Siapa yang akan menyangka bahwa di dalam kereta kuda murah tanpa penjagaan pengawal khusus di dalamnya ada seorang putri bangsawan Duke?
Kereta kuda itu terus berjalan menuju gerbang masuk belakang Grand Duchy of Aldrich. Aimee hanya ditemani oleh Berlianda dan Cecilia, sedangkan Louis Ksatria pribadinya mengawasi dari jauh.
Setelah sampai, seseorang segera membukakan pintu untuk Aimee. Aimee bergegas turun, dibantu oleh Berlianda dan Cecilia.
"Selamat datang di Grand Duchy of Aldrich, Lady Aimee Leandra. Perkenalkan nama saya Daniel Zynx, saya adalah tangan kanan yang mulia Grand Duke." Seorang pria berambut pirang membungkuk ke arah Aimee.
Aimee menatap Daniel datar, kemudian membalas seadanya. "Senang bertemu dengan anda, Lord Daniel. Tolong tuntun saya ke tempat Grand Duke berada."
Daniel mengangguk singkat, kemudian menjawab,"Dengan senang hati, Lady. Mari ikuti saya."
Daniel Zynx, dia adalah Ksatria bergelar bangsawan Marquess. Daniel mengabdikan dirinya kepada Althaf Aldrich, pria itu telah melewati ribuan peperangan mendampingi Althaf. Kemampuan serta insting bertarungnya tidak dapat diremehkan.
Aimee berjalan di belakang Daniel, sampai akhirnya mereka tiba di ruangan berpintu besar lantai dua dari Grand Duchy of Aldrich. Kastil yang hampir lebih besar dari Istana.
"Saya hanya dapat mengantar anda sampai di sini, begitu juga dengan dua pelayan wanita di belakang Lady. Grand Duke ada di dalam, silahkan masuk," ucap Daniel sembari membukakan pintu.
Berlianda dan Cecilia tampak tidak setuju jika harus membiarkan Lady mereka menemui Grand Duke sendirian, mereka terlalu khawatir. Tetapi Aimee meyakinkan mereka berdua dengan tatapan meyakinkan, kemudian berjalan masuk ke dalam ruangan sambil menarik napas dalam.
Aimee berjalan tegak, matanya menatap sosok pria yang berdiri di dekat jendela menatap langit malam yang gelap. Tidak ada bintang malam ini, Aimee tidak mengerti apa yang tengah pria itu nikmati.
Sosok pria berpostur profesional, tegap, bahunya lebar, serta aura dingin yang mencekik mengelilingi sosoknya. Pria itu tak lama kemudian menoleh, menatap Aimee dengan sepasang bola mata dinginnya yang lebih gelap dari malam. Pria itu adalah Grand Duke Aldrich, adik paling kecil Kaisar, paman muda Putra Mahkota dan pangeran kedua, Althaf Aldrich.
"Aimee menyapa yang mulia Grand Duke Aldrich." Aimee segera membungkuk begitu melihat Althaf menoleh.
Tanpa menghiraukan salam Aimee, Althaf segera duduk di kursi meja makan sambil berkata,"Duduk."
Aimee dengan cepat patuh dan duduk berseberangan dengan Althaf. Jantungnya tidak bisa berhenti berdebar, ini adalah pertama kalinya dia melakukan kontak sedekat ini dengan Althaf. Melihat Althaf dari jauh saja Aimee sudah merasakan aura mengintimidasinya, apa lagi jika sedekat ini.
"Saya harap makanan itu sesuai dengan selera Lady Aimee," ucap Althaf.
Aimee berusaha tersenyum senatural dan setulus mungkin, lalu menjawab,"Sebuah kehormatan dapat melaksanakan makan malam bersama dengan yang mulia."
"Saya dengar adik anda, Abighail Leandra belum bisa mengisi posisi Duke Leandra karena study-nya yang berada di luar Kekaisaran?" tanya Althaf, pria itu mulai mengambil garpu dan pisau steak.
Aimee mendadak kaku saat mendengar ini, bagaimana mungkin Althaf mengetahui informasi yang bahkan belum tentu seluruh keluarga Leandra mengetahuinya?
"Benar, yang mulia. Adik saya lebih memilih menyelesaikan study-nya terlebih dahulu," jawab Aimee.
Althaf mengangguk singkat, lalu bertanya lagi,"Lalu sebagai gantinya kau yang menjadi kepala keluarga sementara menggantikan Abighail Leandra?"
Aimee terdiam beberapa detik untuk berpikir, saat ingin menjawab tiba-tiba Althaf menimpali,"Ambil alih Leandra."
Aimee mengerutkan keningnya. "Maaf?"
"Ambil alih Leandra selama Abighail masih berada di luar Kekaisaran," ulang Althaf.
Aimee tersenyum tipis. "Bagaimana mungkin? Saya hanya seorang wanita yang gemar melakukan bisnis, tidak memiliki dukungan di dunia politik."
"Saya yang akan mendukung Lady Aimee," jawab Althaf.
Aimee terdiam, menatap Althaf lekat. Dia heran, mengapa tiba-tiba Althaf memberikan tawaran seperti itu?
"Thomas Leandra, dia bukan tempat yang cocok untuk kau jadikan sandaran bersama adikmu Abighail," ucap Althaf.
