Part 3. Cinta Memang Membutakan

Usai menaruh koper bawaannya ke kamar miliknya, Eleanor melangkahkan kaki menuju tangga. Ya, kamar pribadi milik Alexei berada di lantai dua.

Tiba di kamar luas dengan nuansa warna krim dengan tataan rapi dan bersih itu. Eleanor langsung masuk ke dalam kamar mandi. Menyalakan air dengan suhu hangat, dan menaburkan aromaterapi yang terdapat di rak kamar mandi.

Sembari menunggu air itu penuh, Eleanor duduk di sisi bathtub dengan melamun. Ingatan tiga minggu yang lalu membuat air matanya luruh tanpa di minta.

Di mana kejadian naas itu menimpa ke-dua putri kembarnya dan sosok orang yang sangat mencintainya. Karena musibah kecelakaan itu nyawanya tak tertolong.

Hmm,

Deheman tegas itu membuat lamunan Eleanor membuyar, dan bahkan baru menyadari jika air dalam bathub sudah penuh melewati batas yang di inginkan.

Dengan segera Eleanor mengusap sisa-sisa air matanya, tidak ingin pria gagah perkasa itu semakin meremehkannya.

"Apa pekerjaanmu hanya melamun saja? Entah bagaimana bisa Mom, memperkerjakan pelayan seperti kau!" dengan rahang mengeras dan tatapan merendahkan, Alexei kembali melontarkan kata-kata kasar itu.

Eleanor mengigit bibir bawahnya, bukan akibat mendengar perkataan Alexei, namun karena pria itu berdiri tepat dihadapannya dengan bertelanjang dada.

Mungkin siapapun yang melihat betapa indahnya dan gagahnya pria itu, akan tertarik dengan kesempurnaan tubuhnya.

Hal itu berhasil membuat jantung seorang Eleanor berdegup sangat kencang. Bahkan ia menelan ludah diam-diam, karena tak sengaja pandangannya itu berlabuh pada pemilik tubuh itu, yang tak lain adalah suaminya sendiri.

"Maaf, aku tak sengaja. Jika begitu aku permisi!" ucap Eleanor dengan nada gugup, berusaha menyembunyikan degap jantungnya yang semakin tak normal. Bagaimana bisa normal karena saat ini pria itu semakin mendekatkan dirinya, bahkan kulit halus itu bersentuhan dengan kulit Eleanor.

Tanpa basa-basi lagi Eleanor bergegas bangkit dan berjalan menuju pintu kamar mandi. Ia tidak ingin kejadian pada saat di hotel terulang kembali. Saat ini pikirannya masih normal, oleh karena itu ia tidak ingin terjebak.

Entah mengapa Alexei hanya menatap kepergian Eleanor tanpa ingin mencecar kembali. Bahkan ia memandang tubuh itu sampai menghilang.

*

Satu minggu berlalu, tapi belum juga ada kabar baik sadarnya Aira ataupun Aura dari komanya. Hal ini membuat Eleanor selalu memikirkan keadaan mereka.

Hari ini adalah kali pertama Eleanor menginjakkan kaki di gedung pencakar langit. Di mana perusahaan milik BRYLEE GROUP.

Karena permintaan ke-dua mertuanya, Eleanor menyanggupinya. Kini wanita berparas cantik dengan tubuh profesional, bak model itu berada di dalam lift khusus.

Usai menghela nafas panjang, tangannya terulur untuk mengetuk pintu ruangan CEO. Bagaimanapun ia harus punya etika, walau perusahaan ini juga sudah menjadi bagian darinya.

Tok tok!

Hanya dua kali ketukan, pintu itu segera terbuka. Ternyata yang buka pintu adalah Billy Jhonn, asisten pribadi Alexei.

"Selamat siang, Nona! Mari silakan masuk." Billy menyapa bahkan mempersilakan Eleanor dengan ramah.

Eleanor mengangguk dan tersenyum sebagai jawabannya. Ia pun masuk dan langsung menyapa ke-dua mertuanya dengan ramah.

"Siang Mom, Dad. Bagaimana kabar Mom maupun Dad?"

"Kami baik-baik saja sayang. Hmm, kau sangat cantik sekali." Sambut Mommy Luna, usai melakukan cipika-cipiki.

Pujian itu tentu saja membuat Eleanor tersipu malu. Ya, hari ini penampilan Eleanor beda dari hari-hari sebelumnya. Ia mengenakan dress pas body dengan warna krim.

"Seperti yang dikatakan Mommy-mu kabar kami baik-baik saja. Tapi kabar Oma kalian kurang baik, jika ada waktu luang, kunjungilah mereka." Timpal Daddy Scoot.

"Baik, Dad. Besok Ele akan mengunjungi Oma dan Opa," sahut Eleanor.

Sementara Alexei hanya diam saja. Pria itu menyibukkan diri dengan laptop di atas mejanya, seakan kehadiran Eleanor sama sekali tak berarti baginya.

Kini Eleanor ikut duduk di sofa dalam ruangan itu. Posisinya sedang duduk berhadapan dengan ke-dua mertuanya.

"Al, bisakah kau hentikan dulu pekerjaanmu itu? Apakah kehadiran kami sama sekali tak kau minati?" ujar Daddy Scoot dengan raut wajah marah. Bagaimana tidak marah dengan sikap putranya yang sejak tadi sama sekali tak menggubris kedatangan mereka.

"Sayang, hentikan sejenak pekerjaanmu. Ada yang ingin Mom Dad bicarakan. Tolong jangan buat Daddy-mu kesal," dengan suara lembut, Mommy Luna berusaha mencairkan suasana yang mulai memanas, sembari mengusap punggung tangan suaminya.

Tanpa ingin menjawab, Alexei dengan patuh menuruti apa yang dikatakan sang Mommy. Ya, hanya Mommy Luna lah orang satu-satunya yang tak dapat ia bantah.

Sesaat Alexei kaget dengan penampilan Eleanor hari ini. Bahkan darahnya mendesir, menjalar ke mana-mana. Sementara Eleanor tak menyadari jika pria yang saat ini duduk di sebelahnya sempat memandangnya cukup lama. Lain halnya dengan Mommy Luna, wanita paruh baya itu senyum-senyum sendiri.

"Kita bicara langsung ke intinya saja. Apalagi Al, begitu sibuk," ujar Daddy Scoot, memulai perbincangan. Pria gagah itu mengeluarkan beberapa dokumen penting dari map yang sengaja diletakkan di atas meja sofa. Sementara Alexei mengernyit dahi setelah melihat hal itu sepertinya ia tahu dokumen apa itu. "Al, kau tandatangani dokumen penyerahan kepemilikan seluruh perusahaan BRYLEE GROUP kepada Ele!"

Tentu saja pernyataan itu seperti petir menyambar di siang bolong bagi Alexei maupun Eleanor. Ke-duanya sangat kaget dan mengalihkan pandangan kepada Daddy Scoot dengan mata melebar.

"Sekarang BRYLEE GROUP atas nama Eleanor! Segera tandatangani sekarang juga, keputusan ini tidak dapat kau bantah!" dengan tenang Daddy Scoot menyerahkan dokumen itu kepada Alexei untuk segera membubuhkan tanda tangannya.

Brak!

Alexei menubruk meja sofa dengan kerasnya. Itu membuat Eleanor maupun Mommy Luna mengusap dada, sedikit terkejut. Sementara Daddy Scoot tenang-tenang saja, seakan sudah tahu keadaan yang akan terjadi.

"Apa maksud Daddy?" serkas Alexei dengan marahnya, siapa juga yang menjadi posisinya pasti akan merasakan hal yang sama.

"Kau bukan orang yang bodoh, jadi semuanya sudah jelas dan tak perlu di jelaskan panjang lebar lagi. Tandatangani sekarang juga karena dokumen ini akan segera diserahkan kepada istri-mu Eleanor."

"Sayang, semua ini Mommy yang memutuskan. Ini bukan salah Daddy-mu, percayalah ini yang terbaik. Dad, dulu juga menyerahkan aset keluarga kepada Mommy," ucap Mommy Luna, agar putranya itu tidak menyalahkan suaminya. Semua ini adalah keputusan darinya.

Alexei mengepalkan tangan, melirik Eleanor dengan skor mata elangnya. Sementara Eleanor hanya bisa menunduk, ia sendiri juga tak percaya.

Tanpa ingin berdebat lagi, dengan mudahnya Alexei membubuhkan tanda tangannya. Namun amarah itu tidak segera padam, dalam hati ia bersungut-sungut menyalahkan Eleanor.

"Sayang, sekarang giliranmu tandatangani. Dan simpan baik-baik dokumen ini. Mulai hari ini kau lah berwenang atas aset seluruh kekayaan keluarga. Keluar dan masuknya uang atas persetujuanmu," ucap Mommy Luna sembari menyerahkan dokumen itu setelah resmi di tandatangani Alexei.

"Dad, Mom ini terlalu berlebihan. Dengan berat hati, Ele menolak." Dengan memberanikan diri Eleanor menolak penyerahan itu.

"Cih, sok lugu. Kau puas sudah berhasil merampas segalanya! Jadi jangan pura-pura menolak! Aku muak!" cecar Alexei sembari beranjak bangkit, dan berjalan menuju pintu dengan amarah membara.

*

Satu bulan berlalu

Menjelang malam, Eleanor baru saja tiba di apartemen. Langkahnya terhenti ketika suara bariton cukup lantang mencecar akan kedatangannya.

"Sudah puas berkeliaran di luaran sana? Berfoya-foya dengan uang yang bukan seharusnya menjadi hak milikmu?" tuduh Alexei dengan tatapan membunuh. Lalu melangkah, mendekati Eleanor, meraup rahang Eleanor begitu kasarnya. "Jimat apa yang kau gunakan untuk menutupi mata dan hati ke-dua orang tuaku? Hingga dengan mudahnya kau memanfaatkan mereka?"

Awww!

Eleanor menjerit menahan rasa nyeri pada rahangnya, hingga tangannya mencengkram pergelangan tangan Alexei, namun tenaganya tak sebanding.

"Dasar pelayan!" cecar Alexei mengejek sembari mendorong tubuh itu hingga terpental mengenai sofa. Tanpa memperdulikan rintihan dan keadaan Eleanor, Alexei pergi dengan perasaan puas.

Eleanor hanya bisa mengusap dada, perkataan Alexei sungguh tak punya perasaan. Mengatakan sesuatu yang sama sekali tak ia ketahui.

Sebagai wanita yang baik-baik tentu saja menyakiti hatinya. Namun rasa cinta itu mampu mengubah rasa marahnya kepada pria tampan itu.

Terpopuler

Comments

Rere Niae Cie'kecee

Rere Niae Cie'kecee

😢😢😢

2023-01-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!