Bab 2. Mencari Pekerjaan dan Tempat Tinggal

Dengan membawa uang seadanya, Memey nekat pergi dari rumah majikannya, dia bingung akan pergi kemana karena dia kabur saat tengah malam. Beruntungnya dia memiliki ojek langganan yang biasa mengantarkan dia ke pasar dan mau mengantarkannya malam malam begini. Akhirnya dia memutuskan pergi ke stasiun untuk menunggu bis pagi.

Mendengar teriakan bis mau berangkat, Memey pun terbangun dan langsung masuk ke dalam bis. Memey tidak tahu bis ini akan menuju kemana karena saat kernet tadi berteriak, dia sedang tidur.

Setelah sampai di pemberhentian terakhir, Memey bertanya pada sopir, "Pak, ini dimana ya?."

"Loh, memang mbaknya nggak tahu ya, ini di kota B mbak" jawab sopir itu.

"Ya sudah pak, terima kasih" sahut Memey.

Setelah membayar ongkos bis, Memey pun turun. Rencananya dia akan mencari masjid terdekat untuk istirahat sambil bertanya tanya barangkali ada yang butuh pekerja.

Tak lama berjalan, masjid pun terlihat, alangkah senang hatinya. Dia pun mempercepat langkahnya. Sesampainya di depan masjid. Dia mencari marbot yang biasa menjaga masjid. Tapi tidak terlihat satu orang pun disana.

"Aneh, masjid sebesar ini, tidak ada marbotnya" gumamnya dalam hati.

Memey pun menunggu disana, Dia melakukan sholat sunnah kemudian dia mengaji sambil menunggu waktu sholat tiba.

Menjelang waktu sholat, datanglah 2 orang ke masjid, sepertinya yang satu pak kyai, satunya lagi muadzin (bagian adzan). Memey pun mendekat, "Assalamualaikum" ucapnya.

"Waalaikumsalam" jawab mereka.

"Maaf pak kyai, apakah di masjid ini tidak ada marbot, karena saya lihat masjid ini seperti tidak terawat, padahal tempatnya luas dan bagus?" tanya Memey.

"Maaf neng, dulu memang pernah ada, tapi orangnya tidak amanah, pergi begitu saja tanpa pamit" kata pak kyai.

"Bagaimana kalau saya yang tinggal disini sekaligus bersih bersih masjid, tidak perlu menggaji saya pak, cukup memberi makan saja?" usul Memey.

"Saya tidak berani memberi keputusan neng, nanti saya tanyakan dulu sama ambu, selepas sholat dhuhur, neng bisa ikut saya kerumah" ucap pak kyai.

Sesudah sholat, Memey bersama Pak Kyai Amir pergi ke rumah. Rumah Pak Kyai berada tak jauh dari masjid. Kira kira 50 meter jaraknya. Setelah sampai rumah, Pak Kyai memberi tahu Ummi Hanifa, istrinya perihal Memey yang ingin menjadi marbot. Ummi pun bertanya tentang asal usul Memey.

"Anda ini asli mana" tanya Ummi.

"Saya asli Jawa bu, tepatnya di kota S" jawab Memey.

"Mengapa merantau kemari, apa anda sedang menghindari masalah" tanya Ummi.

Memey pun menceritakan semua tentang dirinya, termasuk kehamilannya, walaupun dia tidak bercerita kalau dia hamil diluar nikah, dia hanya bilang suaminya meninggal saat jadi TKI. Setelah menimbang, akhirnya Ummi pun menerima dan mempersilahkan Memey untuk tinggal di serambi masjid. Kebetulan Ummi juga butuh orang buat bantu di dapur, Ummi pun menawarkan pada Memey untuk membantu ummi memasak, karena ummi memiliki usaha katering. Dan ternyata Memey pun menyanggupinya.

Hampir 2 bulan Memey bekerja di catering Ummi sembari membersihkan masjid. Hingga menginjak kehamilannya mencapai 4 bulan, warga mulai mencurigai sosok marbot wanita hamil yang sekarang sering membantu di rumah Pak Kyai. Ada seorang warga yang kebetulan tidak suka dengan Pak Kyai menghembuskan kabar bahwa Memey hamil anak Pak Kyai.

Gosip pun cepat berhembus, banyak warga yang tidak setuju Memey tinggal di kampungnya apalagi dalam keadaan hamil tanpa suami. Warga kampung berpikir Memey adalah wanita nakal yang suka menjajakan diri, karena hamil dia melarikan diri ke kampung ini. Sehingga mereka takut kampung mereka terkena azab, jika Memey tetap berada disana.

Siang ini rombongan warga beserta ketua RT datang ke rumah Pak Kyai, sesampainya di depan rumah, mereka langsung berteriak,

"Usir perempuan pe**cur itu."

Pak Kyai yang saat itu beristirahat di kamar, kaget mendengar banyak warga berteriak di depan rumahnya. Saat keluar Pak Kyai pun kaget melihat banyak warga beserta Pak RT di depan rumahnya. Lalu Pak Kyai menyuruh Pak RT dan beberapa perwakilan warga untuk masuk ke dalam.

"Aya naon etah Pak RT (Ada apa Pak Rt)" tanya Pak Kyai.

"Eta awewe anu cicing di imah Pak Kyai mah saha (Itu perempuan yang tinggal dirumah Pak Kyai, siapa)?" tanya Pak RT kembali.

"Ohh, etah mah namina Memey ( Ohh, dia itu namanya Memey)" jawab Pak Kyai.

"nya eta mamehna pamajikan kadua anjeun (Apa dia istri kedua Pak Kyai)? tanya Pak RT.

"Sanes, eta mah randa, salakina tos maot (Bukan, dia itu janda, suaminya sudah meninggal)" jawab Pak Kyai.

"Naon buktina manehna teh randa? Kuring sieun manehna lain awewe alus (Apa buktinya kalau dia janda? Bisa saja dia bukan wanita baik baik)?" tanya Pak RT.

"Anjeunna kaponakan pamajikan kuring, abdi di dieu pikeun ngabantosan istri masak jeung beberesih masjid, mun teu percaya mah bakal nelepon ka lurah nu aya (Dia itu keponakan istri saya, disini bantuin istri saya masak, sama bersihin masjid, kalau tidak percaya biar saya teleponkan kepala desa tempat dia tinggal dulu)" jawab Pak Kyai.

Pak Kyai pun memanggil Memey dan istrinya untuk menegaskan kembali keterangan yang diberikannya. Dan setelah mendengar penjelasan Ummi Hanifa dan Memey, akhirnya amarah warga pun reda. Mereka lalu kembali ke tempat masing masing. Pak Kyai sengaja menutupi keadaan Memey yang sebenarnya karena beliau tidak tega jika Memey harus diusir dari sini dalam keadaan hamil.

"Maaf ya Mey, kalau Pak Kyai mengakui kamu sebagai keponakan kami, itu semua kami lakukan buat kebaikanmu" ucap Pak Kyai.

"Tidak mengapa Kyai, Mey malah senang kalau jadi keponakan Kyai beneran" ucap Memey haru.

Pak Kyai Amir dan Ummi Hanifa memang tidak memiliki anak, karena itu mereka sangat senang ketika Memey tinggal disana. Ummi sudah menganggap Memey seperti anak sendiri. Beliau selalu menemani Memey untuk periksa kehamilan di puskesmas setiap bulannya. Beruntungnya selama kehamilan Memey tidak mengalami morning sickness yang berlebihan, hanya diawal bulan pertama saja dia merasakannya. Karena memang yang mengalami mual dan muntah berlebihan adalah Dani, sang ayah.

Ummi juga sering membantu membelikan susu hamil dan buah buahan buat Memey. Bahkan baju baju hamil yang sekarang dipakai Memey adalah pemberian Ummi. Ummi juga sudah mencicil membeli baju baju bayi buat anak Memey. Memey sangat bersyukur mengenal orang sebaik Ummi dan Pak Kyai.

Tanpa terasa bulan depan, kehamilan Memey sudah menginjak usia 7 bulan. Dan saat USG kemaren sudah diketahui bahwa jenis kelamin bayi Memey adalah laki laki. Ummi Hanifa ingin mengadakan syukuran yang akan diadakan di masjid. Beliau mengundang jamaah pengajian ibu ibu setempat.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!