Bab 2. Kisah Masa Lalu di Balik Lukisan Pernikahan

Hujan deras mengguyur ibu kota Kekaisaran Ventumia. Kilatan cahaya petir terlihat dari dinding-dinding kaca Kastil, Aimee berjalan di lorong Kastil menuju ruangan kerja Althaf. Dress putih miliknya terlihat anggun dan elegan, tidak banyak pernak-pernik manis.

Seorang pelayan membukakan pintu ruangan kerja Althaf untuknya, tanpa basa-basi Aimee segera berjalan masuk. Matanya melihat Althaf yang telah menunggunya di meja kerja.

"Terlambat satu menit," ucap Althaf dingin.

"Ruanganmu dan ruangan kerjaku cukup jauh," jawab Aimee seadanya, kemudian segera duduk di sofa tanpa menunggu perintah dari Althaf.

"Bagaimana pekerjaanmu?" tanya Althaf, pria itu terlihat tenang duduk di meja kerjanya.

Aimee menuangkan anggur ke gelas yang ada di depannya, sambil menjawab,"Tidak ada masalah. Aku berniat membeli pertambangan berlian milik keluarga Baron David."

Aime menaikkan alis kirinya setelah ini, lalu melirik Althaf dan berkata,"Sejak kapan Grand Duke peduli pada pekerjaanku? Lebih baik langsung ke inti pembicaraan dari pada berbasa-basi seperti ini. Ini seperti bukan bicara dengan dirimu."

Althaf tersenyum dingin tipis, lalu tangan kanannya menarik salah satu laci yang ada si meja kerjanya dan mengeluarkan sebuah kertas undangan dan melemparkan kertas tersebut ke meja yang berada di depan Aimee.

"Kaisar akan menggelar pesta penyambutan untuk tamu perwakilan Kekaisaran Timur. Kau pasti sudah mengetahui masalahku dengan Marquess Darrel," ujar Althaf sembari membiarkan Aimee membaca surat undangan dari Istana.

"Lalu?" tanya Aimee.

"Kemungkinan besar Marquess Darrel akan bergerak mewakili Pangeran kedua untuk mendekati perwakilan Kekaisaran Timur," jawab Althaf.

"Langsung ke intinya, Grand Duke." Aimee mengernyitkan dahinya, ini pertama kalinya dia melihat Althaf berputar-putar dalam bicara. Heran.

"Aku ingin kau menggunakan koneksi dan skill bergaulmu dengan orang-orang Timur untuk merebut hatinya lebih dulu sebelum Marquess Darrel," jawab Althaf, mata pria itu segera terpejam ringan saat mengatakan ini.

Aimee tersenyum tipis, lalu berdiri dan berjalan ke arah meja kerja Althaf. Wanita itu meletakkan gelas wine miliknya di tepi meja kerja Althaf, lalu membungkuk sedikit ke arah Althaf dan bertanya,"Oh, jadi di sini Grand Duke tengah meminta bantuanku? Mengapa tidak dengan kalimat yang sopan? Di mana kata 'tolong'?"

Althaf membuka matanya lagi, kini dia melihat wajah Aimee yang cukup dekat dengan wajahnya. Jarak mereka hanya terhalang meja kerja. Althaf tidak menjawab pertanyaan Aimee. Aimee menegakkan badannya lagi, lalu berbalik sambil menghela napas tipis. Althaf memiliki ego dan gengsi yang besar.

"Baiklah, aku akan membantumu. Tetapi apa bayaranku?" tanya Aimee, lalu kembali duduk di sofa.

"Apa pun yang kau inginkan," jawab Althaf, dia malas berpikir.

Aimee terdiam sebentar, berpikir bayaran yang ia inginkan. Althaf membutuhkan pertolongannya adalah hal yang langka, Aimee tidak akan melewatkan kesempatan ini untuk memeras pria itu.

Aimee melirik Althaf, lalu menjawab,"Bagaimana dengan kepala selir barumu?" Ya, itu adalah jawaban asal. Aimee belum benar-benar memikirkan bayarannya secara serius.

Althaf yang mendengar hal ini dari Aimee mengerutkan keningnya, pria itu justru bertanya balik. "Selir?"

Aimee mengangguk singkat. "Bukankah kau membawa wanita bangsawan lain ke dalam Kastil ini untuk dijadikan selir?"

Althaf diam, raut wajah pria itu menunjukkan kebingungan, membuat Aimee pun ikut merasa bingung.

"Ada apa dengan ekspresimu itu?" tanya Aimee.

"Dari mana kau mendapatkan kabar itu?" tanya Althaf.

Aimee menaikkan kedua bahunya acuh. "Hanya kabar angin yang terus menerus lewat di telingaku."

