ANCAMAN!

.

.

.

Di tengah pelajaran, terdengar suara berisik dari kelas sebelah. Membuat semua orang dalam kelas buru-buru keluar untuk melihat apa yang sedang terjadi, aku pun ikut keluar karena penasaran.

Terdengar suara seseorang sedang berkelahi, aku mulai mengintip dari jendela dan mendapati berandal ampera itu sedang memukul seorang pria di depannya.

"Mati lu!" pekiknya sembari melayangkan pukulan tepat di wajah orang itu.

Melihat itu aku menjadi sangat takut, untung saja beberapa guru segera datang dan memisahkan mereka. Aku dan semua murid buru-buru kembali ke dalam kelas, karena kami masih dalam jam belajar.

"Gila banget tu anak." gumam ku dalam hati sambil menggigit ujung pena.

.....

Istirahat, kantin.

Suasana kantin sama seperti biasa, semua murid mengantri untuk mendapatkan nasi dan beberapa lauk.

"Ini, kakak kasih lebih."

"Terima kasih kak."

Seorang pemuda dewasa di kantin itu selalu memberi lauk lebih padaku sembari sesekali mengajak ku pergi jalan, tapi selalu saja aku tolak dengan beberapa alasan.

Aku duduk untuk menikmati makanan ku, sembari menyuapi mulut karena perut yang sudah lapar, tak sengaja aku melirik berandal ampera yang sedang makan.

"Dia nggak di hukum." gumam ku dalam hati.

Aku heran, dengan kelakuannya tadi, dia masih bisa makan dan minum dengan tenang, tanpa sengaja aku pun mendengarkan percakapan orang-orang di sekitarku.

"Kalian lihat, dia nggak dihukum kan?"

"Iya, padahal tadi kejam banget dia mukulin orang."

"Dia itu anak pemilik sekolah, ibunya direktur sekolah ini, makanya nggak pernah di hukum, dia nggak pernah takut sama guru disini."

"Oh ya?, pantesan kayak gitu."

"Tapi dia populer loh, dia kan dari TK sampai SMA nya disini, siapa sih gak tau Riki anak Direktur, ganteng dan pintar, tapi kekurangannya suka berkelahi dan sifatnya juga angkuh."

Dari percakapan mereka, aku baru tau tentang dirinya. Anak direktur aja bisa babak belur di bawah ampera, bagaimana kehidupannya bisa sampai seperti itu.

Masih penasaran dengannya, sesekali aku melirik dia yang di temani beberapa teman lelaki dan juga beberapa wanita cantik.

Dia mengobrol dengan suasana hati yang baik, masih bisa tertawa dan melontarkan lelucon, padahal perbuatannya barusan sungguh memalukan. Jangan sampai punya suami kayak dia deh, amit-amit.

Aku dengan cepat menghabiskan ajang ku, di jalan kembali ke kelas, aku mampir ke toilet karena gangguan alam di perut lalu tak sengaja aku mendengar percakapan teman sekelas ku.

"Aku udah cantik kan?"

"Iya, jangan pakai banyak liptin nya nanti di marah guru loh."

"Ngapain takut sama guru, yang penting ayang Riki suka."

"Beneran kamu pacaran sama Riki yang tadi berantem?"

"Iya dong, udah dua minggu."

"Jes, kamu yakin?"

"Iyalah, duitnya banyak, suka kasih uang jajan pula, siapa yang nggak suka, aku pacaran sama dia buat meras duitnya aja, siapa peduli dia mau gimana orangnya."

"Kamu mah begitu, siapa sih yang gak tau kembang sekolah baru, banyak cowok ngantri tapi malah pilih si Riki yang suka buat ribut, ternyata ada alasannya."

"Pulang nanti aku traktir makan bakso sepuasnya deh, aku tadi baru di kasih duit sejuta sama ayang Riki."

"Okelah."

Mendengar percakapan panjang dua wanita itu, membuat aku geleng-geleng kepala, sudah berapa kali aku menggeleng kepala hari ini gara-gara berandal ampera itu, hidupnya yang bergelimang harta ternyata di gunakan secara sia-sia. Apalah daya aku yang jajan aja irit-irit buat beli kuota supaya bisa nonton MV para cogan.

.....

.

.

Aku selalu sendiri, tak ada teman sebangku, pergi ke kantin sendiri, kemana pun sendiri.

Ada kalanya aku mengajak mereka ke kantin bersama, tetapi mereka tak menghiraukan aku, waktu pertama kali masuk kelas ini, aku punya teman sebangku, tapi lama-kelamaan dia berteman dengan yang lain dan akhirnya pindah tempat duduk. Aku duduk di urutan pertama baris ke dua dari empat baris meja.

Hanya mengobrol disaat ada tugas kelompok, itu pun cuman beberapa kalimat biasa. Kehidupan sekolah kali ini tidak seseru saat aku SD dan SMP, awalnya aku berharap akan ada banyak teman yang mengelilingi ku dan menciptakan masa SMA yang indah untuk di kenang di kemudian hari, tapi apa ini, kesendirian yang tak berujung membuat hari-hari ku tampak biasa saja.

Jam olahraga, di lapangan.

Aku sedang bermain volley bersama yang lain, tapi sekali lagi mata ku tertuju ke arah lain, aku melihat dia sedang duduk di depan kelasnya, sepertinya sedang bermain sesuatu di dalam laptopnya, dengan ekspresi itu membuat aku penasaran akan semua yang ia lakukan, bagaimana bisa di saat jam pelajaran dia bisa sesantai itu.

Karena penasaran, membuatku hilang fokus, akhirnya bola volley itu menghampiri ku dengan kuat, akhirnya bukan terkena pukulan ku melainkan kepala berharga ku yang kena pukul, bola volley yang keras dan lemparan yang kuat itu membuat kepala ku mengeluarkan banyak anak burung yang kini mengelilingi pandangan.

.....

.

.

UKS

Aku bangun dengan kepala yang masih berdenyut, ku lihat sekeliling dan mendapati diriku sudah berada di atas kasur UKS, aku memejamkan mata ku kembali. Mengingat hal yang memalukan, semua karena berandal ampera. Mungkin hidupku tidak sebaik status keluarga nya, dan aku cemburu akan hal itu, mengapa dia yang sudah punya segalanya malah menyia-nyiakan semua itu, sedangkan aku yang sangat ingin sepertinya harus berusaha lebih keras untuk mencapainya.

Aku bangkit dari kasur hendak beranjak pergi dari sana, tapi tiba-tiba aku mendengar suara dari balik tirai di sebelah kasur ku, aku pun menarik tirai itu, dan yang ku lihat adalah si berandal yang sedang mengetik laptopnya dengan serius.

"Ah!"

"Kamu!"

"Apaan sih, berisik!"

"Ngapain disini?"

"Sakit!"

"Sakit apaan malah main laptop, bukannya masih jam pelajaran."

"Sampah!"

"Apa!, siapa sampah?"

"Orang-orang dalam game ini sampah, udah pergi sana."

Dia menutup kembali tirai nya, dan aku langsung meninggalkannya dari sana.

"Kok bisa ada sih orang sengeselin dia!" geram ku sampai meremas telapak tanganku sendiri.

.....

.

.

.

Pulang sekolah,

Aku berjalan kaki kembali pulang, karena jarak sekolah ke rumah tidak begitu jauh, aku berjalan melewati parkiran, di parkiran banyak mobil dan motor berbaris, hanya aku yang tidak ada kendaraan ataupun pak supir yang menjemput, iri memang ada dalam hati ku, tapi apa pentingnya iri kalau kita tak berusaha, aku pastikan saat sudah lulus, kerja dan nabung baru beli kendaraan sendiri.

Seperti biasa earsheet selalu aku taruh di kedua telinga, mendengar kan lagu Oppa korea kesayangan ku sembari berjalan ke kosan, dengan hati yang gembira.

Byyurrr

"Aduh!"

Semburan air kotor dari sebuah motor besar yang melaju ngebut membuat seluruh tubuhku kotor.

Di tengah jalan memang ada genangan air kotor akibat hujan sebentar tadi, hati yang gembira itu seketika lenyap tersapu air kotor itu.

"Brengsek!"

Motor itu tetap melaju tanpa berhenti, aku yang kesal tanpa sadar menghafal plat motor itu.

BG 1234 RC

Kini aku berjalan cepat, berharap cepat sampai ke kos, karena malu dengan keadaan kotor ini.

.....

.

.

.

Hari berikutnya,

Dari semalam aku memutuskan untuk tidak penasaran lagi dengan berandal ampera itu, hidupku menjadi sial saat memikirkannya.

Lebih baik di lupakan saja orang tak penting itu, dari pada harus kesal tapi tak bisa berbuat apa-apa.

Aku berjalan buru-buru lagi, karena hampir terlambat akibat menonton drakor baru semalaman. Pagar sedikit lagi di tutup, aku berlari tanpa henti hingga pagar benar-benar tertutup.

"Pak, bukain dong, please!"

"Nggak bisa, kamu telat, pulang sana."

Aku tetap menunggu di depan pagar, sembari duduk di atas aspal dan menyender di pagar berharap pak satpam kasihan.

Sudah mulai pelajaran pertama di dalam, pagar masih belum terbuka, aku akhirnya menyerah dan berdiri hendak pulang.

Saat aku berjalan beberapa langkah, sebuah motor besar datang.

"Buka pak!"

Dan pagar itu pun segera di buka pak satpam, aku langsung berlari hendak masuk, namun pak satpam menghalangi.

"Pak, aku mau masuk."

"Nggak boleh, kamu telat."

"Dia juga telat loh, apa bedanya coba?"

"Dia beda sama kamu."

"Pilih kasih!"

Akhirnya gerbang pun di tutup kembali, anak berandal adalah si telat itu, ia mulai berjalan hendak masuk ke dalam.

"Hei, kamu, tunggu!"

Dia berhenti dan memandang ke arah ku.

"Bukain pintu, aku juga mau masuk, tolong!"

Dia hanya menatap ku sembari tersenyum mencurigakan.

"Mau masuk?"

"Iya, ajak aku masuk."

"Ada syaratnya."

"Apa?"

"Cium dulu."

"Apaan sih gila!"

"Pulang sana!"

"Eh, bukain dulu, gimana mau cium kalo nggak masuk kan?"

"Pak, biarin dia masuk."

"Iya, tuan."

Aku pun akhirnya masuk ke dalam, akhirnya bisa masuk.

Dia menunjuk pipi dan bibirnya, berharap ku memilih antara keduanya.

"Disini ada pak satpam, cari tempat sepi aja."

"Oke."

Aku menggandeng tangannya sembari memasuki halaman sekolah, lalu aku lepas tangannya dan aku berlari dengan sangat ngebut, ia juga mengejar, tanpa menoleh ke belakang aku langsung masuk ke dalam kelas dan duduk di kursi ku.

Guru dan teman sekelas ku kini menatap dengan tatapan heran.

"Maaf bu, aku habis dari toilet, gangguan alam jadi telat masuk kelas."

Alasan ku di terima oleh guru, dan kami memulai pelajaran seperti biasa.

Jantungku sudah mau copot akibat berandal itu, untungnya dia tidak mengejar ku sampai kelas.

.....

.

.

.

Istirahat,

Aku berjalan ke kantin, melirik ke kanan dan ke kiri, tidak ada tanda kehadiran si berandal, hati ku tenang dia mungkin tak mempermasalahkan hal itu lagi. Saat aku tiba di kantin, si berandal entah dari mana muncul dan langsung menarik lengan ku.

Taman,

Dia membawa ku ke taman belakang sekolah.

"Lepasin!"

Dia tidak melepas tanganku, malah di hempasnya tubuhku di dinding.

"Hutang harus di bayar kan?"

Dia mencoba mendekatkan wajahnya ke wajahku, dengan spontan aku langsung menamparnya dengan tangan ku yang lain.

Dia mencengkram tangan ku, dan mengelus pipinya yang aku tampar.

"Hahahaha, menarik sekali."

Dia pun melepas cengkeramannya, dan pergi meninggalkan aku.

Aku mulai takut, tanganku terasa sakit dan deru nafasku tak beraturan.

Aku kembali ke kelas tanpa mengambil jatah makan ku di kantin, aku hanya menaruh kepalaku di atas meja dengan lesu.

Mulai memikirkan, seharusnya aku pulang saja tadi dari pada berurusan dengan pria yang tidak punya hati itu.

Tiba-tiba seseorang menendang meja ku,

"Hei!"

"Ada apa?"

Jessi dan temannya menghadap ku dengan emosi.

"Dasar cewek ganjen!"

Dia melayangkan tamparan di pipiku, aku langsung berdiri sembari memegang pipiku yang terasa sakit.

"Aku nggak ada masalah sama kamu!"

"Nggak ada masalah?, tolong jelasin."

"Lu pelakor, deketin pacar Jessi dengan genit nya, masih bilang nggak ada masalah!"

"Kalian liat kan tadi di kantin?, Riki pacar gue, jadi tolong tau diri."

"Siapa yang mau sama pacar lo, siapa juga yang mau sama berandal itu, cuman orang gila yang stress yang mau sama dia."

"Apa?, dasar pelakor gak tau diri!"

Alhasil sekarang dua lawan satu, Amel menjambak rambut keduanya, dan mereka juga melakukan hal yang sama.

Semua murid hanya menonton aksi kami, sampai guru datang menghentikan kami.

Sekarang aku berada di ruang guru, bersama kedua wanita tadi. Mendengar ceramah dan ocehan guru BK yang sangat panjang, lalu nama ku kini sudah ada di daftar buku hitam.

Aku kembali ke kelas dan mengikuti pelajaran, tatapan teman sekelas kini lebih menakutkan dari biasanya, mereka sedang berbisik tentang ku. Seperti biasa, aku hanya bisa menghiraukan mereka, anggap saja mereka sebagai angin lalu.

Jessi dan temannya merasa puas sudah mengintimidasi aku, dalam benak ku menebak bahwa semua ini adalah suruhan si berandal itu, rasa emosi dan juga takut menyatu dalam pikiranku.

.....

.

.

.

Aku berjalan pulang dengan langkah yang cepat, berharap kesialan jangan datang lagi.

Tapi kesialan itu tidak pernah berhenti mengiringi, dia berjalan ke arah ku, aku hanya berjalan seolah tidak melihat siapa pun. Namun, dia menarik tangan ku dan akhirnya aku menghadap ke arahnya, ia mulai berbisik di telinga ku.

"Esok akan lebih menyenangkan."

Aku menarik kera nya, dan kedua mata ku melotot berharap bisa mengintimidasi nya.

Namun, dia hanya tersenyum melihat kelakuan ku.

"Berhenti ganggu aku, atau kamu bakalan dapat masalah!"

"Hahaha, masalah apa yang bisa kamu timbulkan?"

Dia menatapku sembari memainkan ujung rambutku, lalu menepis tangan ku dengan kuat sembari memberikan ekspresi senyum yang meremehkan. Ia pun pergi menuju parkiran, tanganku seketika menggepal dengan kuat, perasaan kesal yang sekarang memenuhi ku.

Dia mengendarai motornya dengan ngebut, dan aku tak sengaja melihat plat motornya, ternyata dia si brengsek yang menyemburkan air kotor itu, perasaan kesal ku semakin memuncak, rasanya ingin ku santet saja cowok itu, biar dia jadi orang bodoh.

Semua cacian hanya bisa menenangi perasaan ku, tapi apapun yang ia lakukan besok, aku akan melawannya semampu ku, aku tidak terima di bully oleh si berandal itu.

.....

Terpopuler

Comments

Neonnorey

Neonnorey

matre andaa haha

2023-06-12

0

վմղíα | HV💕

վմղíα | HV💕

semangat Thor 💪.

2023-04-11

1

Rhainika

Rhainika

elah ada tukang bully

2023-03-31

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!