Dua hari setelah kematian kepala keluarga Duke Leandra, seluruh senior keluarga besar melakukan rapat tertutup di dalam Kastil.
Kursi yang biasa diduduki oleh mendiang ayahnya kini kosong, Aimee tidak bisa melakukan apa pun untuk mengusir kesedihan dan kesepian di hatinya.
"Saya mengetahui arti dari pesan terakhir sang mendiang Duke." Seorang senior keluarga Leandra, angkat bicara. Dia adalah adik laki-laki dari ayahnya, Thomas Leandra.
"Selama ratusan tahun Leandra selalu bertindak netral, tidak memihak kubu A atau B. Tetapi, saat ini kondisi perebutan takhta diam-diam tumbuh semakin panas di belakang Kaisar. Risikonya sangat besar, salah satunya dapat menyebabkan kehancuran Kekaisaran. Sepertinya mendiang Duke meminta kita untuk memilih salah satu pihak, antara pangeran kedua dan Putra Mahkota." Thomas Leandra, menyampaikan apa yang ada di pikirannya mengenai pesan terakhir mendiang kakak laki-lakinya untuk Aimee.
"Lalu apa makna dari kata 'menikah' di belakangnya?" tanya yang lain.
Thomas Leandra terdiam, kemudian menatap Aimee serius. "Mungkin ... mendiang Duke ingin keputusan itu dipegang oleh Lady Aimee. Dan hasil keputusan dari Lady Aimee, adalah menikahi pilihan tersebut."
"Jika Lady Aimee menikahi Grand Duke Aldrich, bukankah itu artinya secara tidak langsung keluarga Leandra menunjukkan ke seluruh orang bahwa kita mendukung Putra Mahkota?" tanya yang lain lagi. Thomas Leandra mengangguk saat mendengar ini.
Aimee terdiam, dia mengepalkan kedua tangannya diam-diam. Pernikahan politik, bagaimana ini bisa menimpanya secara tiba-tiba?
Abighail Leandra yang sedari tadi diam mendengarkan para bangsawan berdiskusi mengenai kakaknya, kini angkat bicara. "Mengapa mendiang Duke harus membuat pilihan antara pangeran kedua dan Grand Duke Aldrich? Mengapa tidak langsung antara Putra Mahkota dan pangeran kedua? Bukankah keluarga Leandra sudah sering melahirkan keturunan-keturunan seorang Permaisuri Ventumia? Seharusnya kakakku menjadi Putri Mahkota Kekaisaran ini."
Abighail Leandra, bocah laki-laki yang berumur lima belas tahun itu menunjukkan wibawanya sebagai kepala keluarga selanjutnya menggantikan posisi ayahnya. Tetapi karena dia harus bersekolah di luar Kekaisaran, untuk saat ini Abighail Leandra belum bisa dengan cepat mewarisi kedudukan tersebut. Posisi 'Duke Leandra' yang baru masih kosong, bocah itu memilih menyelesaikan belajarnya lebih dulu.
Seluruh bangsawan terdiam saat mendengar pertanyaan Abighail, apa yang dikatakan pria itu benar. Rapat semakin seru, para bangsawan sesekali mendesak Aimee untuk mengeluarkan jawaban atas pilihannya. Mereka sangat yakin betul akan apa yang dikatakan oleh Thomas Leandra.
Aimee terus menolak menjawab, dia tidak bisa menjawab untuk keputusan sebesar itu sekarang. Dia tidak tahu apa dan siapa yang akan dirinya pilih. Pangeran kedua atau Grand Duke, dua-duanya Aimee tidak ingin pilih.
Pangeran kedua, Aimee sering melihatnya di mana-mana. Pria itu banyak sekali penggemar wanita, dia juga memiliki kekuasaan yang hampir setara dengan Putra Mahkota. Aimee tidak tahu banyak tentang Pangeran kedua, dia jarang melakukan kontak intens dengan para petinggi Kekaisaran yang dekat dengan takhta seperti Kaisar, Putra Mahkota, Pangeran kedua, Grand Duke Aldrich.
Sedangkan Grand Duke Aldrich, dia pernah sesekali memperhatikan pria ini. Althaf berbanding terbalik dengan pangeran kedua, dia tidak ramah senyum dan terlihat tidak suka bergaul dengan orang-orang yang tidak penting baginya. Setahu Aimee, pria ini memegang tujuh puluh persen kekuatan militer Kekaisaran, karena inilah posisinya sangat disegani dan paling berpengaruh. Grand Duke Aldrich masih memiliki hubungan darah dengan keluarga Kekaisaran, dia adalah adik paling kecil Kaisar saat ini. Bisa dibilang, dia adalah paman muda dari Putra Mahkota dan pangeran kedua.
"Lady Aimee, apa anda sudah memutuskannya?" tanya Thomas Leandra.
Aimee melirik pamannya, kemudian menjawab,"Tidak sekarang. Aku akan memberikan jawabannya besok pagi, malam ini biarkan aku berpikir dengan baik. Keputusan seperti ini tidak bisa diputuskan secara sembarangan."
Thomas Leandra mengangguk. "Saya mengerti, jika anda membutuhkan bantuan atau saran, tolong segera hubungi saya. Lady Aimee, kini masa depan keluarga Leandra tergantung keputusan anda. Semoga anda memilih keputusan yang tepat."
Aimee balas mengangguk, kini seketika ia merasa ada batu besar yang sangat berat diletakkan di pundaknya.
Setelah rapat selesai, Aimee segera menuju ruang kerjanya. Dia ingin cepat-cepat berpikir. Saat di dalam ruang kerja, tiba-tiba Abighail masuk tanpa mengetuk pintu.
"Maaf karena aku tidak mengetuk, ada yang ingin aku berikan untuk kakak," ucap Abighail.
Aimee menatap adiknya bingung, jarang sekali adiknya terlihat serius kepadanya. Bocah ini lebih banyak bersikap manja jika hanya berdua dan keluarga inti yang ada.
Abighail meletakkan sebuah kotak perhiasan kecil di atas meja kerja Aimee, lalu berkata,"Itu adalah cincin kepala keluarga Leandra. Sebelum pergi, tangan kanan ayah memberikan ini kepadaku."
"Lalu mengapa sekarang kau menunjukkan ini kepadaku?" tanya Aimee, menatap bingung adiknya.
Abighail tersenyum tipis, kemudian menjawab,"Aku ingin kau yang memakai cincin ini lebih dulu selama aku masih sibuk belajar di luar Kekaisaran."
Aimee mengerutkan keningnya. "Aku tidak ingin--"
"Harus ingin, kak. Ada banyak lapisan keluarga Leandra yang ingin menempati posisi keluarga utama," potong Abighail.
"Saat ini yang hanya bisa kita percayai adalah paman Thomas, selebihnya aku tidak ingin percaya. Kau mengerti maksudku kan?" sambung Abighail.
Tok ... Tok ... Tok ....
Suara ketukan pintu terdengar, Cecilia segera masuk setelah mendapat jawaban dipersilahkan dari Aimee.
"Lady, ada surat dari Grand Duchy Aldrich untuk anda," ucap Cecilia.
"Grand Duchy?" tanya Aimee, matanya melirik dingin surat yang dipegang Cecilia.
Cecilia segera meletakkan surat tersebut di meja kerja Aimee, kemudian segera pamit undur diri. Membiarkan Abighail dan Aimee melanjutkan diskusi.
"Cukup mengejutkan, surat dari Grand Duchy. Sepertinya Grand Duke tahu sesuatu," ujar Abighail. Aimee tidak menjawab, wanita itu segera membuka suratnya dan mulai membaca.
"Apa isinya, kak?" tanya Abighail penasaran.
Aimee menutup surat itu, lalu menyenderkan tangan kanannya di meja dan menopang kan dagunya di sana. "Undangan makan malam."
Abighail terbelalak, dia kaget. Sebelumnya Grand Duke tidak pernah memiliki hubungan yang bisa dibilang dekat dengan Leandra dan juga dibilang buruk. Hubungan mereka datar, karena Leandra lebih fokus mendukung Kaisar saat ini ketimbang sibuk memilih antara Putra Mahkota dan pangeran kedua. Hal ini juga berlaku pada hubungan Leandra dan angeran kedua.
"Kakak akan datang?" tanya Abighail.
"Tetapi jika seperti ini, takutnya beberapa oknum berpikir bahwa kita telah memihak Putra Mahkota melalui Grand Duke," lanjut Abighail.
Aimee mengangguk singkat. "Aku mengerti, aku akan datang sembunyi-sembunyi."
Abighail menghela napas gusar. "Mengapa banyak sekali hal-hal menyebalkan yang datang beruntun setelah ayah pergi?"
"Ini masih belum seberapa, Abighail," balas Aimee.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments