Rendy resah. Hatinya gundah gulana. Hidup yang tenang kini terancam bakalan dibayang-bayangi masa lalu yang memang belum usai.
Masa lalu memang hanya sebuah kisah usang yang tidak perlu diingat lagi. Apalagi jika masa lalu itu terasa pahit sepahit empedu.
Tapi bagaimana mungkin Rendy melupakan kesakitan hatinya yang sempat merana hampir dua tahun lamanya ditinggal begitu saja oleh Berliana.
Cinta tulus Rendy dipandang rendah begitu saja oleh gadis imut yang pernah menempati posisi teratas di alam khayal fikirannya.
Dia bahkan nyaris kehilangan jati diri. Bergaul dengan dunia malam yang gelap. Judi, minuman keras bahkan sampai obat-obatan terlarang sempat menjadi pelariannya.
Semua itu dia lakukan demi melupakan kisah sedih cintanya yang gantung tanpa kejelasan.
Teman-teman mentertawakan dirinya yang menyedihkan. Bahkan mereka semua menyuruh Rendy untuk move on dengan mencari gadis lain yang sebenarnya dengan mudah bisa Ia dapatkan.
Putus cinta obatnya adalah jatuh cinta lagi.
Wajahnya cukup tampan. Tatapan tajam dengan kharisma pembawaan yang kalem terkesan misterius. Rendy memiliki daya tarik tersendiri bagi para cewek-cewek yang punya jiwa petualang.
Tapi sayangnya, Rendy bukan tipe lelaki yang mudah jatuh cinta. Terlebih dengan sikap dingin yang sudah mendarat daging, cukup sulit untuknya beradaptasi memulai pertemanan dengan lawan jenis.
Jatuh cinta tiba-tiba, tidak semudah itu Ferguso! Butuh proses serta pengenalan lebih lama! Begitu selalu gerutuan hatinya.
Ada sedikit kebanggaan tersendiri karena sifat setia Ayah yang menurun pada dirinya. Namun tak jarang pula Rendy seringkali menyesal memiliki sifat yang demikian.
Melihat banyak teman-temannya yang putus cinta, terluka bahkan hancur sesaat. Tapi mereka dengan cepat bangkit dari keterpurukan dan mulai kembali dari awal.
Tidak dengan hatinya. Yang hanya bisa mencintai satu wanita karena sekalinya mencinta, tak akan mudah baginya melupakan.
Trerereng trerereng trerereng...
Ponselnya berdering.
Istrinya menelpon.
...[Mas!!! Kamu dimana? Ini udah jam setengah delapan, Leo nangis terus nanyain kamu nih!]...
Tersadar Rendy. Putra tampannya sempat terlupakan karena adanya Berliana yang tiba-tiba muncul dihadapan.
"Iya. Aku pulang! Mana Leo?"
...[Udah tidur. Barusan nangis nanya Papa dimana. Ehh, bibir Leo jontor, Mas! Jatuh dari kursi tadi siang! Maaf...]...
"Ya ampun, Yang! Bisa-bisanya kamu... Ish! Masa' jaga anak satu bisa sampe jungkir gitu!? Kalo ada aku, Leo jarang jatuh!" semprotnya pada Virly tanpa sadar.
...[Khan khan... Tuh denger ga Lo, Ann? Bapaknya mulai ngoceh-ngoceh anaknya nyugsrug. Emaknya khan yang kena marah! Hm...]...
Terdengar suara tawa cekikikan yang renyah yang pernah begitu Rendy rindui di masa lalu.
Ya Tuhan! Tawa Berliana..., semakin membuatku gila!
Sakit kepala Rendy seketika. Tapi rasa rindu pada sang putra menyeruak tiba-tiba.
Leo anaknya jauh lebih berharga ketimbang mengingat masa lalu yang suram.
Dia kuatkan hati untuk pulang kembali ke rumah Sang Istri.
Gue mesti pulang dengan kepala tegak. Yang seharusnya malu itu si Berlin. Bukan gue! Dia yang jahat ninggalin gue gitu aja. Kenapa harus gue malah yang ga enak hati? Cih! Bisa-bisanya gue kalah set sama tuh cewek ga jelas! Biarpun dia adeknya bini gue, bukan berarti hidup gue ada di ujung telunjuknya. Hm. Berarti gue harus lebih fight ketimbang dia!
Tok tok tok
Krieeet...
"Tumben pulangnya malem! Leo nangis terus tuh tadi cari Papanya!" semprot Virly ketika melihat wajah Sang Suami dibalik pintu.
"Sekarang udah tidur?"
"Udah. Sama Onti-nya! Hari ini Leo lagi merapat Anna. Hehehe... Mereka akrab banget setelah Leo bangun tidur siang."
Rendy hanya membisu mendengar celotehan istrinya yang sudah begitu ia kenal keceriaannya.
"Kamar tamu udah ganti bohlam?" tanya Rendy.
"Udah. Minta tolong Yamin, anak kost sebelah. Lumayan gak keluar uang hehehe..."
"Kamu ceroboh. Ga boleh masukin anak cowok ke kamar sembarangan!" sungut Rendy pada sang Istri.
"Lha kamu kumintai tolong malah kabur nongkrong di basecamp!"
"Nih! Penghasilan hari ini!"
Rendy langsung menyerahkan seluruh uang yang ada di kantung jaket parasutnya.
Bibir Virly mengembang merekah. Ia tersenyum dengan bola mata berbinar.
"Makasih!"
"Sama-sama!"
Rendy memang ingin rumah tangga mereka terbuka apalagi urusan keuangan.
Istrinya adalah ibu negara dan menteri keuangan terbaik. Cicilan mobil Kijang Innova-nya baru satu tahun. Tetapi istrinya sudah memiliki tabungan angsuran dua bulan dari penghasilan nyopir yang ia berikan semua.
Virly memang istri terbaik di dunia. Tidak pernah sekalipun menyusahkan dirinya untuk urusan keuangan. Karena istrinya itu memang memiliki penghasilan sendiri. Bahkan jauh lebih besar dari Rendy.
"Mas, mau makan dulu apa langsung mandi?"
"Mandi dulu ah!"
"Oke, aku ambilin handuk. Sana kamu masuk kamar mandi duluan!"
Rendy menurut.
Mereka sudah terbiasa dengan chamistry pasangan suami istri yang penuh obrolan ringan seperti itu.
Baik Rendy maupun Virly, sedari awal memang sudah berkomitmen untuk saling memberi saling menerima.
Berumah tangga tanpa diawali cinta bukanlah masalah besar bagi mereka.
Mengingat pernikahan terjadi untuk keseimbangan hidup masing-masing, mereka berkompromi dengan keadaan yang ada. Cinta perlahan bisa tumbuh dengan indah setelah bibitnya di sebar di taman bunga yang sudah disiapkan kedua keluarga besar mereka.
Rendy senang punya istri cantik. Virly juga bangga bersuamikan pria yang tampan bahkan lima tahun lebih muda darinya.
Mereka berdua mengambil keuntungan masing-masing setelah menelaah kisah pilu kegagalan cinta di masa lalu.
Pacar Virly kabur tak ada kabar setelah sesumbar akan melamarnya sampai buat kehebohan di keluarga Virly.
Rendy, hidupnya oleng frustasi juga karena ditinggal kekasih pergi.
Satu sama.
Posisi mereka berdua sedang dalam kondisi terpuruk.
Setelah sebulan menikah, bibit cinta yang ditabur mulai menampakkan hasil. Tinggal bersama dalam satu atap, juga satu kasur meski berbeda bantal, membuat mereka sering saling pandang dan saling memberi perhatian kecil.
Jatuh cinta karena sering bertemu. Saling suka karena kagum dengan sifat serta sikap masing-masing. Akhirnya kapal cinta Rendy Virly mulai berlayar.
Rendy memberanikan diri menjamah tubuh istrinya tepat setelah sepuluh hari Virly selesai halangan.
Waktu pembuahan yang pas menurut para ahli. Dan itu benar-benar terbukti.
Virly dinyatakan hamil setelah satu bulan kemudian telat datang bulan dan sakit meriang selama beberapa hari.
Layar cinta bahtera kapal rumah tangga mereka semakin terbentang.
Kehamilan Virly semakin membulatkan tekad Rendy untuk mencintai Virly sepenuh hati. Begitu sebaliknya.
Mereka sama-sama berkomitmen untuk saling menggantungkan hidup satu sama lain.
"Virlyy...! Handuknya mana? Virlyyy! Sayang?!"
Pucat pias wajah Rendy yang muncul dari balik kamar mandi.
Berliana dengan wajah memerah menyodorkan selembar handuk berwarna biru pada Sang Kakak Ipar. Dia melengos. Memalingkan wajahnya agar mata mereka tidak saling bertatapan.
Kenapa harus si Berlin sih yang ngasih gue handuk?
"Virly mana?" tanya Rendy singkat sambil meraih handuk dengan hati-hati agar separuh tubuhnya yang polos tanpa apa-apa tidak terlihat Berliana.
"Leo nangis pengen mimik!"
Berliana menjawab dengan suara bergetar sembari berlalu pergi.
Dug dug dug dug
Kakaaak!!! Tega-teganya lo buat gue jadi talenan beginiiii!!! Aaarrrgghhh!!!
Hati keduanya berdebar kencang dengan fikiran penyesalan yang tak habis fikir.
...🌷🌷🌷BERSAMBUNG🌷🌷🌷...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Manami Slyterin🌹Nami Chan🔱🎻
Hai Randy... semangat 3 bunga mawar indah untuk mu
2023-02-23
0
Elisabeth Ratna Susanti
keren banget 😍
2023-02-15
1
🌿Leony Fernanda🔱🎻
sru nyata..ads 5
2023-02-05
1