Diaz!!" pekik Rena saat Diaz hendak berjalan pergi.

langkah Diaz terhenti kala mendengar teriakan Rena.

"Apa alasan kamu kembali ke sini?"

"Aku baru melangsungkan pernikahan bulan kemarin, Kakek menyuruhku pulang beberapa waktu. ia ingin memberikan hadiah seluruh perhiasan di toko ini sebagai hadiah pernikahan untukku" jawab Rena kecil.

"hmph, kamu tahu Rena? aku juga ingin mengatakan hal yang sama seperti yang kamu katakan padaku" Diaz tertawa kecil.

"KAMU TIDAK BERUBAH" sambung Diaz, kemudian pergi meninggalkan Rena.

Rena melotot, pupil matanya membesar menatap tubuh Diaz yang perlahan menjauh dan menghilang dari pandangannya.

"tidak Diaz, tunggu aku sebentar lagi ya sayang. kalau aku sudah berhasil mencapai tujuanku, aku akan menceraikan suamiku dan kita pasti akan bersama lagi. aku tahu kamu tidak mencintai perempuan itu, karena aku tahu yang kamu cintai itu hanya aku. jadi sampai saat itu tiba, aku harap kamu bersabar ya sayang" kata Rena kecil, kepalanya miring di topang tangan, frustasi.

...****************...

drrttt drrtt

ponsel Sebastian bergetar di dalam saku tuxedo yang ia kenakan. dilihatnya notifikasi pesan singkat yang dikirim oleh Diaz.

Tian~

bawa Maria pulang sekarang. tidak perlu tunggu aku, aku ada urusan.

Sebastian menoleh kedalam mobil, melihat Maria yang duduk di kursi belakang.

baik bos, segera saya laksanakan

balasnya cepat kemudian masuk kedalam mobil.

"Jalan sekarang, pulang" katanya pada supir di samping.

"Tapi dia belum datang Sebastian!" seru Maria dari belakang.

"Bos akan menyusul, dia masih ada urusan"

Maria terdiam lesu saat mendengar jawaban Sebastian, tubuhnya yang tadi tegang langsung bersandar di head rest kursi mobil.

30 menit perjalanan ditempuh dari pusat perbelanjaan menuju rumah tempat tinggal Diaz dan Maria.

para penjaga yang keluar dari mobil yang lain dengan cepat membuka pintu mobil penumpang yang ada di barisan paling depan, mobil yang di tumpangi Maria. Sebastian turun lebih dulu kemudian disusul Maria dan Amirah.

"Saya izin kembali ke kantor" ucap Sebastian sambil menunduk sopan pada Maria.

"Sebastian-" ucap Maria dari belakang saat Sebastian hendak masuk ke dalam mobil.

Sebastian yang mendengar panggilan Maria, cepat berbalik badan dan menghentikan langkahnya.

"Amirah, masuklah lebih dulu" sambung Maria.

"Baik nyonya"

Amirah masuk ke dalam rumah meninggalkan Maria dan Sebastian.

"Sebastian, aku ingin bertanya soal kak Rena, siapa dia? apakah kamu tahu dia dan Tuan Diaz saling mengenal?" ucap Maria kecil. kelopak matanya mengecil menyimpan kekecewaan.

"Aku tidak tahu apapun, mungkin lebih baik jika kamu menanyakannya langsung dengan bos Diaz" jawab Sebastian menghindar.

"ah kamu benar Sebastian, aku bodoh sekali bertanya dengan kamu padahal kamu jelas tidak tahu apa-apa, haha. tapi mereka pasti sangat akrab ya, hehe" Maria tertawa kaku sambil menggaruk kulit kepala belakangnya.

"mungkin... " Sebastian menatap Maria sedih.

Sebastian kembali menundukkan badan dan pergi masuk ke dalam mobil. Maria masih berdiri di depan gerbang menatap mobil yang di tumpangi Sebastian jauh dan menghilang dari pandangan matanya.

"Padahal aku tahu, aku hanya istri Kontrak tapi kenapa aku malah merasa cemburu. aku bodoh haha" kata Maria kecil, tangannya sibuk mengusap-usap kedua matanya.

...****************...

...Aku terbuai mimpi hingga ke ujung kaki...

...seharusnya aku tahu dari awal kalau akan sakit begini....

...Seperti misteri, dia tak pasti. penuh makna namun sulit di mengerti. harapanku tak banyak, semoga aku mampu membeli sepi....

...-C**hapter 16**-...

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***