Ummi Hanifa khawatir karena sudah sampai siang, Memey belum pulang juga. Dia pun menyuruh suaminya untuk menyusul Memey ke pasar.
"Aba, coba nuturkeun pasar, meureun aya kajadian, naha si Memey teu balik ka imah (Aba, coba pergi ke pasar, barangkali ada apa apa, itu kenapa si Memey gak pulang pulang)!" seru Ummi Hanifa pada suaminya.
"Muhun Ummi," jawab Aba.
Pak Kyai pun pergi ke pasar mencari cari keberadaan Memey beliau bertanya pada pedagang yang ada di pasar.
"Kang, anjeun ningali aya awéwé hamil ngaliwat ka dieu (Mas, lihat wanita hamil lewat sini gak)? tanya Pak Kyai.
"Henteu, Aba (Tidak Aba)" jawab pedagang itu.
Pak Kyai pun mulai mencari ke luar pasar, beliau bertanya pada tukang ojek yang mangkal di sana.
"Kang, anjeun ningali aya awéwé hamil ngaliwat ka dieu" tanya Pak Kyai kembali.
"Isuk ieu awéwé hamil ngalaman kacilakaan sarta dibawa ka rumah sakit (Tadi pagi ada wanita hamil kecelakaan, terus dibawa ke rumah sakit)," jawab tukang ojek itu.
Deg..... Innalillahi Wainna Ilaihi Rojiun.
Jantung Pak Kyai berdetak kencang mendengar Memey mengalami kecelakaan, berbagai pikiran buruk tentang keadaan Memey melintas di pikirannya.
"Di rumah sakit mana kang?" tanya Pak Kyai.
"Meureun caket dieu, da sigana hoyong ngalahirkeun (Mungkin dekat sini, sepertinya dia mau melahirkan)" jawab tukang ojek itu.
Setelah mengabari istrinya, Pak Kyai pun mencari di rumah sakit terdekat dengan pasar.
DI RUMAH SAKIT.
Memey kebingungan saat sadar, sudah berada di ruangan mewah. Begitu melihat ke samping, 2 orang paruh baya sedang tidur. Suster jaga pun masuk untuk memeriksa keadaan Memey. Nyonya Maria terbangun ketika suster bertanya tentang asi Memey.
"Sayang, kamu sudah sadar," tanya Nyonya Maria.
Suster yang melihat Nyonya Maria kesusahan bangun pun membantu mendudukkannya. "Nyonya ingin duduk di kursi roda" tanya suster itu.
"Iya bantu saya juga ke kamar mandi" jawab Nyonya Maria.
Setelah keluar dari kamar mandi, Nyonya Maria pun mendekati Memey. "Sayang kamu sudah sehat, mana yang sakit" tanya Nyonya Maria.
"Tidak ada Nyonya, mungkin kaki saya juga terkilir, jadi agak nyeri" jawab Memey.
"Syukurlah kalau begitu" seru Nyonya Maria.
"Oh iya sus, gimana keadaan anak saya," tanya Memey.
"Kondisinya sudah cukup stabil Bu, hanya saja masih harus memakai bantuan oksigen, Ibu kalau asinya sudah keluar dipompa dulu ya, nanti kalau adiknya sudah dilepas oksigennya baru bisa dibawa kesini dedeknya" jelas perawat itu.
"Makasih suster" ucap Memey dan Nyonya Maria.
"Sayang, dimana orang tuamu, biar saya hubungi" tanya Nyonya Maria.
"MasyaAllah, Ummi sama Aba pasti khawatir Nyonya, biar Memey telpon" kata Memey.
Pak Burhan yang sudah bangun pun memberikan telponnya pada Memey. Memey pun mengabari Ummi Hanifa tentang keadaannya dan juga keberadaaanya. Mendengar Memey baik baik saja. Ummi pun lega. Dia pun menelepon suaminya untuk menjemputnya dan bersama sama pergi ke rumah sakit.
"Aba gancang balik ka imah, Memey geus nelepon, urang indit ka rumah sakit babarengan" kata Ummi.
Pak Kyai yang memang belum jauh dari pasar pun kembali ke rumah untuk menjemput istrinya. Mereka pergi bersama ke rumah sakit. Setelah bertanya dimana kamar Memey, Aba dan Ummi sudah sampai di depan ruangan Memey.
"Assalamualaikum" ucap mereka saat membuka pintu.
"Waalaikumsalam" jawab Memey dan Nyonya Maria. Pak Burhan setelah bangun tadi sudah lebih dulu meninggalkan kamar.
Setelah memasuki kamar Ummi Hanifa dan Pak Kyai melihat sekeliling ruangan. Mereka berdua kagum dengan kemewahan kamar yang ditempati Memey, mungkin ini adalah kompensasi yang diberikan oleh orang yang ditolong Memey, begitu pikir mereka.
