Dion melirik teman satu shift nya yang kini tengah dalam masalah, di lain sisi Dion memperhatikan sikap aneh Marisa yang nampak biasa saja dan tenang.
Setelah ini mungkin kau akan
dikeluarkan dari perusahaan karena tidak becus bekerja.
pikir Marisa dengan sorotan matanya yang menunduk menatap tumpukan kardus di lantai gudang.
"Ada apa dengan mu, Marisa? Sepertinya kau tidak terlalu excited dengan masalah Kinara." Dion menatap curiga gadis yang ada di sebelahnya lewat tatapan matanya hingga membuat Marisa berdiri tidak nyaman.
"Kau mau mengatakan jika akulah pelakunya?"
"Kau ini bertanya padaku atau mau memberitahu dirimu yang sebenarnya?" Pertanyaan sekaligus sebuah umpatan secara tidak langsung yang Dion utarakan pada Marisa yang sejak awal Kinara diterima bekerja di perusahaan milik keluarga Geraldio.
"DION!" teriak Marisa kesal sedang Dion pergi begitu saja meninggalkan gadis dengan sejuta kekesalannya.
pertama kau rebut posisiku kedua kau rebut Dion dariku, Kinara!
ujarnya lirih pada dirinya sendiri mengepalkan kedua tangannya menahan marah.
*******
Didalam ruangan tubuh tinggi tegap pria berwajah tampan indo campuran berdiri tegak menghadap dinding ruangan membelakangi meja kerjanya juga pintu ruangan.
Menunggu kedatangan karyawan staff gudang yang berhasil mengusik ketenangannya, setelah perjalanannya yang cukup lelah.
Kinara mengetuk pintu dan masuk setelah mendapat jawaban dari sang atasan. Kinara menyapukan pandangan ke empat sudut ruangan, berjalan maju setelah mendapati seseorang didalamnya berdiri dengan style nya yang berkelas.
Mendengar langkah kaki yang saling berbenturan dengan lantai. Radhika sedikit menoleh ke kanan, tanpa perlu melihat ataupun tahu siapa itu Kinara? Seperti apa dia? Apa pentingnya bagi seorang Radhika mengenal karyawan nya satu persatu. Terlebih itu adalah karyawan biasa yang hanya mengandalkan ijazah SMA-nya saja.
"Saya Kinara, Tuan yang bertu__"
"Ambil berkas itu dan hitung dari awal, gunakan mata dan otakmu untuk bekerja!“ Sarkas Radhika to the point.
"Tidak mungkin hitungan saya salah, Tuan. Sa__“ sangkal Kinara mencoba berjalan mendekati Radhika yang masih berdiri tanpa menoleh. Apalagi merubah posisinya dengan kedua tangan berada dalam saku celana bahannya.
“Tetaplah diam di tempat mu!“ bentak Radhika dengan nada yang tinggi. Seketika membuat Kinara tersentak kaget hingga tubuhnya terjingkat. Jantungnya hampir saja lompat dari tempatnya saat mendengar suara lantangnya yang terdengar begitu arogan.
“Jadi kau merasa dirimu lebih pintar? Dan disini akulah yang bodoh begitu menurut mu?"
"Sa_Saya tidak ada maksud seperti apa yang tuan katakan,“ Kinara berkata mencari kebenaran dan pembelaan untuk dirinya sendiri. Gadis itu merasa bahwa dirinya tidak merasa membuat kesalahan, dia selalu meneliti pekerjaannya sebelum diserahkan kepada kepala gudang.
"Jika sampai terjadi sedikit saja kerugian di perusahaan Ku. Saya pastikan kau akan menggantinya dengan keringat dan darahmu. Keluar!“ perintah Radhika marah dengan nada yang lebih tinggi dari sebelumnya.
Tanpa terasa butiran bening keluar begitu saja dari kedua pelupuk mata indahnya. Kinara meraih berkas yang sudah terlempar tak beraturan diatas meja kerja sang pimpinan perusahaan. Diraihnya berkas itu seraya melirik tajam kearah punggung pria angkuh dihadapannya dan bersumpah.
Aku bersumpah aku akan menghancurkan dinding pertahanan mu yang sombong itu.
umpat Kinara dalam benaknya dengan segala keyakinannya, jika dirinya mampu menaklukkan sikap dingin dan angkuh pria aneh menurutnya.
Sedikit kasar Kinara menutup pintu ruangan CEO, cukup membuat Radhika terperangah dalam decaknya. Tanpa sengaja bahu Kinara bersenggolan dengan bahu Giovano yang baru saja keluar mengecek hasil pengetikan di ruang audit.
“Maaf, Nona!“ ujar Giovano melirik sekilas Kinara yang berjalan cepat sambil mengusap pipinya yang basah. Sedangkan Kinara berjalan lurus tanpa peduli ataupun sekeder membalas maaf pria yang tanpa sengaja bersenggolan dengannya.
"Dia pikir aku tidak bisa mencari pekerjaan lain di jakarta. Aku bisa mencari pekerjaan di perusahaan yang jauh lebih besar dari perusahaan ini." Kinara menggerutu sebal mengeluarkan seluruh kegondokan di hatinya. Pada pimpinan perusahaan tempatnya bekerja saat ini. Menutup kembali pintu loker tempatnya menyimpan tas serta barang pribadinya.
Seperti biasa sebelum pulang Kinara akan mengganti seragam kerjanya dengan baju ganti yang dia bawa dari rumah.
Lagi-lagi Marisa berniat buruk pada Kinara, diam-diam ia mengunci pintu toilet dari luar lalu secepatnya Marisa pergi meninggalkan toilet karyawan khusus wanita.
“Mampus loe, Kinara!" umpat Marisa penuh benci.
Setelah Kinara selesai mengganti seragamnya dengan pakaian biasa, gadis itu mencoba memutar knop pintu namun pintu tak kunjung terbuka.
Berkali-kali Kinara memutar dan menarik knop sekuatnya usahanya tetap sia-sia, ia pun berteriak sekencangnya agar orang diluar dapat mendengar suaranya berteriak minta tolong.
“Tolong! Siapapun diluar sana tolong, buka pintunya!" Kinara berteriak memukul daun pintu sekerasnya. Berharap ada orang lewat dan memukakan pintu yang terkunci dari luar.
"Gio! Apa kau mendengar sesuatu?" tanya Radhika. Ekor matanya mencari ke sumber suara.
“Ya. Seperti teriakan perempuan minta tolong tuan. Biar saya periksa tuan,“ jawab asistennya menajamkan pendengarannya.
“Kau lanjutkan saja tugasmu, Gio. Biar aku yang cari tahu siapa yang berteriak minta tolong,“
"Baik, Tuan,“ sahut Giovano cepat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments