Li Yuwen dan ibunya pergi meninggalkan ayahnya sendirian di ruangan yang baru saja mereka tinggalkan, mereka berjalan cepat tanpa menoleh kebelakang menuju gerbang kota dengan tujuan pergi meninggalkan Kota Jiang.
Setelah berjalan selama setengah jam, mereka akhirnya sampai di pinggiran Kota Jiang, dan jarak antara mereka dengan gerbang kota hanya berkisar kurang lebih 1 km.
Namun selalu ada kerikil di jalan, mereka di hadang oleh 5 kultivator aliran hitam yang menyerang Kota Jiang.
5 Prajurit yang bersama Li Yuwen segera mengambil posisi siaga dan meminta Li Yuwen dan ibunya pergi lebih dulu.
Menuruti perkataan prajurit yang mengawal mereka, Li Yuwen dengan sigap meraih tangan kanan ibunya dan mulai berlari ke arah gerbang kota.
Sedangkan ke 5 prajurit yang mengawal mereka mencoba menghadang 5 kultivator aliran hitam yang sedang menargetkan mereka berdua.
Beberapa saat setelah mereka berlari, mereka akhirnya tiba di gerbang kota. Suasana di gerbang kota sangat hening dan sepi, Li Yuwen mencoba melihat ke sekitar mencari apakah ada jebakan musuh atau tidak.
Saat selesai melihat situasi sekitar, Li Yuwen tidak melihat kejanggalan apapun, namun ia masih curiga dengan penampakan gerbang kota yang begitu sepi.
Karena bisa saja para kultivator yang menyerang Kota Jiang sudah menyiapkan beberapa kultivator untuk menjaga gerbang kota, andai-andai bila ada yang mencoba kabur.
Lamunan Li Yuwen terpecah saat ibunya mulai membuka suara. “Yuwen, bisakah kau mengecek situasi di luar gerbang kota? Mungkin mereka sedang berada di luar ... jika begitu maka kita harus memutar ke gerbang kota yang lain.”
Mendengar perkataan ibunya, Li Yuwen melakukan apa yang di minta, karena dia juga ingin memastikan apakah di luar gerbang ada sekelompok kultivaor aliran hitam yang sedang menunggu.
“Baik ibu.” jawab Li Yuwen singkat.
Li Yuwen berjalan perlahan ke luar gerbang kota, namun sesuatu terjadi saat dia berada di tengah-tengah gerbang, seseorang mendorongnya dengan kuat dari belakangnya membuat Li Yuwen terdorong ke luar gerbang kota hingga terjatuh.
Orang yang mendorong Li Yuwen tidak lain adalah ibunya sendiri, Li Yuwen keheranan kenapa ibunya mendorongnya.
Namun belum dia bangkit dari jatuhnya, ibu Li Yuwen menarik pisau dari balik jubah miliknya dan dengan cepat bergerak ke arah tali penghubung antara gerbang kota dengan tuas untuk membuka dan menutup gerbang.
Saat mencapai tali penghubung, tanpa basa-basi ia langsung memotong tali yang ada di depannya, dan jeruji besi besar yang tersangkut di atas turun dengan cepat, memblokir jalur antara bagian dalam gerbang dengan luar.
Li Yuwen yang sudah bangkit dari jatuhnya terkejut mendengar suara keras di belakangnya, dan dengan cepat menoleh ke belakang.
Dia terkejut mendapati gerbang kota yang sudah tertutup jeruji besar, Li Yuwen mencoba melihat ke arah tuas gerbang dan melihat ibunya berdiri di sana dengan tangan yang memegang pisau.
Melihat apa yang telah di lakukan ibunya, Li Yuwen bereaksi. “Ibu apa yang kau lakukan? Kenapa ibu memotong talinya?”
Ibu Li Yuwen tidak menjawab , ia berbalik dan berjalan ke arah Li Yuwen berada. Saat sudah mencapai jeruji besi yang menghalangi jalan, tiba-tiba muncul seorang pria dengan topeng dan jubah hitam di belakangnya sambil menodongkan pisau di lehernya.
Pria bertopeng itu berdecak kesal melihat gerbang kota yang sudah di tutup sebelum mulai berbicara dengan penuh amarah, “Kau wanita gila, beraninya kau memotong tali gerbang, sekarang apa yang harus ku lakukan padamu?”
“Jika aku membiarkan gerbang kota terbuka, kau akan menangkapku juga anakku, tidak mungkin aku mau kami berdua tertangkap. Anakku mungkin tidak merasakan hawa kehadiranmu, tapi berbeda denganku yang seorang kultivator ... aku bisa merasakan Aura Pembunuh yang keluar dari tubuhmu,” jawab ibu Li Yuwen.
Melihat leher ibunya yang sedang tertodong oleh pisau , Li Yuwen menjadi panik.
Pria bertopeng melihat reaksi Li Yuwen yang sedang panik karena pisau yang di arahkan ke leher wanita yang sedang dia sandera. Langsung saja muncul ide di kepala pria bertopeng itu.
“Hei anak kecil, jika kau tidak ingin ibumu mati, jangan pernah meninggalkan tempatmu,” kata pria bertopeng dengan nada yang mengancam.
“Jangan dengarkan dia Yuwen! Pergi saja dari sini ... ingat permintaan ayahmu untuk segera meninggalkan kota.”
Li Yuwen menjadi gundah, dia ingin menuruti perkataan ibunya juga mengikuti keinginan terakhir ayahnya.
Tetapi dia tidak bisa meninggalkan ibunya sendirian seperti itu , terlebih menjaga ibunya juga merupakan permintaan ayahnya.
Ibu Li Yuwen tidak memikirkan kegundahan yang di alami anaknya, dengan pisau yang ada di tangannya, ia dengan cepat menancapkan pisau itu ke paha pria yang sedang menodongnya.
Seketika pria di belakangnya mengerang kesakitan akibat pisau yang di tancapkannya.
“Kau wanita gila!” ucap pria bertopeng.
Di mata ibu Li Yuwen terlihat air mata yang mengalir, ia menolehkan pandangannya ke arah mata Li Yuwen yang sedang menatapnya seraya berkata dengan nada sedih.
“Yuwen pergilah , ibu mohon kepadamu ... ini adalah permintaan terakhirku padamu.”
Perasaan Li Yuwen semakin kacau setelah mendengar permintaan ibunya, namun semua kegundahan itu terpecah saat pria bertopeng yang sudah mencabut pisau di pahanya menarik sebilah pedang di pinggangnya dan dengan cepat menusukkannya ke arah jantung ibunya.
Menyadari sebuah pedang menembus dirinya serta keluarnya darah dari mulutnya, ibu Li Yuwen menatap dalam ke arah Li Yuwen dengan berusaha tersenyum selebar yang ia bisa.
Dan tak lama setelah ia tersenyum, tubuhnya mulai berhenti bergerak serta kilauan di matanya juga menghilang, menandakan itu adalah napas terakhirnya.
Li Yuwen sontak menangis melihat ibunya yang sudah tidak bernyawa dengan senyum menghiasi wajahnya, namun rasa sedih yang ia rasakan dengan cepat menghilang dan berubah menjadi amarah serta dendam, Li Yuwen menatap pria bertopeng yang membunuh ibunya dengan tajam.
Pria bertopeng itu menjadi sedikit merinding setelah menyadari mata yang menatapnya.
“Apa maksud tatapan matamu? Apakah kau marah? Dendam? Salahkanlah dirimu sendiri, jika saja kau lebih kuat mungkin ibu mu tidak akan berakhir seperti ini,” ujar pria bertopeng dengan nada mengejek.
“Aku Li Yuwen bersumpah, akan ku balas dendamku padamu berkali-kali lipat dari yang ibuku rasakan , dan membantai orang-orang jahat sepertimu di masa depan. Langit akan menjadi saksi atas sumpah yang ku ucapkan.”
Usai mengatakan sumpahnya, Li Yuwen kembali menatap ibunya dengan sedih sebelum berlari segenap kemampuannya ke arah hutan di belakangnya tanpa pernah melirik ke belakang.
“Ayah ... Ibu, akan aku balas perbuatan mereka saat aku menjadi lebih kuat,” batin Li Yuwen.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Aswantio Wasito
mendebarkan
2022-05-05
0
Claire
ingatan kehidupan pertamanya ga ngikut kah?
2022-01-27
0
Hepni Ariyanto
lanjut kan
2021-12-27
0