"Ya Allah Memey, Ummi kan sudah melarang kamu untuk pergi ke pasar, sekarang gimana kondisi kamu, anak kamu gimana?" berondong Ummi pada Memey saat sudah di samping ranjang.
"Alhamdulillah, Memey gak apa Ummi. Anak Memey sudah lahir. Sekarang lagi ada di NICU. Karena waktu lahir tidak bisa menangis, jadi masih harus dibantu oksigen" jawab Memey.
Nyonya Maria yang mendengar cerita Memey saat melahirkan pun bersedih, gara gara dirinya bayi mungil itu jadi sakit. Melihat Nyonya Maria menundukkan kepala dengan wajah yang murung, Memey pun tak enak hati. Dirinya tidak pernah menyalahkan siapapun. Dia percaya segala hal yang terjadi adalah kehendak Yang Maha Kuasa.
"Nyonya, jangan menyalahkan diri anda, bayi saya baik baik saja kok, semua adalah takdir, bukan salah Nyonya," ucap Memey sambil menggenggam tangan Nyonya Maria.
Melihat ketulusan hati Memey, Nyonya Maria merasa tersentuh. "Sayang, jangan panggil Nyonya lagi ya, panggil Mama!" perintah Nyonya Maria.
Memey pun tersenyum dan memeluk Nyonya Maria. Betapa dia merasa beruntung, meski hamil tanpa suami, tapi dia dipertemukan oleh orang orang baik seperti Ummi Hanifa dan Nyonya Maria. Dirinya sampai lupa memperkenalkan Umminya. "Oh iya Ma, kenalkan ini Ummi Hanifa yang selalu bantu Memey," kata Memey.
"Hanifa" sapa Ummi.
"Maria" sapa Nyonya Maria sambil memeluk Ummi Hanifa.
Nyonya Maria pun bertanya tentang suami Memey. Dan Memey akhirnya bercerita tentang suaminya yang sudah meninggal, hingga dia harus tinggal di masjid dekat rumah Ummi Hanifa. Nyonya Maria merasa sedih, dirinya bisa merasakan bagaimana penderitaan Memey saat hamil tanpa suami. Hingga terbesit dalam pikirannya mengajak Memey tinggal di rumahnya.
"Mey, gimana kalau kamu tinggal di rumah Mama?" usul Nyonya Maria.
"Apa tidak menimbulkan fitnah nantinya Nyonya? Soalnya kemaren di kampung saja Memey dituduh jadi istri kedua suami saya" bukan Memey yang menjawab melainkan Ummi Hanifa.
"InshaAllah tidak Ummi, nanti kami akan mengumumkan kalau Memey adalah anak angkat kami" jawab Nyonya Maria.
"Nanti saya pikir pikir dulu ya Ma" sahut Memey.
...****************...
Selama 2 hari Memey selalu memompa asi nya yang untungnya sudah keluar sejak Memey selesai melahirkan. Dan hari ini kondisi anak Memey sudah stabil, alat bantu pernafasan juga sudah dilepaskan, sehingga bisa menyusu langsung pada sang ibu. Dan saat ini adalah kali pertama Memey melihat wajah anaknya.
"Memey begitu senang melihat anaknya, meski agak kecewa karena 100% wajah sang putra adalah duplikat Tuannya. Tidak dirinya sama sekali dalam wajah sang anak. Namun tak mengurangi kasih sayangnya terhadap sang anak.
Nyonya Maria setiap hari datang menjaga Memey, bergantian dengan Ummi Hanifa. Kondisi Nyonya Maria sudah semakin baik, beliau sudah bisa berjalan dengan normal. Ketika menggendong bayi Memey, Nyonya Maria kebingungan memanggilnya, "Mey, siapa nama anakmu ini" tanya Nyonya Maria.
"Mey belum siapkan nama Ma," jawab Memey.
"Gimana kalau Mama panggil, Fahri Darmawan" usul Nyonya Maria.
"Boleh Ma, bagus, Mey suka" ucap Memey.
"Dulu Mama itu pernah punya anak namanya Fahri, tapi dia sudah meninggal sejak dia dilahirkan karena tali pusar terlepas saat dalam kandungan" cerita Nyonya Maria dengan ekspresi sedih.
"Mey, minta maaf Ma sudah membuat Mama mengingatnya" sahut Memey lesu.
"Tidak Mey, Mama sudah ikhlas. Melihat wajah anakmu mengingatkan Mama pada anak Mama yang satu lagi. Sayangnya dia berada di kota lain" sendu Nyonya Maria.
Mereka berdua terdiam dengan pikirannya masing masing.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments