Di dalem kereta kuda tua, Aimee duduk tegak dengan tatapan mata yang dingin. Lima belas menit yang lalu ia baru saja menyelesaikan makan malam penuh obrolan dengan Althaf. Kepalanya masih mengingat-ingat percakapan mereka yang tadi.
"Apa anda mengetahui maksud dari pesan terakhir mendiang Duke Leandra, yang mulia? Thomas Leandra menyimpulkan bahwa nama pangeran kedua dan anda disebutkan untuk dijadikan pilihan tempat saya berlindung dan menikahi salah satunya. Apa--" Belum selesai Aimee bicara, Althaf sudah memotong.
"Bodoh. Bagaimana bisa ada kesimpulan seperti itu?" potong Althaf, matanya menatap Aimee dingin. Aimee yang ditatap seperti itu langsung merasa bingung, mengapa dia merasakan aura ketidaksenangan dari Althaf?
"Setangguh apa pun ayahmu, dia tidak pantas untuk menjadikanku sebuah pilihan. Duka Leandra menginginkan kau untuk menjadi istriku, bukan pangeran kedua. Dia menyebutkan pangeran kedua agar kau berhati-hati padanya," potong Althaf, kemudian tangan kanannya mengambil sebuah amplop lain yang ada di samping gelas minumnya.
Althaf melempat kertas itu ke arah Aimee, lalu Aimee dengan cepat mengambilnya dan membuka lalu membaca kertas yang ada di dalamnya.
"Surat ini ditulis sejak aku berumur delapan tahun?" tanya Aimee, dia terkejut. Bagaimana mungkin ayahnya telah memprediksi hal besar seperti ini tetapi tidak pernah mengajaknya atau Abighail berdiskusi tentang ini?
"Kau masih meragukan kertas itu? Aku bisa membuktikannya padamu dengan hal lain lagi." Begitu mendengar ucapan Althaf yang ini, Aimee yang sebelumnya tertunduk membaca kertas, kini mulai kembali menatap Althaf. Matanya terbelalak saat melihat Althaf menunjukkan jari telunjuknya yang mengenakan sebuah cincin yang sangat Aimee kenal.
Cincin itu adalah cincin kembar Aimee dan ayahnya, cincin itu ada sebagai hadiah ulang tahun Aimee yang ke sepuluh. Cincin yang dipakai ayahnya sempat hilang entah ke mana, membuat Aimee sangat sedih. Dia sempat mengurung diri di kamar selama dua hari karena kecewa dengan ayahnya. Dan sekarang, Aimee melihat cincin itu muncul lagi tetapi berada di jari Althaf. Kemungkinan pria itu berbohong sangatlah kecil, karena Aimee tahu, cincin itu hanya ada dua di dunia. Cincin itu terbuat dari inti naga yang mendiami gunung salju di perbatasan, naga itu hanya tersisa satu dan kini sudah tidak ada karena intinya telah diambil oleh ayahnya untuk cincin kembar mereka.
"Jadi ... bagaimana, Lady Aimee?" tanya Althaf, membuat Aimee tersadar dari lamunannya tentang cincin tersebut.
Aimee mengepalkan tangannya diam-diam, cincin kembar itu selalu Aimee pakai, termasuk pada saat ini ketika dia sedang mengunjungi Althaf. Memikirkan mereka memakai cincin yang sama membuat Aimee sedikit merasa geli. Aimee menghela napas tipis, kemudian memaksa dirinya untuk menyunggingkan senyum tipis. "Sepertinya memang tidak ada lagi yang bisa saya katakan. Dan yang mulia, mengapa anda tidak menunjukkan cincin itu dari awal diskusi agar tidak membuang-buang waktu?"
Althaf tidak menjawab pertanyaan Aimee, membuat Aimee menatap Althaf kesal secara diam-diam.
Kembali ke kesadarannya, Aimee menghela napas tipis. Sepertinya memang sudah takdirnya menikah dengan Althaf. Jika memang menurut ayahnya Althaf adalah tempat yang terbaik untuk memberikan dukungan kepada dirinya dan Abighail, Aimee tidak keberatan untuk menurut. Terlebih saat ini Abighail memang membutuhkan pendukung yang kuat, Aimee harus membantunya.
Setelah tiba di kediaman Leandra, Aimee bergegas menuju ruang kerjanya. Wanita itu duduk di meja kerjanya sambil memikirkan pernikahannya dengan Grand Duke. Dia menimbang-nimbang keuntungan dan kerugian jika dia menjadi istri Grand Duke atau tidak.
Ketika sedang sibuk berpikir, tiba-tiba pintu ruangan kerjanya diketuk, lalu terbuka sebelum dia menjawab. Saat pintu terbuka, Aimee melihat ibunya, Liliana Leandra masuk membawa dessert dan minuman sehat untuknya.
"Ibu dengar kau baru kembali dari suatu perjalanan rahasia," ucap Liliana, mata wanita itu masih terlihat sedikit sembab karena terlalu lama menangis kemarin.
Aimee tersenyum tipis ke arah ibunya, menghilangkan aura dingin miliknya. Aimee mengangguk kecil dan menjawab,"Benar, aku baru saja kembali."
Liliana balas mengangguk saat mendengar jawaban putrinya, kemudian menaruh dessert itu di meja kerja Aimee dan menarik kursi untuk duduk di dekat Aimee. Liliana mengelus lembut rambut Aimee dan berkata,"Kau baru saja bertemu dengan Grand Duke Aldrich 'kan?"
Aimee yang sebelumnya ingin mengambil garpu dessert-nya tiba-tiba pergerakannya terhenti ketika mendengar ibunya berkata demikian. Aimee melirik ibunya, lalu bertanya,"Dari mana ibu tahu?"
Liliana tersenyum hangat ke arah putrinya, lalu tiba-tiba memeluk Aimee sambil terus mengusap lembut kepala anaknya. "Kamu tidak pernah bisa berbohong pada ibu. Mungkin kamu bisa membohongi seluruh orang termasuk Kaisar sekalipun, tetapi kamu tidak akan pernah bisa membohongi ibumu."
Liliana terdiam sebentar, mengambil napas, kemudian melanjutkan berbicara. "Nak, sebelum Abighail benar-benar menduduki posisi Duke Leandra, adikmu masih butuh bantuan dan akan bergantung banyak kepadamu. Hati-hati dalam menghadapi musuh. Musuh yang paling berbahaya bukan yang terlihat menentang dan ingin menjatuhkan kita, justru orang yang terlihat mendukung dan menyayangi kita lah yang kadang adalah musuh yang paling berbahaya."
Aimee yang mendengar ini segera memeluk erat ibunya. Hatinya yang belakangan ini terasa dingin dan berat, serta kepalanya yang sebelumnya terasa berisik, kini berangsur tenang. Hanya damai yang Aimee rasakan ketika berpelukan dengan ibunya. Ibunya adalah obat bagi segala kekacauan yang tengah ia rasakan.
Tak lama kemudian, ketika dirasa dirinya sudah cukup tenang, Aimee segera melepas pelukannya. Aimee menatap ibunya dengan sungguh-sungguh, lalu berkata,"Kemungkinan konflik ini akan membesar dan semakin kacau, ibu tidak boleh ada di sini selama keadaan belum dinyatakan tenang. Ibu, bagaimana jika mulai besok ibu sementara pergi ke Kastil lama Leandra yang ada di luar ibu kota? Agar ibu merasa tenang dan tidak terganggu. Kebetulan tangan kanan ayah juga memutuskan pergi ke Kastil lama, ibu pasti aman di sana."
Melihat putrinya terlihat sungguh-sungguh, Liliana pun mengangguk. Saat ini dia akan menuruti kemauan anaknya agar rencana dan jalan kedua anaknya berjalan lancar. Dia sendiri juga setuju dengan usul putrinya, dia takut jika tetap berada di sini, dirinya akan menjadi penghambat jalan kedua anaknya.
Setelah ibunya pergi, Aimee kembali sendirian di dalam ruangan kerjanya. Dia kembali sibuk dengan pikirannya sendiri.
Pangeran kedua kemungkinan besar akan mulai memusuhi dan mengincar keluarga Leandra ketika nanti Aimee resmi menyatakan kepada orang luar bahwa Leandra mendukung pihak Putra Mahkota. Walaupun Althaf telah mengatakan bahwa ia akan selalu melindungi keluarga Leandra, tetapi tetap saja Aimee masih sulit untuk percaya. Dan lagi, Leandra juga tidak boleh terlalu menggantungkan diri kepada Althaf.
Aimee melepas cincin kembar yang ada di tangannya, tangan kanannya meremas cincin itu keras. Aimee meluapkan kegelisahannya kepada cincin kembar itu, tidak pernah terbayang di hidupnya bahwa keputusan kejayaan atau tidaknya Leandra kini berada di bawah keputusannya. Dan tidak pernah terbayangkan juga jika dia harus menikah dengan Althaf lalu menjadi Grand Duchess Aldrich.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments