"Apa yang harus kita lakukan kak. Sepertinya uang 1 perak milikmu akan sia-sia" Suara anak kecil itu terdengar kembali membuat bibir Adelia semakin berdenyut.
Tak lama kemudian, pintu di buka semakin lebar dan seorang laki-laki dewasa diikuti oleh dua anak kecil berusia 5 tahun dan 3 tahun yang menggenggam erat celana sang laki-laki sambil menatap penuh curiga pada Adelia.
"Kau sudah bangun? Kalau begitu masak lah, sudah waktunya makan siang" Suara dingin sang laki-laki membuat Adelia mengernyit, terlebih ketika melihat tatapan dingin dan acuh tak acuh sang laki-laki.
Namun bukan Adelia namanya yang takut kepada seorang laki-laki, Adelia menatap datar lalu tersenyum. "Aku sedang sakit".
Wajah tanpa bersalah ketika mengatakan hal itu membuat Li Xiang yang berbadan tegap itu semakin mengernyit tidak suka namun ia tau bahwa apa yang Adelia katakan adalah benar. Gadis itu memang sedang sakit jadi tidak seharusnya ia disuruh memasak.
Lu Xiang sebenarnya tidak ingin menikah karena ia sangat tau akan keadaannya, apalagi ada dua adik yang ia harus tanggung namun ketika mengingat bahwa adik-adiknya akan tinggal sendirian di rumah ketika ia pergi berburu atau ketika pergi ke kota Cheng dan tidak ada yang melindungi mereka akhirnya ia memutuskan untuk menggunakan uang 1 perak yang diberikan oleh gurunya di Akademi ketika ia memutuskan untuk putus sekolah untuk melamar Adelia.
Ia tau keadaan Adelia yang tidak diinginkan oleh keluarganya sendiri, oleh karena itu ia mau melamarnya karena setelah menikah Adelia pasti tidak akan memihak kepada keluarganya dan lebih memilih setia kepadanya. Jikapun terjadi sesuatu padanya ketika berburu kemungkinan besar bahwa Adelia akan menjaga adik-adiknya. Itulah alasan ia menikahi gadis itu.
Lu Xiang menghela napas panjang lalu berbalik badan ingin meninggalkan ruang tidur.
"Baiklah" Melihat Lu Xiang tidak ingin berdebat dengannya membuat Adelia berpikir bahwa ia mungkin meninggalkan kesan tidak baik dan memutuskan untuk mengubah keputusannya. Ia masih belum dapat beradaptasi dengan lingkungan dunia ini jadi tidak baik jika ia memiliki hubungan yang tidak harmonis dengan laki-laki yang menjadi suaminya.
Suara Adelia menghentikan langkah Lu Xiang, ia berbalik dan menatap aneh karena Adelia begitu cepat mengubah keputusannya namun ia tetap keluar kamar meninggalkan Adelia dan dua adiknya.
Adelia menopang tubuhnya dengan kedua tangan, sedikit demi sedikit ia bangun dan berdiri.
Tatapan Adelia kembali fokus pada dua bocah kecil yang masih berdiri menatap aneh, waspada serta curiga padanya.
Adelia tersenyum lembut. "Hai kenalkan, namaku Miao Adelia, kalian bisa memang... " Perkenalan Adelia terhenti karena dua bocah itu berlari tanpa peduli akan ucapannya.
Dasar anak kecil, gumam Adelia pasrah.
&&&
Adelia keluar kamar dan melihat Lu Xiang yang duduk di kursi sembari membaca buku tua.
"Dimana dapurnya?"
Lu Xiang mendongak dan menatap istri yang baru ia nikahi lalu melihat ke arah samping tempat ruang dapur, kamar mandi serta gudang menjadi satu.
Tatapan Adelia mengikuti pandangan Lu Xiang dan menemukan dapur yang sangat mudah untuk di temukan lalu merasa malu, ia langsung melangkah ke dapur tanpa mengatakan apapun.
"Kak Xiang. Istrimu sangat aneh, sepertinya investasi mu sia-sia. Aku tidak yakin apa dia bisa berguna. Huft! Uang 1 perak padahal bisa belanja buat makanan kita selama berbulan-bulan" Lu Cheng menghela napas kecewa bak orang dewasa.
Lu Xiang tersenyum geli dan skeptis karena istilah yang adiknya pakai. "Darimana kau tau arti kata investasi?"
Lu Cheng memutar bola matanya. "Tentu saja dari mu. Sebelum menikah kau pernah bilang kalau kau menikahinya untuk membantu pekerjaan rumah dan juga untuk menjaga kami ketika kau pergi berburu atau ke kota. Kau sebut itu investasi jangka panjang kak"
Lu Xiang semakin speechless dengan perkataan adiknya. Ia memutuskan untuk mengabaikan adiknya dan kembali fokus ke bacaannya. Walaupun ia putus sekolah namun jauh di lubuk hatinya ia sangat ingin menjadi sarjana yang dapat bekerja di pemerintah karena di dinasti Murong, pegawai pemerintah sangat disegani dan banyak keuntungannya.
Lu Cheng memanyunkan bibir melihat kakaknya mengabaikan dirinya, ia pun memutuskan untuk pergi ke dapur melihat apa yang Adelia lakukan.
Adelia yang berada di dapur mendengar semua perkataan Lu Cheng dan sama speechless dengan Lu Xiang. Ia tidak menyangka bahwa anak kecil 5 tahun dapat berbicara seperti halnya orang dewasa. Ia menggelengkan kepala, mungkin di masa kuno anak kecil lebih cepat dewasa.
Ia meneliti keadaan dapur yang kotor dan terlihat sedikit kosong itu. Di sana hanya ada rak dua lantai yang berisi perlengkapan makan dan masak yang terbuat dari tembaga, tungku api, kayu bakar yang di tumpuk di sudut dapur serta gentong kayu yang berisi air.
Adelia menghela napas panjang lalu membuka dandang besar yang berisi sedikit beras. Ia memasukkan beras ke dalam dandang kecil dan tertegun melihat beras kuning kehitaman di hadapannya.
Matanya menjadi sayu sesaat namun ia tetap mencuci beras itu dan memasaknya di tungku api.
Perhatian Adelia teralih pada sayuran liar kangkung, ia pun mencuci sayur itu namun lagi-lagi tertegun karena ia mendapati tidak ada bumbu dapur apapun di sana selain minyak lemak hewan dan garam yang berwarna kuning.
Adelia menghela napas panjang untuk kesekian kalinya, ia memutuskan untuk bertanya pada suaminya. Tatapannya bertemu dengan Lu Cheng yang sedari tadi melihat gerak geriknya.
"Hei. Apa kalian punya bumbu dapur? Seperti bawang, cabe atau bumbu lainnya?"
Lu Cheng memanyunkan bibirnya tidak suka. "Tidak ada. Uang kami habis untuk memberikan mahar untuk keluarga mu".
Alis Adelia berdenyut tidak suka. Bagaimana seseorang akan tersinggung jika ia terus disalahkan dan dicibir oleh orang lain, apalagi ketika orang yang mencibirnya adalah seorang anak kecil.
"Hei anak kecil. Dimana letak sopan santun mu ketika berbicara dengan orang yang lebih tua darimu?"
"Humph!" Lu Cheng tidak memperdulikan pertanyaan Adelia dan beranjak pergi, sedangkan adiknya Lu Shan tetap berdiri dengan jari telunjuk yang ia masukkan ke mulutnya, matanya sangat fokus kepada dandang nasi yang sedang dimasak.
Adelia menghela napas kencang, berusaha untuk bersabar. Ia lalu menumis kangkung seadanya hanya dengan minyak lemak hewan dan garam.
Namun sesaat kemudian, pergelangan tangannya panas seperti terbakar membuatnya meringis dan matanya melebar ketika melihat tato yang sangat familiar baginya.
Tato tersebut bergambar bunga teratai yang kecil yang jika tidak diperhatikan secara seksama maka orang lain akan mengira bahwa itu hanya tahi lalat.
"Bagaimana mungkin?" Lirih Adelia tak percaya.
Adelia tidak menyangka bahwa tato itu akan mengikutinya ke dunia ini. Tato yang sudah bersamanya selama 5 tahun, ia berpikir bahwa tato itu hanya tato biasa yang tidak jelas muncul ketika kalung batu jade yang ia beli dengan harga murah hilang. Namun ketika melihat gambar tato itu ia yakin bahwa itu kalung batu jade miliknya yang hilang karena memiliki pola yang sama yaitu pola bunga teratai.
Ia pun menoleh ke kiri, kanan dan ke belakang memastikan hanya Lu Shan yang berdiri di depan pintu dapur lalu berjongkok di depan tungku api namun tangannya meraba tato di pergelangan tangannya lalu memejamkan matanya.
Adelia kemudian tersenyum senang melihat pemandangan yang sangat familiar baginya.
Senyuman Adelia semakin bertambah lebar karena apa yang ia lihat masih sama setelah terakhir kalinya ia melihat pemandangan itu.
Mungkin aku benar-benar seorang heroine!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 187 Episodes
Comments
kutu kupret🐭🖤🐭
whaattt the f*@$##kkk😵
2023-05-05
1
Aster
suka nih sama genre cerita yg begini
2023-02-13
2