Bab 2. Acaran Selamatan 1

Setelah istirahat Rina membantu umi menyiapkan makan malam, sementara Risa menyiapkan kelengkapan meja makan, maklum masih berantakan.

Rina membantu umi menata makan malam di meja makan sederhana yang menjadi wadah untuk mereka menyantap makan malam bersama.

"Risa panggil Abi untuk makan malam" pinta umi.

"ya, umi."

"Abi makan malam udah siap" panggil Risa dengan suara manjanya kepada Abi.

"udah siap ya...! anak gadis Abi sudah besar sekarang, udah bisa bantu umi masak" membelai rambut putri bungsunya dan mencium keningnya, Risa memang sangat disayang di keluarga, mungkin karena perbedaan usia Risa dan Rina terpaut jauh sekitar 10 tahun, Risa masih SMP kelas satu, sedangkan Rina sudah sarjana.

"bagaimana pertemuan Abi dengan pak ustad...?" tanya umi sambil mengambil nasi dan lauk untuk suaminya.

"Alhamdulillah pak Ustad punya waktu luang untuk acara selamatan masuk rumah esok hari".

"Alhamdulillah, semakin cepat semakin baik".

ruangan makan pun menjadi hening, tak ada obrolan dari mereka, hanya ada bunyi sendok dan piring yang terdengar dari ruang makan tersebut.

tiba-tiba...!

bruk...

terdengar bunyi benda jatuh di ruangan tengah.

tak lama berselang,

Krek... krek....

terdengar bunyi pintu di mainkan, entah angin atau ada makhluk gaib yang sedang ingin berinteraksi dengan mereka.

namun hal itu di buat canda oleh Risa, yang memang anak indigo.

"Hantunya lagi ngambek kali, ngak di ajak makan sama Abi, Abi sih makan gak ajak-ajak yang punya rumah, makanya dia marah tuh"

"kamu tuh, ngomong asal ceplos" Tegur umi.

"hahaha...jus kids umi" sambil menaikkan dua jari yang belepotan ke arah umi.

"hust, jorok kamu" cetus Rina.

"udah, klo makan gak boleh ngobrol, nanti keselek tulang ayam" canda Abi terbawa suasana, oleh kelakuan putri bungsunya.

"umi, setelah makan kita ngobrol di ruang tengah, ada yang ingin Abi bicarakan dengan kalian semua".

"ya, Abi".

setelah merapikan meja makan dan membersihkan dapur, mereka duduk santai di ruang tengah.

"Risa bentar kamu tidur sama kakak yah" pinta Abi pada putrinya bungsunya.

"loh katanya udah bisa pisah kamar sama kakak, emangnya kenapa? Risa kan udah gede' udah boleh tidur sendiri, cape' sering di cubit sama kak Rina klo lagi tidur, enakan juga bobo sendiri Abi". cetus Risa yang enggan tidur dengan kakaknya lagi.

"makanya klo tidur, kaki sama tangan diam ditempat jangan kesana kemari menguasai tempat tidur."timpal Rina dengan senyum meledek adik kecilnya.

"hmmm..Abi liat tuh kakak" rengek Rina yang emang manjanya minta ampun pada Abi.

"Dasar anak manja sukanya ngadu, huh."

"jadi tadi waktu Abi berkunjung ke rumah pak ustad Amri, kami sempat membahas masalah rumah yang kita tempati sekarang, Konon katanya rumah ini ada penunggunya, makanya yang punya rumah menjualnya dengan harga murah." jelas Abi pada anak dan istrinya.

"pantesan tadi ada tetangga yang menyapa umi, terus dia bilang, mbak yang tinggal di rumah pak Darwo (tapi warga sering memanggil dengan sebutan pak widodo) sekarang, sebaiknya mbak hati-hati karena sebelumnya istri dan anak bungsu pak Darwo atau pa widodo meninggal mengenaskan di rumah ini, kamar yang di tempati Risa sekarang dulunya adalah kamar anak bungsu pak Widodo dan gudang rumah kita adalah tempat meninggal istri pak widodo katanya sangat mengenaskan, kejadiannya itu sekitar lima tahun yang lalu, hingga akhirnya pak widodo dan kedua anaknya yang selamat memutuskan untuk meninggalkan rumah ini, selang dua tahun kemudian rumah ini sempat di huni oleh keluarga pak Widodo namun karena gak tahan dengan berbagai hal mistik yang terjadi di rumah ini, mereka hanya bertahan satu bulan dan pindah mengontrak rumah warga, katanya tak jauh dari sini."

"pak ustad sempat membahasnya juga, apa kita pindah saja umi dari rumah ini sebelum nasib kita seperti nasib keluarga pak widodo" ungkap Winardjo yang khawatir dengan nasib mereka selama tinggal di rumah itu.

"klo gitu ceritanya Risa gak jadi pisah kamar, gak apa dicubit sama Kakak tiap malam, dari pada tidur dikamar belakang, bersebelahan lagi dengan gudang, ih seram." Risa langsung memeluk Abi dan duduk di pangkuan abi nya. namun yang sebenarnya Risa udah mengetahui sosok yang Abi nya berusaha ceritakan, ada rasa khawatir Risa untuk keluarganya ia seakan merasakan kisah pilu yang akan terjadi padanya dan keluarganya. sepertinya Risa dapat sedikit merasakan hal-hal yang akan terjadi kedepannya.

"lebai, dasar anak manja". cetus Rina yang cemburu dengan kelakuannya adiknya.

"kak, temenin ambil selimut di kamar" rengek Risa pada kakaknya.

"aduh, Risa kamar kamu tuh dekat, pintunya aja kelihatan dari sini, begitu aja minta di temenin, tadi ngotot mau tidur sendiri, sekarang melangkah satu meter saja kagak berani, huft. omel Rina pada adiknya.

"sudah temenin adik kamu, lagian dulu yang minta tidur di temani adik kan kamu, yang merengek minta adik juga kamu, sekarang adiknya udah gede' kamu omelin terus, gimana sih." tegur umi dengan Rina yang selalu tak akur dengan adiknya.

kali ini Risa merasa di atas angin karena di bela oleh umi, sangat jarang umi membela Risa karena menurut umi Risa terlalu manja, dan kadang merepotkan.

"senang tuh di belain"cetus Rina.

"jangan marah dong kakak ku tersayang" Risa tersenyum dan memeluk kakaknya.

akhirnya Rina berbagi kamar dengan adiknya lagi, tak terasa Risa dan kakak ya sudah terlelap.

ditengah tidur lelapnya itu akhirnya sang makhluk mulai menampakkan wujudnya, benar dugaan Risa jika makhluk ini sedang mengincar kakaknya, sosok mengerikan itu merebahkan tubuhnya tepat diantara kakak beradik itu, dan membalikkan badan memeluk sang Kakak, andaikan Rina dapat melihatnya mungkin jantungnya berhenti berdetak seketika.

"hmmm....Risa jangan meluk kencang-kencang aku gak bisa napas, Risa kamu awas...."

deg...

kaget bukan main, dada kembang kempis, pikiran langsung tak karuan, Rina yang marah karena ia fikir sedang dipeluk kuat oleh adiknya, ketika ia menengok kearah adiknya jantung Rina terasa berhenti berdetak melihat posisi adiknya membelakangi dirinya dengan ruang kosong sebagai jarak diantara mereka.

"jadi siapa yang memeluk barusan, bukan kah tadi aku juga merasakan tangan orang itu" guman Rina menahan rasa takutnya.

"Risa bangun, Ris....bangun"

"hmmm...iya" Risa berusaha membuka mata, yang masih terasa begitu berat baginya, ia berusaha bangun dari tempat tidur dengan mata setengah tertutup.

"kakak kenapa bangunin Risa..?"

"kakak haus de' temanin ambil air minum di dapur yuk!."

"ya, kakak duluan, aku pegang dari belakan kakak masih ngantuk berat nih"

"terserah deh, yang jelas temenin"

krakk....Rina membuka pintu kamar pelan-pelan, dengan perasaan was-was ia dan adiknya memberanikan diri ke dapur yg untuk mengambil air minum.

ketika Rina menyalakan lampu dapur.

buissss....ada sosok hitam melintas di depan mereka,

kakak beradik itu langsung berpelukan, lutut Rina bergetar, dan sulit ia gerakkan, seketika semua badan menjadi kaku akhirnya mahkluk itu menampakkan sekilas sosoknya pada Rina dan Risa, sedangkan Risa hampir kehabisan napas, ingin berteriak tetapi lehernya seakan tercekat tak mampu bersuara.

"kakak bisa liat apa yang aku liat kan...?" tanya Risa seakan tak percaya akhirnya kakaknya bisa merasakan dengan apa yang sering ia alami sejak masih kecil.

"yah" jawab Rina singkat.

"kak ayo cepetan kita ke kamar Abi, aku benar-benat takut" dengan dada ngos-ngosan seakan telah menempuh jarak jauh mereka berusaha menuju kearah kamar Abi dan umi.

"Abi...

umi...."

panggil mereka berdua.

"ada apa nak kenapa kalian disini?"

"i...itu..a ada sesuatu di dapur" ucap Rina sambil mengatur napas.

Abi bergegas memeriksa dapur, dengan hati-hati Abi menyisir dapur mencari keberadaan makhluk yang mereka lihat, namun tak ada sosok apapun yang terlihat.

"aneh" guman Abi dan bergegas kembali ke kamar.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!