Althaf mengangguk singkat, kemudian dia berkata,"Lebih baik kau kembali dan bersiap untuk besok. Untuk apa kau mendengarkan kabar tidak bertanggung jawab seperti itu? Kau menyita waktuku dengan topik bodoh."

Aimee terdiam, jadi kabar itu tidak benar? Ya ... kalaupun benar Aimee tidak akan peduli juga. Aimee berdiri, lalu berlalu pergi. Tetapi sebelum itu dia sempat mengatakan,"Untuk bayaran atas bantuanku akan aku beritahukan nanti setelah masalahnya selesai."

Aimee berjalan di koridor utama Kastil, matanya melihat sebuah lukisan besar yang dipajang tinggi di dinding koridor. Lukisan itu adalah lukisan pernikahan dirinya dan Althaf. Setiap kali melihat lukisan itu, kening Aimee tidak pernah tidak mengerut.

Setiap kali melihat lukisan itu, Aimee selalu teringat dengan kisah masa lalunya. Kisah sebelum dirinya dan Althaf menikah dan akhirnya menikah.

**Flashback*

Satu tahun lalu, Ibu Kota Kekaisaran Ventumia. Kediaman keluarga bangsawan Duke Leandra*.

"Dari mana barang-barang ini dikirim?" tanya Aimee yang saat itu masih menyandang marga keluarga bangsawan Duke Leandra. Aimee Leandra.

"Sepertinya dari tuan Earl Julio, Lady," jawab Berlianda.

Senyum manis segera muncul di bibir Aimee setelah mendengar nama Julio, pria itu adalah kekasih Aimee. Walaupun keluarganya tidak begitu menyukai hubungan Aimee dan Julio karena gelar Julio yang dianggap terlalu rendah untuk putri Duke bangsawan ternama seperti Aimee, tetapi Aimee tidak pernah mempedulikan hal tersebut. Cintanya tulus untuk Julio.

"Tetapi kenapa seluruh hadiahnya berwarna hijau?" tanya Cecilia yang sedari tadi sibuk mengecek satu persatu barang.

Aimee tersenyum tipis. "Julio memang menyukai warna hijau."

"Oh ..." jawab Cecilia sambil menganggukkan kepalanya mengerti.

Dua hari kemudian, perasaan marah Aimee terguncang hebat. Sahabat wanitanya, Velia Junet, seorang bangsawan bergelar Count datang menghampirinya sambil menangis terisak. Velia Junet mengadu bahwa ia mengandung anak dari kekasihnya, Julio Darent.

"Aimee ... Aimee ... tolong ampuni aku!" Velia menangis, bersujud di kakinya. Aimee hanya diam, dia sendiri juga masih sangat terkejut. Bagaimana bisa ....

"Siapa yang memulai?" tanya Aimee, mengatur emosi dan nada bicaranya agar tidak pecah.

"Tidak ada yang memulai, Aimee. Kita melakukannya dengan sadar. Tolong lepaskan dia." Suara seorang pria terdengar, Aimee melihat Julio berjalan masuk dan ikut berlutut di samping Velia. Pria itu menarik Velia ke dalam pelukannya, mata Julio menatap Aimee sendu.

Aimee lemas, kaki wanita itu berjalan mundur dua langkah. Cecilia dan Berlianda dengan sigap menahan tubuh Aimee. Kedua mata mereka menatap tajam penuh kebencian ke arah Velia dan Julio, mereka tidak terima dengan perlakuan yang diterima Lady mereka.

"Apa kalian saling mencintai?" tanya Aimee lagi.

Julio dan Velia terdiam, kemudian saling tatap. Velia menunduk dalam, tetapi Julio kembali menatap Aimee dan mengangguk mantap. "Ya, kami saling mencintai."

Aimee mengepalkan kedua tangannya, melepaskan tubuhnya dari pegangan Cecilia dan Berlianda, kemudian berjalan ke arah pedang yang terpajang di dinding ruangannya. Menarik pedang itu keluar dari sarungnya dan menghunuskan pedang tersebut ke arah Julio dan Velia.

"Hukuman bagi pengkhianat adalah mati, terlebih lagi yang kalian khianati adalah seorang putri Duke!" ucap Aimee, tangannya gemetar karena amarah yang mendidih. Matanya menatap tajam Julio.

Julio mengangguk, kemudian mengeratkan pelukannya untuk Velia dan menjawab,"Aku tahu, Aimee. Tapi--"

"Siapa kau berani menyebut namaku langsung tanpa gelar?!" Potong Aimee, membuat Julio terdiam.

Julio menunduk, kemudian berkata,"Tolong beri ampun untuk saya dan calon istri saya, Lady Duke Leandra."

Mendengar kalimat itu dari mulut Julio, hati Aimee semakin terhantam. Aimee menancapkan pedangnya secara kasar di meja kerja miliknya, lalu berbalik memunggungi mereka dan berteriak,"Louis, usir kedua orang ini keluar dari kediaman Leandra!!"

"Baik!" jawab Louis cepat, kemudian dengan kasar menarik keras baju Julio dan menyeretnya keluar. Berlianda juga ikut turun tangan untuk mengusir Julio dan Velia, wanita itu mencengkeram keras lengan Velia dan menariknya keluar dari ruangan Aimee.

Aimee memijit pelan keningnya, kemudian tangannya beralih mencengkeram gagang pedang yang barusan ia tancapkan di meja kerjanya.

Dua hari kemudian, pernikahan antara Julio dan Velia menggemparkan seisi ibu kota Ventumia. Pasalnya, kekasih sang Putri Duke menikah dengan sahabat sang Putri Duke. Berbagai macam cerita mengenai masalah mereka bertiga beredar dengan berbagai versi, kabar-kabar ini langsung menjadi topik hangat nomor satu di ibu kota.

Aimee mengurung dirinya di kamar, wanita itu tidak berdiam diri di kasur dan meratapi nasib, tetapi justru semakin menyibukkan dirinya dengan bisnis yang belakangan ini tengah ia kelola. Keningnya mengerut dalam saat melihat ada nama Grand Duke Aldrich di daftar nama surat perizinan wilayah untuk bisnisnya. Dia heran, sejak kapan bisnisnya ada melibatkan Grand Duke Aldrich?

Aimee menggigit bibirnya, dia tidak dekat dengan Grand Duke Aldrich. Bahkan jika ada pesta besar, dia tidak pernah dekat-dekat dengan pria itu. Grand Duke Aldrich terlihat tertutup, pria itu hanya berbicara dengan Putra Mahkota dan bangsawan tinggi penting lainnya. Jarang bergaul dengan keseluruhan bangsawan. Sekarang ... bagaimana Aimee akan mendapatkan tanda tangan dan stempel perizinan dari pria itu? Bagaimana jika pria itu tidak memberikan izin wilayah dan bisnisnya terpaksa harus dihentikan? Gila, ini sudah mendekati angka seratus untuk dikatakan sempurna.

"Lady! Lady!" Tiba-tiba suara Berlianda terdengar, Aimee segera menatap Berlianda yang berlari masuk ke arahnya.

"Ada apa?" tanya Aimee heran, dia jarang melihat Berlianda sepanik ini.

"Tuan besar!" jawab Berlianda.

Aimee menaikkan alis kirinya. "Ada apa dengan ayah?"

Mulut Berlianda terasa tercekat, wanita itu hanya bisa menatap Aimee dengan mata yang berkaca-kaca.

Aimee mencengkeram pena yang ada di tangan kanannya, lalu segera menyingkirkan semua pekerjaannya dan berlari cepat menuju kamar ayahnya.

Jantung Aimee berdetak lebih cepat, kepalanya sudah memikirkan kemungkinan-kemungkinan terburuk.

Saat sudah sampai di kamar ayahnya, Aimee mendengar suara isak tangis ibunya dan adik laki-lakinya yang berumur lima belas tahun.

"Kakak!" Abighail Leandra, berlari ke arah Aimee sambil menangis.

"Ayah ..." lirihnya.

Aimee memeluk adiknya erat, kemudian berjalan pelan menuju kasur ayahnya. Duchess Leandra, ibu Aimee segera berdiri dan memberikan Aimee ruang untuk berbicara dengan ayahnya.

"Ayah ..." lirih Aimee, tangannya memegang tangan ayahnya yang terasa sangat dingin. Wajah Duke Leandra itu terlihat pucat, matanya masih terbuka, napasnya terlihat sulit, serta suhu tubuhnya terasa dingin.

"Mee ... Aimee ..." ucap Duke Leandra, menyebut nama putrinya dengan susah payah.

"Leon ... Althaf ... Menikah ..." ucap Duke Leandra, kata-kata patah yang tidak Aimee mengerti.

Leon adalah pangeran kedua Ventumia, Althaf adalah Grand Duke Aldrich, dan ... menikah? Apa maksudnya?

Tanpa penjelasan yang jelas, Duke Leandra segera memejamkan matanya. Napas tersengal-sengal pria itu tiba-tiba terhenti, membuat Aimee membulatkan matanya shock. Ayahnya ... meninggal?

Tangisan hebat pecah di kediaman Duke Leandra, sang Duchess pingsan, dan Abighail menangis di pelukan Aimee. Sedangkan Aimee? Wanita itu hanya bisa mengeluarkan air mata tanpa suara. Rasa sakit di hatinya melebihi sakit apa pun sampai menangis pun ia tidak mampu mengeluarkan suara.

Episodes
1 Bab 1. Althaf dan Aimee
2 Bab 2. Kisah Masa Lalu di Balik Lukisan Pernikahan
3 Bab 3. Masa Depan Leandra Berada di Keputusan Aimee
4 Bab 4. Amanat Mendiang Duke Leandra
5 Bab 5. Kegelisahan Aimee
6 Bab 6. Kejutan Dari Musuh Harus Dibalas
7 Bab 7. Rencana Aimee
8 Bab 8. Pangeran Kelima Kekaisaran Timur
9 Bab 9. Makan Siang Bersama di Grand Duchy
10 Bab 10. Anda Selalu Membuat Keputusan Sepihak Untuk Masalah Internal Kita
11 Bab 11. Berakting Seperti Suami dan Menantu Yang Baik
12 Bab 12. Tidur Bersama Yang Kedua Kalinya
13 Bab 13. Issac Menjahili Althaf Dengan Kalimat Berbisanya
14 Bab 14. Dessert Spesial Untuk Althaf
15 Bab 15. Rasa Dessert Yang Sebenarnya
16 Bab 16. Terima Kasih, Grand Duchess, Istriku
17 Bab 17. Lebih Baik Cerai
18 Bab 18. Kau Tidak Pernah Berpikir Bagaimana Menjadi Aku!
19 Bab 19. Penjara Cinta Dingin Althaf
20 Bab 20. Kepulangan Liliana
21 Bab 21. Satu Kamar?
22 Bab 22. Gosip Mengenai Grand Duchess
23 Bab 23. Pesta Penyambutan Perwakilan Kekaisaran Timur
24 Bab 24. Perasaan Gila Pangeran Kedua
25 Bab 25. Sudah Pasti Jebakan
26 Bab 26. Grand Duke, Apakah Anda Cemburu?
27 Bab 27. Kecupan Sebelum Tidur
28 Bab 28. Membicarakan di Depan Wajah Yang Dibicarakan
29 Bab 29. Jika Mereka Melukaimu, Maka Mereka Juga Melukaiku
30 Bab 30. Seharusnya 'Putri Mahkota', bukan 'Grand Duchess'
31 Bab 31. Lucu
32 Bab 32. Agatha Malio, Istri Pangeran Kedua
33 Bab 33. Dinding Grand Duchy Lebih Tebal Dari Pada Dinding Istana Kekaisaran
34 Bab 34. Bukankah Cinta Memang Seperti Itu?
35 Tenang, bukan tentang mogok nulis kok~
Episodes

Updated 35 Episodes

1
Bab 1. Althaf dan Aimee
2
Bab 2. Kisah Masa Lalu di Balik Lukisan Pernikahan
3
Bab 3. Masa Depan Leandra Berada di Keputusan Aimee
4
Bab 4. Amanat Mendiang Duke Leandra
5
Bab 5. Kegelisahan Aimee
6
Bab 6. Kejutan Dari Musuh Harus Dibalas
7
Bab 7. Rencana Aimee
8
Bab 8. Pangeran Kelima Kekaisaran Timur
9
Bab 9. Makan Siang Bersama di Grand Duchy
10
Bab 10. Anda Selalu Membuat Keputusan Sepihak Untuk Masalah Internal Kita
11
Bab 11. Berakting Seperti Suami dan Menantu Yang Baik
12
Bab 12. Tidur Bersama Yang Kedua Kalinya
13
Bab 13. Issac Menjahili Althaf Dengan Kalimat Berbisanya
14
Bab 14. Dessert Spesial Untuk Althaf
15
Bab 15. Rasa Dessert Yang Sebenarnya
16
Bab 16. Terima Kasih, Grand Duchess, Istriku
17
Bab 17. Lebih Baik Cerai
18
Bab 18. Kau Tidak Pernah Berpikir Bagaimana Menjadi Aku!
19
Bab 19. Penjara Cinta Dingin Althaf
20
Bab 20. Kepulangan Liliana
21
Bab 21. Satu Kamar?
22
Bab 22. Gosip Mengenai Grand Duchess
23
Bab 23. Pesta Penyambutan Perwakilan Kekaisaran Timur
24
Bab 24. Perasaan Gila Pangeran Kedua
25
Bab 25. Sudah Pasti Jebakan
26
Bab 26. Grand Duke, Apakah Anda Cemburu?
27
Bab 27. Kecupan Sebelum Tidur
28
Bab 28. Membicarakan di Depan Wajah Yang Dibicarakan
29
Bab 29. Jika Mereka Melukaimu, Maka Mereka Juga Melukaiku
30
Bab 30. Seharusnya 'Putri Mahkota', bukan 'Grand Duchess'
31
Bab 31. Lucu
32
Bab 32. Agatha Malio, Istri Pangeran Kedua
33
Bab 33. Dinding Grand Duchy Lebih Tebal Dari Pada Dinding Istana Kekaisaran
34
Bab 34. Bukankah Cinta Memang Seperti Itu?
35
Tenang, bukan tentang mogok nulis kok~

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!