04

Masih Flashback....

Mobil yang di kendarai oleh pak Syaiful sopir pribadi nyonya Wijaya melaju dengan kecepatan di atas rata-rata agar mempercepat mereka sampai ke rumah sakit terdekat.

Di dalam mobil Nyonya Wijaya masih berusaha menahan sakit karena kontraksi itu, tubuhnya sudah banyak mengeluarkan keringat padahal jalan di waktu subuh itu sangat dingin, wajah nya pucat, dan rambut nya sedikit acak-acakan.

"mba Sum, berjanjilah padaku jika terjadi sesuatu padaku tolong rawat putri kecilku sampai ia dewasa dan menemukan kebahagiaan nya sendiri, curahkanlah kasih sayang ibu untuk nya, walaupun kedepannya ia akan kekurangan kasih sayang dari ayahnya sendiri" ucap Nyonya Wijaya masih dengan ucapan terbata-bata menahan sakit.

Yaa nyonya Wijaya menyadari satu hal, bahwa suaminya itu tidak ingin memiliki anak pertama seorang perempuan, ketika ia mengetahui jenis kelamin anaknya perempuan Adam Wijaya seolah menolak kehadiran anak dalam kandungan nya itu, hanya karena Cinta nya lah yang besar kepada istri tercinta akhirnya ia berusaha untuk menerima takdir itu, tapi bagaimana jika anak yang tak di inginkan itu karena kelahirannya lah yang merenggut Cinta dan kebahagiaan nya dari dunia ini? maka rasa tidak terima, rasa tidak suka, dan benci akan kehadiran anak perempuan itu akan semakin besar sebab itulah nyonya Wijaya berpesan kepada Bik Sumi untuk menjaga anaknya jika terjadi sesuatu kepada dirinya nanti.

"nyonya bicara apa? jangan seperti itu, nyonya dan nona muda akan selamat, jangan berkata seolah ingin mendahului takdir nyonya" ucap bik Sumi yang mulai menangis mendengar permintaan yang menurut nya sangat aneh dari majikannya itu.

Nyonya Wijaya hanya merespon nya dengan senyuman dan kembali meringis karena sakit itu muncul kembali bahkan lebih sakit dari sebelumnya.

"mbak sum, sudah hubungi suami saya?" tanya Nyonya Wijaya di sela-sela rasa sakitnya.

"sudah nyonya, tuan akan pulang malam ini juga, nyonya yang kuat, inn shaa allah persalinan nyonya akan berjalan dengan lancar" ucap bik Sumi tulus.

15 menit kemudian di rumah sakit.

"buk kondisi ibu melemah, lebih baik kita melakukan metode operasi caesar untuk mengeluarkan bayi ibu, resiko nya akan sangat besar jila ibu tetap kekeuh mau melahirkan secara normal" ucap seorang dokter.

"tidak dok, saya ingin melahirkan bayi saya dengan jalan normal, saya tidak ingin di operasi, tolong bantu saya dok untuk melahirkan bayi saya secara normal" ucap nyonya Wijaya tetap pada pendirian nya yang ingin melahirkan bayi nya secara normal.

akhirnya dokter pun putus asa mereka mencoba segala cara untuk mempercepat pembukaan atau jalan lahir untuk si bayi. setelah melakukan segala cara akhirnya si bayi lahir dengan selamat tanpa kekurangan satu apapun. ketika si bayi nona muda wijaya selamat lain hal nya dengan nyonya Wijaya, setelah mendengar suara bayi nya menangis ia langsung pingsan sambil tersenyum, muka nya pucat, kaki dan tangan nya dingin, darah mengalir keluar dari jalan lahir bayi tanpa henti, dokter dan para perawat serta bidan yang menangani nya langsung panik seketika melihat kondisi pasien mereka. dengan segala cara telah dia lakukan tapi pendarahan itu tidak bisa di hentikan, darah yang di butuhkan untuk dilakukan transfusi untuk wijaya secara kebetulan tidak tersedia di rumah sakit tersebut. akhirnya nyonya Wijaya meninggal dunia setelah pendarahan hebat yang di alaminya pasca melahirkan putrinya.

Adam Wijaya yang mengetahui istrinya meninggal karena melahirkan bayi perempuan tersebut seketika murka, ia berteriak layaknya orang gila, mencaci dan menghardik bayi tak berdosa itu.

flashback selesai....

"bik.. bibik kenapa melamun?" tanya Zakia membuyarkan lamunan bik Sumi.

"ehh non, maafkan bibi sayang, ayo kita bergegas turun ke bawa, suami mu beserta kakek mertua mu sudah menunggu mu di bawah" ucap bik Sumi tersenyum serasa mengusap pucuk kepala Zakia.

"tapi bibik belum menjawab pertanyaan ku sebelumnya bik" ucap Zakia dengan wajah memelas, ia sungguh penasaran alasan di balik bik Sumi berhenti mengabdi di kediaman orang tua nya ini.

"nanti akan ada saatnya bibik akan cerita, sekarang waktu nya sangat tidak memungkinkan untuk bercerita" ucap bik Sumi dengan sayang.

"hemm baik lah" balas Zakia mengerti.

Mereka berdua pun turun menuju lantai bawa dimana ruang tamu tempat Pak Adam Wijaya beserta mantu dan besan nya menunggu kedatangan Zakia.

"apakah kamu sudah siap untuk mengikuti suami mu pulang ke mansion syailendra nak?" tanya tuan besar Syailendra kepada Zakia.

"inn shaa allah, Kia siap kek" jawab Zakia disertai senyum cantiknya.

"Alhamdulillah, ayok kita berangkat sekarang" Tuan besar Syailendra mengajak.

"tunggu sebentar kek" ucap Zakia membuat semua orang bingung.

"mau apalagi perempuan si*lan ini" gumam Zain dalam hati nya.

"ada apa nak? apa ada barang mu yang masih tertinggal?" tanya tuan besar Syailendra dengan lembut.

"ti.. tidak, bukan itu kek" jawab Zakia terbata-bata mulai merasa takut. semua orang menatap Zakia kebingungan, menyadari tatapan kebingungan semua orang yang ada disitu akhirnya Zakia memantapkan hati nya untuk mengatakan sesuatu yang ingin ia katakan sebelum pergi ke kediaman Syailendra.

"bisakah Kia memeluk ayah sebentar saja sebelum meninggalkan rumah ini" tanya Zakia dengan suara nya yang sangat pelan hampir tidak di dengar oleh mereka semua yang ada disitu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!