Pandangan Li Yuwen menjadi gelap, rasa sakit yang ia rasakan dalam pertarungan sebelumnya hilang seperti tidak pernah ada, begitu juga dengan Qi yang di milikinya.
“Rasa sakit dari lukaku sebelumnya sudah tidak terasa, Qi milikku pun juga tidak ada, dan tempat ini kelihatannya tidak ada Qi sama sekali, sepertinya aku benar benar sudah mati. Apakah ini alam setelah kematian seperti buku-buku yang telah ku baca?” ujar Li Yuwen sambil memegang dagunya.
Setelah Li Yuwen meyakinkan diri bahwa dia benar-benar sudah mati, Li Yuwen mulai berkeliling menelusuri tempat gelap itu dengan tujuan menemukan hal lain selain kegelapan yang tak berujung.
Tanpa terasa Li Yuwen sudah berkeliling selama kurang lebih 2 jam, tetapi dia belum menemukan satu hal pun selain kegelapan yang begitu pekat.
“Aku sudah berkeliling cukup lama, tapi aku belum menemukan hal lain selain kegelapan yang tiada akhir ini. Menurut buku yang ku baca, bukankah harusnya ada sebuah pintu yang akan membawaku ke alam baka? Apakah informasi di dalam buku tentang pintu tersebut bohong?” gumam Li Yuwen.
Karena merasa sudah terlalu lama berkeliling tapi belum menemukan apapun, Li Yuwen memutuskan untuk duduk bermeditasi dan mencoba mengingat banyak hal saat dia masih hidup, ekspresi di wajahnya terus berubah sembari mengingat banyak hal dalam kehidupannya. Senang, sedih, juga marah.
Li Yuwen tidak tanpa alasan mengeluarkan berbagai ekspresi seperti itu, jika di ingat kembali, awal dari semua kekacuan terjadi oleh beberapa sebab, dari munculnya 5 Makhluk Suci di sertai serangan dari banyak Monster Iblis dan Monster Spiritual, munculnya pusaka tingkat tinggi serta kitab-kitab bela diri tingkat tinggi.
Mengingat hal-hal tersebut, Li Yuwen menjadi sedih, karena kekacauan itu juga lah yang merenggut nyawa gurunya serta teman-teman seperjuangannya.
“Cukup banyak penyesalan yang tidak bisa ku selesaikan saat masih hidup ... jika saja ada kesempatan kedua, walau itu harus menentang langit sekali pun aku tidak akan melewatkan kesempatan tersebut."
Setelah mengatakan hal itu, tiba-tiba terdengar suara keras seperti petir yang menyambar. Li Yuwen dengan sekejap bangkit dari meditasinya dan menjadi waspada dengan pandangan yang mengarah ke atas.
Tidak berselang lama setelah suara keras itu terdengar, muncul sebuah cahaya sebesar pria dewasa dan turun secara perlahan.
Cahaya tersebut mendarat sejauh 2 meter di depan Li Yuwen, Li Yuwen mundur beberapa langkah tanpa menurunkan kewaspadaannya.
Cahaya di depan Li Yuwen mulai memudar, Li Yuwen dengan sigap menaikkan tingkat kewaspadaannya saat ia mendapati seseorang yang terlihat sepuh dengan rambut dan janggut yang berwarna putih serta panjang muncul dari cahaya yang memudar.
Tidak hanya rambut dan janggut. Bulu mata, alis, dan juga pakaian jubah yang di kenakan oleh pria sepuh tersebut juga berwarna putih.
Akan tetapi Li Yuwen tidak melirik hal-hal serba putih yang ada di tubuh pria sepuh tersebut, mata Li Yuwen terpaku pada warna mata milik pria sepuh di depannya, mata tersebut berwarna hitam pekat bagai jurang yang tiada ujung.
Tubuh Li Yuwen mulai gemetar hebat sekaligus mencucurkan keringat dingin di seluruh tubuhnya dengan deras saat pandangannya bertemu dengan mata pria sepuh di depannya.
Li Yuwen juga merasa badannya tertimpa sebuah benda yang berat, sungguh ini adalah pertama kalinya bagi Li Yuwen mengalami hal seperti ini. Bahkan saat dirinya hampir mati berkali kali sekali pun, Li Yuwen tidak pernah merasakan seperti yang di alaminya saat ini.
Li Yuwen tidak berani bergerak ataupun membuka suara, bernafas pun ia sangat berhati-hati, hingga akhirnya pria sepuh di hadapannya tertawa dengan lantang.
“Jangan ketakutan seperti itu, aku hanya sedang bercanda dengan menakuti dirimu.”
Bersamaan mengatakan hal tersebut, Li Yuwen yang sedang gemetar tiba-tiba berhenti merasakan perasaan takut serta ancaman yang dia rasakan sebelumnya.
Bahkan tubuhnya sudah berhenti gemetar dan berkeringat, karena tidak merasakan perasaan sebelumnya Li Yuwen mulai bertanya kepada pria sepuh di hadapannya.
“Hormat kepada senior, apa maksud dari yang senior ucapkan dengan menakuti diriku?” ucap Li Yuwen sambil mengangkat kedua tangannya dan badan yang sedikit membungkuk.
Pria sepuh di hadapan Li Yuwen kembali tertawa sebelum menjelaskan, “Maafkan aku atas perlakuanku sebelumnya, aku terlalu bersemangat karena sudah tidak pernah menemui orang lain selama 10.000 tahun, hingga mengeluarkan 1% aura milikku kepadamu,” ucap pria sepuh itu sambil mengelus janggutnya.
Li Yuwen menjadi sedikit bingung atas perkataan pria sepuh di hadapannya sebelum kembali bertanya, “Apakah aura yang senior maksud adalah Aura Qi?”
“Benar,” jawab singkat pria sepuh itu.
Mendengar jawaban singkat itu Li Yuwen merasa kesal sekaligus merinding, Aura Qi adalah Qi yang di ubah menjadi aura khusus yang menyelimuti tubuh seorang kultivaor.
Namun untuk mengubah Qi menjadi Aura bukanlah hal yang mudah. Selain Aura Qi ada juga Aura Pembunuh, berbeda dengan Aura Qi, Aura Pembunuh bisa di dapatkan dengan cara membunuh makhluk hidup.
Aura Pembunuh juga bisa di ubah menjadi Aura Qi, tetapi prosesnya lebih merepotkan di banding merubah Qi menjadi Aura Qi.
Sebab itulah banyak kultivator dari aliran hitam membiarkan Aura Pembunuh miliknya bertumpuk.
Memikirkan bahwa itu hanya 1% dari Aura Qi yang di milikinya sudah membuat Li Yuwen bergetar hebat serta berkeringat dingin.
Li Yuwen tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi padanya jika pria sepuh yang ada di hadapannya mengeluarkan seluruh Aura Qi miliknya ke arah dirinya.
‘Jika di lihat kembali, Aura Qi miliknya saja sudah begitu besar walau hanya 1%, bagaimana dengan tingkat praktik miliknya? Setinggi apakah tingkat praktik senior yang ada di hadapanku ini?’ tanya Li Yuwen dalam hati.
“Tingkat praktik milikku berada jauh di atas semua kultivator yang ada di dunia mu,” ucap pria sepuh di hadapannya.
Mendengar kata-kata yang baru saja di lontarkan, Li Yuwen menjadi kaget sekaligus merinding.
Li Yuwen kaget karena pria sepuh yang ada di hadapannya bisa membaca pikirannya. Li Yuwen juga merasa beruntung karena dia tidak mengumpati pria sepuh di hadapannya dalam hati setelah pria tersebut bilang jika ia sedang menjahili dirinya menggunakan Aura Qi yang begitu besar.
Li Yuwen kembali menenangkan dirinya sebelum bertanya kembali.
“Jika boleh tahu, siapakah senior ini?"
“Kau tidak perlu tahu siapa aku, bila saatnya tiba, aku akan memberitahukanmu.”
Li Yuwen masih belum puas dengan jawaban yang di lontarkan, Li Yuwen pun kembali bertanya
“Senior, jika aku boleh bertanya lagi ... apa tujuan senior datang ke sini? Dan juga tempat apa ini?”
"Tujuanku adalah untuk menemui mu, dan untuk tempat ini ... ini adalah alam setelah kematian,” jawab pria sepuh singkat.
Mendengar tujuan pria sepuh tersebut adalah untuk menemui dirinya, Li Yuwen menjadi bingung dengan tujuan pria sepuh itu.
Tetapi ia mengurungkan niat untuk bertanya tujuan pria sepuh di hadapannya lebih lanjut.
“Bila ini adalah alam setelah kematian, lalu mengapa hanya ada aku sendiri yang berada di sini? Bukankah tidak satu atau dua orang saja yang mati setiap harinya?”
“Setiap orang memiliki alam kematiannya masing-masing, dan tempat ini adalah alam kematianmu sendiri.”
Mendengar perkataan tersebut membuat Li Yuwen sedikit memahami situasi yang sedang terjadi, dia pun mulai memikirkan pertanyaan lain.
Karena memang pria sepuh di hadapannya hanya terlihat seperti akan menjawab pertanyaan saja dan tidak terlihat memiliki keinginan untuk balik bertanya.
“Aura Qi yang tadi senior keluarkan terasa sedikit berbeda, aku memang tahu bahwa Aura Qi atau Aura Pembunuh bisa menyerang mental orang lain ... dan itu cukup berguna dalam pertarungan.
Aku bahkan mengumpulkan cukup banyak Aura Pembunuh dari kultivator dan Monster Iblis juga Monster Spiritual yang kubunuh. Akan tetapi selama 200 tahun aku hidup ... aku tidak pernah mendengar atau melihat aura yang dapat menekan tubuh orang lain.”
“Aku menggunakan teknik khusus dalam mengubah Qi milikku menjadi Aura Qi, kau bisa menemukan teknik yang serupa di dalam Kitab Dewa Semesta yang kau miliki.”
Mendengar hal itu, Li Yuwen memang mengingat sebuah teknik aura di dalam Kitab Dewa Semesta.
Tetapi dia tidak mempraktikkan teknik tersebut karena lebih memilih menggunakan Aura Pembunuh yang lebih mudah di peroleh , Li Yuwen pun kembali bertanya.
“Tadi senior mengucapkan bahwa tingkat praktik senior berada jauh di atas para kultivator yang ada di duniaku, apakah itu artinya masih ada tingkatan yang lebih tinggi juga adanya dunia yang lain?”
“Kau harus mencari jawaban itu sendiri ... aku tidak memiliki kewajiban atas pertanyaan tersebut.”
“Mencari jawaban itu sendiri? Senior bukankah aku sudah mati? Lalu bagaimana caraku untuk mengetahui jawabannya?”
Belum sempat Li Yuwen menyelesaikan kata-katanya, pria sepuh yang awalnya berada kurang lebih 5 meter di depannya dengan sekejap sudah sampai kurang dari 1 meter di hadapan Li Yuwen dengan telunjuk tangan kanan pria sepuh tersebut menyentuh bagian tengah kening Li Yuwen.
Belum sempat Li Yuwen bereaksi, keluar cahaya dari ujung telunjuk tangan kanan pria sepuh di hadapannya sembari mengatakan.
“Inilah tujuanku menemuimu, untuk memberikan takdirmu yang sesungguhnya.”
Usai mengatakan hal tersebut tubuh Li Yuwen mendadak bercahaya terang, pandangannya juga menjadi buram di ikuti dengan suaranya yang tidak bisa keluar.
Tetapi dia masih bisa mendengar apa yang katakan oleh pria sepuh itu.
“Semoga beruntung.”
Setelah mendengar hal itu, tubuh Li Yuwen menghilang bersamaan dengan memudarnya cahaya yang menyelimuti tubuhnya.
***
Di sebuah kota kecil bernama Kota Jiang, terlihat sebuah asap hitam di seluruh penjuru kota, terdapat banyak mayat-mayat yang tergeletak di sepanjang jalan dari gerbang kota hingga ke pusat kota.
Terdengar juga bunyi suara di berbagai tempat, suara tersebut seperti bunyi dari besi yang sedang beradu.
Mendengar suara itu sudah bisa di simpulkan bahwa sedang terjadi sebuah pertempuran di kota kecil bernama Jiang ini.
“Tuan, mereka sudah hampir menerobos ke pertahanan terkhir kita, apa yang akan kita lakukan sekarang tuan?” kata seorang pria dengan pakaian prajurit.
“Apakah bala bantuan belum tiba?” jawab seorang pria yang terlihat berusia 30-an tahun.
“Belum tuan, sepertinya mereka akan tiba dalam waktu 3 jam,” balas orang dengan pakaian prajurit.
“Kenapa bala bantuan datang lebih lama dari yang seharusnya? Jangankan menunggu 3 jam, dalam waktu 1 jam saja kita mungkin sudah binasa,” ujar pria 30-an tahun tersebut sambil mendengus kesal.
“kita tidak bisa menunggu lebih lama lagi, beritahukan bagi mereka yang sudah tidak bisa bertarung lagi untuk segera mengungsi keluar dari kota. Dan bagi yang masih bisa bertarung ... kita akan menyerang habis-habisan, aku pun juga akan ikut menyerang. Juga panggilkan 5 prajurit untuk datang kesini,” perintah dari pria 30-an tahun itu.
“Baik tuan,”jawab prajurit sebelum meninggalkan ruangan.
Pria tersebut menghela napas panjang setelah prajurit tersebut keluar dari ruangan, di sebelahnya berdiri seorang wanita yang sedang menggenggam tangan anaknya yang terlihat berusia 12 tahun.
“Istriku, saat 5 prajurit yang kuminta sudah datang ... aku ingin kau dan Yuwen pergi dari kota sejauh mungkin, jangan menetap di sini terlalu lama. Karena akan berbahaya bagimu dan Yuwen untuk berlama-lama disini, aku akan berusaha selama mungkin untuk menahan serangan dari sekte aliran hitam yang menyerang,” ucap ayah Li Yuwen.
“Tapi suamiku ... jika kau melawan mereka semua kau tidak akan selamat. Aku tidak ingin kau mati seperti itu,” balas ibu Li Yuwen dengan air mata yang mengalir deras.
Tidak hanya ibunya, air mata Li Yuwen pun juga ikut mengalir walau sedikit karena ia berusaha menahan tangisnya sekuat yang ia bisa.
Melihat istri dan anaknya dalam keadaan seperti itu, ayah Li Yuwen merangkul keduanya sambil menenangkan mereka.
Bukannya menjadi tenang, tangisan istrinya semakin menjadi, bahkan Li Yuwen yang berusaha menahan tangisnya pun menjadi tak terbendung lagi dan air matanya mengalir deras di sertai isak tangis yang cukup keras.
Setelah beberapa menit, 5 prajurit datang mengetuk pintu dan memasuki ruangan. Ke 5 prajurit sedikit terkejut setelah mendengar isak tangis saat mereka memasuki ruangan.
“Prajurit ... bawalah istri dan anakku pergi keluar kota , kawal dan pastikanlah keselamatan mereka."
“BAIK!” jawab 5 prajurit itu serentak.
setalah memfokuskan dirinya kepada prajurit yang tiba, pria itu kembali memfokuskan diri kepada istrinya dan Li Yuwen.
“Istriku sudah saatnya kalian pergi, setidaknya jadikanlah ini sebagai permintaan terakhirku kepadamu,” kata pria itu sambil mengecup kening istrinya.
Pria itu kemudian beralih ke arah Li Yuwen. “Yuwen jangan menangis, ingatlah apa yang sudah ku ajarkan padamu tentang menjadi seorang pria, Pergilah bersama ibumu dan lindungi dia.”
Li Yuwen mengangguk lalu menghentikan tangisannya menuruti keinginan ayahnya, karena dia yakin ini adalah permintaan terakhir dari ayahnya, Li Yuwen juga berusaha menghentikan isak tangis ibunya.
Pria 30-an tahun itu kemudian memerintahkan ke 5 prajurit tadi untuk segera membawa istrinya serta Li Yuwen, dan tanpa basa basi 5 prajurit itu segera membawa istri serta anaknya keluar dari tempat tersebut menuju gerbang kota meninggalkan dirinya sendiri di ruangan mereka berkumpul.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Jumadi 0707
mantap Thor tanggung jwb seorang ayah
2024-07-21
0
Hades Riyadi
Awal cerita yang memilukan...hiks .. hiks....🤔🙄😩😠💪👍👍
2023-11-06
0
Yanka Raga
like ❤️😎
2023-02-13
0