Karena terlalu fokus pada lantai ketika berjalan dan dengan bibir yang asik menggerutu tiba-tiba saja ia menabrak sesuatu yang keras bagaikan batu dan postur yang menjulang tinggi di hadapannya. Seketika membuat Faiha terjingkat kaget alhasil mulutnya semakin aktif berceloteh dengan berbagai umpatan yang aneh.
"Awww–aduh, kalau jalan tuh yang benar dong, pak. Saya kira anda tiang listrik." Mendongak guna melihat raut wajah sang penghalang langkahnya. Padahal sih yang salah ya dirinya sendiri sebab tidak fokus menatap arah depan sehingga terjadilah tabrakan yang tak dapat di hindari oleh keduanya. Faiha sepersekian detik sempat terpana akan wajah bak dewa yunani tersebut. Sampai-sampai raut wajahnya cengo seperti orang yang kelaparan.
"OMG–gantengnya."
"Ekhem, Heru–coba kamu jelaskan apa yang sebenarnya terjadi jika, perlu lihat melalui rekaman kamera cctv siapa yang sebenarnya bersalah dalam hal ini."
Laki-laki yang bernama Heru pun segera beranjak mengambil posisi di antara keduanya.
"Begini ya,dik. Sebenarnya dalam hal ini adiklah yang salah, sebab tuan Abiseka sudah berjalan dengan semestinya dan yang tidak wajar itu adalah kaki adik–"
"Ekhem–ekhem!" Abiseka memberi kode pada sang asisten yang bernama Heru tersebut agar cepat menyelesaikannya tanpa perlu berbasa basi intinya langsung to the point saja.
"oh, iya–baik, begini ya dik. Maksud saya itu pandangan mata adik sama sekali tidak fokus pada jalan sehingga adik menabrak boss saya." Heru berkata sambil tersenyum manis seakan tengah berbicara pada seorang anak kecil tepatnya pada ababil alias abg labil.
Mendengar panggilan yang di sematkan oleh laki-laki muda yang lumayan tampan ya meskipun tak setampan sang boss namun, cukup membuat dada Faiha jedag jedug karena dikelilingi oleh dua cogan.
"Adik, adik–memangnya saya adikmu apa. Enak saja kalau bicara. sejak kapan juga saya jadi adikmu,huh." Faiha mulai kesal akan kesalah fahaman yang kesekian kalinya.
Membuatnya mood nya jadi bertambah kacau. Sudah baru saja kena pecat, eh sekarang malah bertemu dengan laki-laki dingin dan kaku se kaku kanebo garing yang lupa di simpan di dalam wadahnya. Tiba-tiba saja ia jadi merasa lucu, ingin tertawa tapi takut dosa. Melihat wajah tampan yang benar-benar datar tanpa ekspresi itu.
"Idih–ganteng-ganteng mukanya kaku gitu, kayak kanebo garing. Wkwkwk."
"Oh, apa saya ada salah bicara ya? Adik ini kesini bersama dengan siapa dan kenapa di jam sekolah seperti ini adik berada di tempat ini. Apakah orang tua adik tahu apa yang telah kamu lakulan saat ini?"
Heru dengan sok tahunya berucap semaunya seakan ia berhak menegur gadis belia di hadapannya. Ya, lagi-lagi ada orang yang menganggapnya anak sekolah yang sengaja membolos dan keluyuran di mall-mall. Ingin rasanya Faiha berteriak sekencang-kencangnya dan mengatakan pada semua orang bahwa dia bukanlah anak kecil eh, ralat maksudnya bocah abg yang sedang pecicil-pecililannya. Sungguh melelahkan.
"Maaf ya pak, saya mohon maaf untuk yang terakhir kalinya. Saya ini bukanlah anak kecil, abg, atau apalah sebutannya. Saya ini adalah wanita dewasa yang sudah matang. Bahkan saat ini umur saya akan menginjak yang ke 21 tahun. Sampai di sini anda sudah faham,kan. So, sudah selesai kan urusan kita.Oke, kalau begitu saya undur diri. Permisi ya pak boss."
Faiha langsung melangkah dengan cueknya sampai entah dengan sengaja atau tidak hanya Faiha yang tahu, ia menyenggol tubuh Abiseka dengan sedikit kasar namun, tak berefek sedikitpun pada tubuh tegap dan kekar laki-laki tampan itu. Malah Faiha yang meringis sakit rasanya seperti benar-benar menabrak tiang listrik.
"Aduhh–ini orang apa kayu sih, atose." Faiha mengusap-usap bahunya.
"Kurang ajar sekali ini bocah tengil, masa' tubuh sesempurna ini dia.bilang kayu dan apa tadi dia bilang jg aku dianggapnya tiang listrik .Benar-benar ya ni bocah, lihat saja tunggu pembalasanku saat kita bertemu lagi."
Abiseka begitu kesal dan dongkol tak terima dengan julukan yang di berikan oleh si Faiha. Dia hanya bisa megumpat dari dalam hati.
Menatap kepergian si bocah tengil eh, maksudnya si wanita dewasa yang bernama Faiha dengan rasa kesal.Sampai-sampai ia memelototi sang asisten yang tidak mempunyai salah apa pun kepadanya. Wajah Heru pun seketika berubah pucat pasi karena bakalan kena semprot sang boss.Ya, sebagai pelampiasan kemarahannya.
Faiha menghela nafas panjang ketika sudah sampai di depan rumah yang sangat sederhana.Dengan langkah gontai ia pun membuka pintu.
"Assalamuallaikum. Bulek–"
Ia memanggil-manggil Bulek Lastri melangkah menuju ke arah dapur. Faiha tinggal bersama bulek-nya adik dari sang ayah sejak kedua orang tuanya meninggal dunia. Sang bulek juga seorang janda yang harus menghidupi dua orang anaknya yang masih bersekolah. Oleh karena itu juga Faiha sebisa mungkin membantu perekonomian keluarganya. Bulek Lastri sehari-hari hanya berdagang makanan di sebuah warung sederhana tak jauh dari lokasi tempat mereka tinggal. Mereka termasuk dalam golongan keluarga menengah kebawah.
"Wa'alallaikumsalam. Faiha, kamu sudah pulang nduk. Ayo, mandilah dulu setelah itu makan. Ini alhamdulillah masih ada sisa dagangan yang tidak habis. Cukuplah untuk kita berempat."
Bukannya bergegas untuk mandi, Faiha malah melamun menatap bulek Lastri dengan wajah sendu.
"Loh, Faiha kenapa malah bengong. Ayo lekaslah mandi setelah itu ajaklah adik-adikmu untuk makan bersama!"
"I-iya bulek–" Sontak ia pun segera beranjak menuju kekamarnya dan bersiap untuk mandi.
"Ada apa dengan anak itu, kenapa seperti sedang memikirkan sesuatu."
Usai makan malam, bulek Lastri mengajak Faiha mengobrol di ruang tamu. Sedangkan kedua adik sepupunya sudah masuk ke kamar.
"Apa ada sesuatu yang telah terjadi sesuatu Fai? bulek lihat sejak pulang tadi kamu seperti suntuk sekali wajahmu."
"Iya bulek, sebenarnya ada yang ingin Faiha bilang ke bulek. Sebenarnya hari ini Faiha baru saja di pecat." Faiha tertunduk sedih.
"Di pecat? Kenapa bisa sampai begitu sih Fai, apa kamu telah melakukan suatu kesalahan dalam bekerja?"
Bulek Lastri cukup terkejut namun, hal itu seperti sudah biasa terjadi pada sang keponakan. Faiha tidak pernah bertahan lama ketika bekerja di suatu tempat dan itu sering kali terjadi di sebabkan oleh fisiknya yang dianggap kurang menarik.
"Sama sekali tidak kok,bulek. Fai tidak pernah sekalipun melakukan kesalahan dalam bekerja. Tapi, entah mengapa ada saja masalah yang tidak masuk diakal terus terjadi cuma karena kesalah fahaman yang tidak jelas."
Lastri yang melihat jelas gurat kekecewaan pada wajah Faiha jadi ikut merasakan kesedihan sang keponakan. Dan yang hanya ia bisa lakukan adalah memberikan kekuatan pada Faiha.
"Sudahlah sayang, insyaallah besok kamu akan mendapatkan pekerjaan lagi. Jangan patah semangat, kamu adalah anak yang baik, pintar dan rajin. Bulek, Anwar dan Hani akan selalu mendukungmu." Lastri meusap-usap lengan Faiha.
Hatinya akhirnya sedikit lega setelah mencurahkan kegalauannya pada bibiknya. Setelah itu mereka masuk ke kamar untuk tidur.
Seminggu kemudian Faiha terlihat begitu bersemangat karena pagi ini ia akan datang ke sebuah perusahaan untuk memenuhi panggilan interview. Ya, Faiha mendapatkan untuk interview setelah ia melamar sebagai karyawan sebagai OG. Dengan langkah mantap dan percaya diri, akhirnya Ia pun tiba di depan sebuah gedung yang begitu megah menjulang tinggi di hadapannya.Membuat Faiha tampak begitu terperangah.
"Wah–keren sekali. Bismilahirrahmannirahim.Ayo, Faiha semangat!" Menyemangati dirinya sendiri.
Bersambung
Hai-hai, saya kembali lagi dengan cerita terbaru semoga kalian suka ya. Jangan lupa like dan komennya . Terima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Pipin Wahyuni
beruntung nya Fahira keluar dari gedung yg satu masuk kegedung yg satu lagi gampang banget,semoga ketemu sama kebo kering
2023-05-19
1
nengkirana
gw banget ini faiha😄😄😄 sama tinggi gw jga 147. nyari gawe tuh susah😔😔 yg apa2 harus tinggi ada minimal nya. tapi yg aku syukuri...masih bisa kerja pabrik garmen yg gak pake tinggi. wlw hrus kerja tanpa kenal waktu🤗🤗💪💪
2023-01-15
3