Aimee menaikkan alis kirinya. "Apa maksud yang mulia?" Jantungnya berdebar saat mendengar ini.
"Thomas Leandra juga memiliki ambisi untuk menjadi kepala keluarga Leandra, saat ini dia melihat celah bahwa keadaan keluarga utama Leandra sedang goyah, pasti dia tidak akan tinggal diam. Jangan percaya dengan ucapan menenangkan sok bijak miliknya," jawab Althaf.
Aimee diam, dia tidak tahu harus menjawab apa. Thomas Leandra? Jika memang apa yang dikatakan Althaf benar, Aimee berarti harus menyiapkan ide dan rencana baru. Tetapi sekarang Aimee masih berusaha bersikap tenang, dia tidak boleh gegabah dan kemakan ucapan Althaf begitu saja. Dia dan Althaf tidak dekat, tidak ada sejarahnya juga Leandra dan Aldrich memiliki hubungan yang sangat erat.
Saat Aimee masih sibuk berpikir, tiba-tiba Althaf mengeluarkan sebuah amplop cokelat yang berisi sebuah kertas. Althaf memberikannya ke Aimee, Aimee dengan cepat mengambil surat tersebut dan membuka amplop-nya.
Aimee membaca isi kertas tersebut, tanpa sadar kedua tangannya mencengkeram kertas tersebut. Selesai membacanya, Aimee masih berusaha keras untuk membuat dirinya bersikap tenang. Aimee menaruh kertas itu kembali ke dalam amplop, lalu menatap Althaf dingin.
"Atas dasar apa mendiang ayah saya memberi pesan untuk menikah dengan anda? Sebelumnya Leandra dan Aldrich tidak pernah memiliki hubungan yang terlalu erat atau pun buruk," ujar Aimee, dia masih tidak mempercayai apa yang sudah dia baca di kertas itu.
Kertas itu berisi surat perjanjian dan amanat mendiang ayahnya, bahwa setelah ayahnya meninggal, Aimee akan menikah dengan Althaf untuk melindungi keluarga Leandra. Mengapa ayahnya tidak pernah mengajaknya berbicara tentang hal ini?
Beberapa detik kemudian, Aimee tersadar akan sesuatu ....
"Mendiang Duke Leandra memilih pihak Putra Mahkota," ucap Althaf, membuat Aimee terbelalak menatap Althaf.
"Yang mulia," panggil Aimee dengan suara rendah, wanita itu berkali-kali berusaha mengatur perasaan tenangnya.
Setelah Althaf menatapnya, Aimee baru menambahkan,"Sebenarnya apa yang terjadi?"
Althaf tersenyum tipis, lalu menjawab,"Perebutan takhta, apa lagi? Konflik ini tumbuh semakin panas di belakang Kaisar, tetapi aku tidak benar-benar yakin bahwa Kaisar tidak mengetahui masalah ini. Seluruh bangsawan sudah terbagi menjadi dua kelompok, saat ini hanya tersisa Leandra yang menjadi satu-satunya keluarga bangsawan yang masih belum memilih salah satu kubu."
Aimee diam, dia kembali larut ke dalam pikirannya. Putra Mahkota, pangeran kedua, Grand Duke Aldrich. Jika konflik perebutan takhta ini sangat besar sampai kemungkinan akan menimbulkan peperangan, Leandra memang harus segera memilih antara Putra Mahkota dan pangeran kedua. Tanpa memilih pun, Leandra -- bukan, tetapi dirinya sendiri seperti memang harus mencari tempat berlindung yang kokoh seperti Grand Duke Aldrich.
Saat ini tidak hanya kursi takhta Kaisar yang panas, tetapi juga posisi Duke Leandra selanjutnya. Di dalam Leandra juga masih terdapat masalah besar, para cabang keluarga Leandra juga sedang berlomba-lomba untuk menjadi keluarga utama dari Leandra.
Aimee dan Abighail tidak memiliki pendukung yang kuat untuk melawan orang-orang yang ingin merebut posisi Duke Leandra dari tangan adiknya. Aimee memang aktif beraktivitas di luar rumah, tetapi yang dia lakukan adalah berbisnis, bukan berpolitik. Sementara Abighail, anak itu jarang ikut kegiatan sosial atau perkumpulan bangsawan karena sibuk belajar di luar Kekaisaran. Jadi jika sekarang dia harus bertarung dengan bagian keluarganya sendiri, Aimee dan Abighail belum tentu menang.
Amanat mendiang ayahnya mungkin bermaksud agar Abighail adiknya dapat memiliki dukungan yang kuat dari Grand Duke melalui dirinya. Karena jika ingin menggunakan cara lain seperti berbisnis, Aimee ragu Althaf akan menyetujuinya. Karena ... hal apa yang tidak dimiliki oleh seorang Grand Duke? Tidak ada penawaran luar biasa juga yang dapat dirinya berikan kepada Althaf.
"Sebelum benar-benar memejamkan mata, mendiang ayah saya sempat mengucapkan tiga kata. Nama pangeran kedua, nama anda, dan ... menikah," ujar Aimee setelah cukup lama larut di dalam pikirannya.
Althaf menaikkan alis kirinya, setelah itu menaruh kembali garpu dan pisau steak miliknya. "Apa Lady yakin nama saya yang disebutkan sebelum kata menikah?"
Aimee mengangguk cepat. "Sangat yakin."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments