POV Nanas.
•
•
•
"Kau tidak ingin menyimpan nomor teleponku, Baby?" tanya Zach saat aku keluar dari mobilnya, dasar pria aneh.
Dia memberiku kartu namanya, lalu pergi begitu saja setelah merenggut hal yang paling berharga dalam hidupku ini, tidak akan pernah kumaafkan dia.
Aku berlalu menuju mobilku yang masih terparkir di depan BAR kemarin, aku masuk kesana lalu mengendarainya untuk pulang ke rumah, kondisiku benar-benar berantakan sekarang dan aku harus mencari alasan saat sampai di rumah.
Sesampainya dirumah, benar saja, Mama, Papa dan Bang Reza terlihat panik di teras rumah, dan saat aku turun dari mobil, Bang Reza langsung menghampiriku.
"Kamu darimana aja, dek, Abang, Mama sama Papa semalaman gak tidur nunggu kamu pulang, mana teleponnya gak diangkat," ujar Bang Reza.
Aku mencium tangan Bang Reza, begitupun dengan Mama dan Papa, aku duduk di kursi yang ada di teras. "Maaf Ma, Pa, Bang, semalam Nanas nginep dirumah teman, maaf yah, hp Nanas juga mode silent jadi ga kedengeran."
Pembohong Nanas, kau itu Pembohong, kebohongan macam apalagi ini.
"Gapapa, tapi lain kali ngabarin biar gak panik begini, kamu udah makan? Sana mandi habis itu makan," ujar Mama mengusap kepalaku.
Aku mengangguk kemudian masuk ke dalam rumah, untuk pertama kalinya dalam hidupku aku membohongi Papa dan Mama serta Abangku.
•
Sudah dua Minggu semenjak kejadian itu, aku menjalani hari-hari sebagai seorang Designer sedang aku sudah move on dari Mas Delon, tapi bayangan kehilangan kehormatan itu masih saja ada.
"Huek!"
Aku merasakan mual saat berada di meja makan bersama Mama, Papa dan Bang Reza, aku tahu ini pasti akan menimbulkan kecurigaan, sedang aku sendiri tidak tahu bagaimana kondisiku saat ini, aku masuk ke dalam toilet dan muntah di wastafel.
"Dek, kamu gapapa kan?" tanya Bang Reza masuk ke dalam toilet dan memegang pundakku.
Aku membalikkan badan dan menatap Bang Reza. "Gapapa, Bang." jawabku.
"Kamu gak bohong, kan?"
Sulit sekali berbohong kepada Bang Reza, mungkin karena kami berdua selalu bersama dan Bang Reza sangat mengerti tentang aku, jadi dari mataku saja Bang Reza sudah bisa menilai diriku.
"Kamu tahu kan, Abang gabisa dibohongi sama kamu, kalau ada apa-apa tuh cerita sama Abang, dua kepala lebih baik daripada satu," jawab Bang Reza yang membuatku terdiam.
Aku memegang pipi Bang Reza kemudian memeluknya. "Gapapa, Bang, Makasih yah."
Aku bahagia sekali punya Abang seperti Bang Reza, walaupun kami beda ibu tapi Bang Reza memperlakukan diriku seperti adik kandung, setelah mual tadi aku merasakan tidak nafsu makan lagi.
Aku memilih pamit kepada Bang Reza kemudian pergi ke kamarku, Aku ingat aku membeli testpack kemarin, hanya untuk memastikan saja apakah aku hamil atau tidak.
Aku masuk ke kamar dan mengambil testpack, untungnya kamarku memiliki kamar mandi pribadi, aku langsung mencoba testpack itu dan-
"AH!"
Aku reflek berteriak, aku berjalan lunglai ke arah ranjang dan duduk disana, Bang Reza masuk ke dalam kamar mungkin mendengar teriakan ku.
"Ada apa, Dek?"
Aku diam, aku menyembunyikan testpack itu dibelakang punggung tapi Bang Reza melihatnya.
"Apa itu?" tanya Bang Reza, aku tidak menjawab, Bang Reza kemudian mengambil testpack itu dari tanganku dan melihatnya. "Apa ini?"
DUA GARIS MERAH!
Bang Reza tampak sedih, dia mengusap kepalanya dan menyugar rambutnya. "Anak, siapa ini?"
•
•
•
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Yatima Mauluddin
klo 2 minggu biasae belum muncul 2 garis merahx🤔
butuh referensi lg nich......
2023-01-30
2
ᑎᎥຮ𑜅 🩷E𝆯⃟🚀ᵒⁿ`oғғ
bang reza wlw beda ibu tp bnr2 syng bngt sama nanas..
nah kan nanas akhirnya hrus jujur jg sama abng mu krna km ga bisa bohong
2023-01-09
0
itin
dalam 2 minggu betul bisakah lgsg bertunas kecebongnya?
2023-01-06
0