"Tuan saya mohon jangan pecat saya, istri saya sakit kemarin tuan"
pagi itu pukul 6.00 saat matahari baru beranjak naik Laki-laki tua itu Bersimpuh di kaki Diaz memohon. wajah keriputnya memelas berharap Diaz membatalkan niatnya memberhentikannya bekerja.
"Pergi! karena kamu istriku harus naik kendaraan umum, kamu tidak tahu bagaimana hari yang ia lalui kemarin"
Diaz murka ketika melihat pria yang menjadi supir pribadi rumah itu datang setelah apa yang terjadi pada Maria.
brukk
Diaz menendang Pria yang memegang kakinya itu.
suara lantang Diaz terdengar hingga kamar membuat Maria terbangun karena kegaduhan di lantai bawah.
Hatsyi! Hatsyi!
Maria menggosok ujung hidungnya, matanya fokus memperhatikan pakaian yang ia kenakan saat menunduk, aroma wangi pekat dari jas Diaz yang ia pakai masuk ke dalam hidungnya.
Hatsyi!
"dia..." katanya kecil.
"Dia marah dengan siapa lagi?"
Maria berlari turun ke bawah karna kegaduhan di pintu depan rumah, dilihatnya para pelayan menunduk ketakutan di dapur. Maria semakin mempercepat langkah kakinya menuju pintu depan.
matanya membulat saat dilihatnya Diaz menginjak punggung Laki-laki tua yang bersimpuh di depan Diaz. pria itu meringis terus memohon.
"Istri saya sedang sakit tuan, saya butuh biaya untuk mengobatinya saya mohon jangan pecat saya" rintih pria itu.
"lepas.." Maria mendorong Diaz.
"apa yang kamu lakukan?" tangan Maria telentang pasang badan untuk Laki-laki tua itu.
Diaz meneguk liur, mata cokelatnya melebar saat melihat lekuk tubuh Maria terlihat jelas saat jas yang di pakaikan Diaz semalam terbuka lebar menyisakan bra hitam karena gaya tangannya yang terlentang. dengan cepat Diaz menarik Maria dalam dekapannya.
"lepas!! hei!" Maria memukul-mukul dada bidang Diaz.
"kamu lupa ganti pakaian" bisik Diaz.
"eh?" Maria langsung terdiam, matanya melongo sesaat Diaz membisikkan hal yang membuatnya malu bukan main.
"Pergi! aku ampuni kamu kali ini" ucap Diaz kepada si pria tua
Pria itu mendongakkan kepalanya ke atas, mulutnya melengkung membentuk senyuman.
"terima kasih tuan, terima kasih"
...****************...
Diaz mengangkat kedua kaki Maria, Maria pasrah meletakkan kaki nya di pinggul Diaz. Maria diam tak memberontak sepanjang Diaz menggendongnya menuju kamar, wajahnya merah padam bersembunyi di dada Diaz.
"Aku sudah beli pakaian, jangan pinjam milik pelayan lagi" kata Diaz pelan, saat menurunkan Maria dari dekapannya.
"iya"
suasana menjadi canggung ketika wajah pasangan suami istri itu masih terus memerah.
"kamu... " sambung Maria
"bisa tolong jangan sakiti orang-orang begitu lagi.."
"... ayahku juga sakit, apakah jika itu aku, kamu juga akan pecat aku?"
"aku mau keluar" jawab Diaz singkat.
...****************...
sudah pukul 8.00 pagi, namun Diaz masih belum bersiap bekerja ke kantor. ia duduk di kursi ruang makan namun para pelayan hanya menunduk, mereka tak di izinkan Diaz membuat sarapan.
"kalian kenapa?" ucap Maria heran saat datang ke dapur.
tak ada pelayan yang menjawab, Diaz hanya memalingkan muka sambil menyilang tangan di dada.
Maria mengernyitkan dahi makin kebingungan.
"aku mau izin ke rumah sakit, apa boleh? sebentar saja, aku janji nanti malam sudah ada di rumah"
Diaz tetap memalingkan muka tak menggubris permintaan Maria. kelopak matanya mengecil menahan kesal.
"Maaf soal kemarin, aku janji tidak akan ganggu kamu atau ke kantor kamu lagi" sambung Maria pelan.
Diaz mengetuk-ketukkan sepatunya ke lantai dengan tempo yang agak cepat sehingga menimbulkan suara besar yang sedikit mengganggu.
"kamu masih marah?"
"tidak" jawab Diaz ketus.
"biar aku yang antar nanti pulang aku jemput" sambungnya.
"ah..tidak perlu, supir kemarin kan sudah masuk. kamu berangkat kerja saja"
Diaz mengerutkan bibirnya ia kembali mengetuk-ketukkan sepatu ke lantai kali ini dengan tempo sedikit lambat namun suaranya jauh lebih besar dari sebelumnya.
"iya... kalau tidak merepotkan kamu, aku mau di antar" kata Maria terpaksa.
Diaz tersenyum simpul, ia langsung bangkit dari tempat duduk dan mengambil kunci mobil di meja.
Diaz menginjak pedal gas, ia kembali mengendarai mobil sendiri. pagi ini sedikit berbeda ia tak mengizinkan bodyguard dan supir untuk mengawalnya bahkan para pelayan tak di izinkan untuk memasak.
krit
mobil itu berhenti tepat di depan rumah sakit, Diaz menyerahkan kunci mobil kepada satpam yang menunggu di depan pintu masuk rumah sakit. salah satu dari mereka berlari cepat menuju mobil Diaz untuk di parkirkan.
"kamu mau ikut jenguk ayah?" kata Maria heran saat Diaz mengikutinya sampai depan kamar rawat ayah Maria.
Diaz tak menjawab ia terus memalingkan muka, raut mukanya kusut menahan kesal.
Maria menghela nafas, kemudian masuk ke dalam ruang rawat ayahnya diikuti Diaz dari belakang.
cahaya matahari makin terang sesaat Maria membuka gorden kamar, ia kebingungan karena Diaz masih diam di sofa sedangkan jam sudah menunjukkan pukul 10.00 pagi.
"kamu belum mau berangkat kerja?" Maria menghampiri Diaz di sudut ruangan.
"belum" jawab Diaz ketus.
drrt drrt
ponsel Diaz bergetar, dilihatnya sudah ada beberapa notifikasi panggilan tak terjawab dari Sebastian.
bos, saya hanya ingin mengingatkan pukul 11 nanti, Anda ada pertemuan dengan para pemimpin cabang perusahaan dari luar kota.
tulis Sebastian yang dikirim melalui pesan singkat.
"Cih.." gerutu Diaz semakin kesal.
Maria hanya bengong melihat Diaz yang langsung pergi keluar ruangan meninggalkan Maria tanpa bicara.
...****************...
"Anda dari mana saja bos? yang lain sudah menunggu kehadiran anda" ucap Sebastian saat Diaz datang ke kantor.
"Bukan urusan kamu!"
Rapat dimulai sesaat setelah Diaz datang, para pemimpin cabang bergantian diskusi dan menyampaikan pendapat namun Diaz tak menunjukkan antusiasme sepanjang rapat berlangsung, dia terus memasang raut muka masam sambil sesekali mengerutkan kening.
Kruk kruk
peserta rapat saling pandang ketika mendengar bunyi perut keroncongan di ruang rapat.
"sial" umpat Diaz dalam hati.
3 jam berlalu, setelah rapat berlangsung Sebastian langsung menghampiri Diaz yang masih duduk di kursi utama rapat.
"anda baik-baik saja bos?"
"diam lah"
...****************...
Malam, sampai di rumah Diaz langsung mandi Diaz menepati janjinya menjemput Maria di rumah sakit. Maria duduk di ranjang menunggu Diaz di kamar mandi berulang kali ia menghela nafas panjang sesekali ia menepuk dada sebelah kiri mengatur detak jantungnya yang semakin cepat.
"fyuh , tenang Maria ini memang tugas kamu di kontrak. Malam ini pasti dia mau melakukan itu, ayo kamu pasti bisa" katanya dalam hati.
namun ia heran ketika Diaz langsung membaringkan tubuhnya di kasur membelakangi Maria setelah keluar kamar mandi.
"kamu masih marah ya?" kata Maria.
Diaz tak menjawab, keningnya mengkerut tangannya terus menekan perut menahan sakit.
kruk kruk
"ahh sial... " rintih Diaz kesakitan.
"kamu kenapa? kamu baik-baik saja?" Maria cepat membalikkan paksa tubuh Diaz menghadapnya.
kruk kruk
Maria menghela nafas membuat Diaz langsung memalingkan wajah saat perutnya kembali keroncongan.
"aku mau makanan kemarin" katanya kecil
...****************...
tuk tuk tuk
Maria memotong sayuran, tangannya telaten mengolah bahan masakan. Diaz duduk manis di kitchen bar memperhatikan Maria masak.
"makanannya siap" Maria datang membawa sup jagung dan susu jahe sesuai keinginan Diaz.
"biasa saja" ucap Diaz, tangannya tak henti menyendok sup jagung di mangkuk hingga kosong tak bersisa.
Maria bertopang dagu duduk di samping Diaz, mulutnya melengkung tersenyum memperhatikan Diaz makan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
gedein tu gengsi, laper kan jadinya.... 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2024-08-19
0
Wani Ihwani
malu bin segan jadi kelaparan
2024-06-30
2
sherly
minta dimasakin aja malu bilangnya... malu malu meong ujungnya lapar sendirri
2023-09-15
3