Maria berdiam diri di kamar, makanan yang di bawakan pelayan tak di sentuh sedikitpun. matanya memerah tak berhenti menangis.
"bagaimana ayah? hari ini seharusnya ayah sudah dirawat di kota. kondisi ayah sekarang bagaimana? bagaimana kalau ayah collapse lagi? kenapa jadi kacau begini? Aku ikut kak Adrian agar ayah dapat di rawat dengan baik, tapi malah berakhir seperti ini. bagaimana ayah hari ini, dokter pasti mencari ku"
hanya tentang ayah, yang ada di pikirannya saat ini. dokter memang sudah menjadwalkan ayah Maria untuk di berangkatkan ke kota hari ini. namun Maria justru terjebak dalam masalah.
para pelayan bergantian menghibur Maria, namun tak ada hasil. nihil, sekarang mereka hanya berdiri diam di depan kamar.
kring
telpon rumah berdering, pelayan dengan cepat mengangkat telpon diruang tengah.
"halo tuan? tidak, nona tidak kabur tuan, tapi dia tak mau makan dan terus menangis. kami sudah membujuknya, tapi tak berhasil tuan" ucap salah satu pelayan di telpon.
"tidak masalah, asal dia tidak pergi meninggalkan rumah itu sampai besok malam" jawab Sebastian.
"tapi... tuan, saya kasihan melihat nona"
"tuan Diaz tak ada perintah lain, biarkan saja. dia bukan orang penting." Sebastian mematikan telpon.
...****************...
"Bos, perempuan itu tidak mau makan dan dia terus menangis" ucap Sebastian pada Diaz.
"biarkan saja, selama dia tidak meninggalkan rumah sampai besok malam. aku tidak perduli"
Diaz memutar bangku kerjanya menghadap jendela luar, pemandangan kota terlihat jelas dari lantai 24 kantor Diaz. Bangunan-bangunan tinggi menjulang, dan mobil mobil yang berlalu lalang terlihat sangat kecil dari pandangan Diaz.
"aku bahkan hampir menguasai industri di kota ini Tian, aku juga memiliki agen mata-mata rahasia yang memiliki kemampuan militer tingkat tinggi, aku memegang peran 40% pertahanan kota. aku menjangkau ini semua hanya dalam waktu satu tahun. aku tak akan berhenti sampai aku menguasai semua ini, maka hal terkecil sekali pun jika ia milik sainganku maka akan ku rebut."
"iya bos" jawab Sebastian sedih.
siapapun tahu, sebanyak apapun harta yang Diaz miliki, wanita yang ia cintai tetap merasa kurang. pernikahan di jalani hanya agar memiliki anak. sedangkan anak, baginya hanya alat untuk dapat memenuhi nafsu rakusnya terhadap warisan keluarga.
Kepergian Rena membuat Diaz berubah menjadi orang yang ambisius. dia akan menaklukkan semua alasan yang membuat Rena pergi dari sisinya, terutama anak.
"Tian, malam ini aku ingin pulang cepat. antar aku ke rumah tenang, aku ingin melihat mainan dari Calix" ucap Diaz.
"Baik Bos"
...****************...
pukul 18.00 malam, sesuai keinginannya Diaz pulang lebih awal. Sebastian dengan setia mendampinginya, mobil mewah berwarna hitam mengkilap sudah terparkir depan kantor.
Diaz keluar dari pintu lobby bersama Sebastian, sopir yang sudah menunggu segera membukakan pintu mobil untuk Diaz.
Diaz membuka setelan jasnya dan membuka beberapa kancing kemeja bagian atas. Diaz memang pulang lebih awal, namun tak menutup kenyataan bahwa tubuhnya pun kelelahan. menjalani hiruk pikuk urusan kantor jelas membuat pikiran Diaz kadang tertekan. belum lagi setelah Rena meninggalkannya, tak ada lagi ia temukan penawar lelah.
Diaz membangun rumah lain di lahan yang cukup besar, rumah itu ia buat dengan halaman yang luas, sehingga cukup untuk ditanam beberapa pohon, taman bunga serta kolam ikan. rumah ini ia sebut sebagai rumah tenang. tempatnya pulang ketika ia merasa lelah dengan semua urusannya saat rumah tempatnya tinggal sudah tak ada Rena lagi, rumah itu hanya menambah stres karna mengingatkan Diaz tentang bagaimana Rena pergi meninggalkan dirinya.
krit
Diaz sampai di rumah tenang, gerbang terbuka secara otomatis. para pelayan berpakaian maid sudah menunggu di depan pintu rumah menyambut Diaz.
"selamat datang tuan" ucap para pelayan bersamaan. mereka dengan sigap mengambil jas serta tas kantor Diaz.
Diaz langsung naik ke lantai dua rumah menuju kamar Maria, di kamar Maria masih duduk melamun di atas ranjang. makanan yang ada di atas meja sudah berulang kali di hinggapi lalat.
"nona dari tadi seperti itu tuan, dia tidak berhenti menangis. hari ini nona juga belum makan sama sekali" ucap salah satu pelayan di belakang Diaz.
Diaz tidak menjawab apapun. para pelayan kemudian pergi keluar dan menutup pintu kamar meninggalkan Diaz dan Maria. Diaz duduk menyilang kaki di sofa depan ranjang. tangannya menyandar di ujung sofa menopang kepala. dia menatap Maria kesal.
"Mau menangis sampai kapan?" katanya dingin.
"Ayah" Maria mengalihkan pandangannya menghadap Diaz. tatapannya lesu dengan linangan air mata.
Maria berjalan ke arah Diaz, namun kakinya terkilir saat mencoba kabur lewat jendela. dia terjatuh di pelukan Diaz. Diaz dengan cekat menangkap tubuh Maria yang sangat lemas.
"Ayah.. tolong ayah" Maria menangis semakin menjadi di pelukan Diaz. tangannya meremas kemeja Diaz hingga kusut.
"Ayah sakit, tolong bantu ayah, tolong... "
Maria hilang kesadaran, ia pingsan di pelukan Diaz. Diaz langsung menggendong Maria ke ranjang.
"Tian!!!!" teriak Diaz di luar kamar Maria.
Sebastian dengan cepat naik ke atas. menuju arah sumber suara Diaz.
"Panggil dokter Evan ke sini, periksa perempuan itu. lalu cari informasi lengkap tentang dia, terutama ayahnya. aku tunggu di ruanganku Tian"
"Baik, Bos"
Sebastian menoleh ke dalam kamar, Maria sudah di baringkan di atas ranjang. dilihatnya pula gestur tubuh Diaz. gelisah, terlihat sangat jelas.
Diaz pergi, dia menunggu di ruang kerja pribadinya di lantai 3 rumah.
tak lama dokter Evan datang, Sebastian menyambut dan mengarahkan dokter Evan menuju kamar Maria. dokter Evan datang bersama satu orang perawat wanita, disela-sela pemeriksaan oleh dokter Evan. Sebastian keluar kamar menelpon seseorang dari agen mata-mata untuk mencari tahu informasi tentang Maria sesuai perintah Diaz.
"aku sudah mengirim foto seseorang, aku tidak tahu siapa namanya. tuan Diaz memerintahkan untuk cari informasi lengkap tentang dia terutama ayahnya. tidak lebih dari 1 jam, tuan Diaz tak ingin menunggu lama" katanya di telpon.
15 menit kemudian, dokter Evan keluar dari kamar Maria.
"tuan, nona ini mengalami dehidrasi. tidak ada asupan energi sama sekali pada tubuhnya, sehingga ia juga mengalami penurunan tekanan darah. saya sudah berikan obat dan tolong kalau dia sadar jangan biarkan lambungnya kosong dan jangan stress."
"baik terima kasih dokter"
dokter Evan dan perawat kemudian pulang, Sebastian mengantar dokter Evan ke depan rumah.
...****************...
tak lama kemudian ponsel Sebastian berdering. berkas berisi informasi Maria sudah dikirim melalui surat elektronik.
Sebastian naik ke lantai 3, menemui Diaz di ruang pribadinya.
"bos, perempuan itu dehidrasi. menangis seharian dan tak ada asupan energi sama sekali."
Diaz berdiri menghadap keluar jendela. dia tak menjawab apapun.
"Namanya Maria Carmonika, umur 21 tahun. tinggal di Xeriand, ibunya sudah meninggal. ayahnya... sakit kanker paru dirawat di rumah sakit kecil Xeriand. hari ini seharusnya ayahnya di pindah rawat di rumah sakit kota. karena ayahnya sudah sering collapse. dia tidak memiliki keluarga lain selain ayahnya." sambung Sebastian.
"Urus perpindahan ayahnya sekarang. berikan perawatan yang terbaik untuk kanker paru. malam ini sudah harus di rawat di kota ini Tian." Diaz berbalik badan menghadap Sebastian.
"Bos? ini bukan urusan anda, apa anda tidak berlebihan?"
"Keputusan ku adalah milikku Tian, laksanakan apa yang ku katakan" tegas Diaz.
"Maaf bos, segera saya laksanakan"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
alhamdulillah.... akhirnya datang pertolongan untuk ayah maria.
2024-08-18
1
Ret Coo
semakin seru
2023-11-21
1
N Wage
jangan lebay dwh kak thor😂😂😂😂😂
rumah aku yg sangat sangat sederhana aja gak lalatnya(jarang😁),masak rumah mewah dlm kamar lg.
2023-10-30
1