Bab 3 Tangisan Aisyah

Rama kembali tepat sebelum tengah malam, hanya keheningan dan kesunyian yang dia rasakan saat masuk ke dalam mansion.

Langkah kaki nya membawa ke arah dapur, dia merasakan tenggorokannya yang sangat haus.

Rama terus melangkah dan sampailah dia di mini bar yang ada di dapur.

'Aarrgghhhh'

'Ampunnnnnn, kenapa kamu menyiksa saya'

'Hiks'

'Hiks'

Samar-samar Rama mendengar suara Aisyah menjerit, dia melangkah ke arah gudang dimana Aisyah berada.

Dia berjalan sangat hati-hati dan mengendap, dia bisa melihat salah seorang pelayan yang sedang menyeret dan memukul tubuhnya.

Bukannya senang ataupun berdiam diri, Rama langsung saja menuju ke arah Aisyah.

Dan.

Bugh.

"Tu tuan muda"

Hiks.

Hiks.

Aisyah menangis kesakitan di bawah kungkungan tubuh Rama, dia sudah pasrah akan semua yang terjadi.

"Tangkap dan bawa dia"

Rama menyuruh salah satu pengawal nya membawa pelayan yang sudah ketakutan itu ke dalam kamar yang tak di ketahui oleh siapapun.

"Kenapa anda menghentikannya Tuan? Bukankah itu adalah perintah anda yang menyuruhnya menyiksa saya"

"Apa salah saya pada anda, Tuan? Saya juga tidak ingin menikah dengan anda"

Hiks.

Hiks.

Deg.

Rama tersentak kaget dengan ucapan Aisyah, dia langsung saja menggendong Aisyah dan membawa nya ke kamar pribadi milik nya.

Tanpa membantah ataupun berontakan dari Aisyah, akhirnya Rama sampai di kamar tersebut dengan wajah penuh amarah nya.

"Tidurlah"

Rama langsung bergegas pergi keluar kamar dan menuju ke lantai 1 dimana semua pelayan sudah berkumpul.

Disana juga sudah ada Bibi Ambar dan Karin yang terlihat kebingungan.

"Siapa diantara kalian yang bernama Anika?"

Krik.

Krik.

Hening, tak ada yang menjawab dan hanya gelengan kepala saja.

Namun, Rama bisa melihat siapa yang memiliki nama tersebut karena raut wajah nya terlihat sangat kentara ketakutan.

Kemudian, Rama memberi kode pada pengawal nya dan langsung saja membawa wanita itu kehadapannya.

Bruk.

"Ampuni saya Tuan muda, saya hanya di suruh oleh Susi agar menyiksa Aisyah dan memberi obat tidur pada Bibi Ambar dan Karin supaya tidak membantu Aisyah"

"Ampuni saya Tuan"

Karin maju ke depan dan langsung menerjang wanita itu, dia sangat emosi begitu mendengar pengakuan dari rekan nya yang baru bekerja beberapa bulan ini.

Bukan hanya Karin, bahkan Bibi Ambar pun mendekati dan menamparnya beberapa kali dengan sangat kuat.

"Siapa kamu yang berani sekali memberikan obat tidur pada kami, hah"

Bibi Ambar sangat murka, namun mereka berhenti saat Rama memberinya kode agar berhenti.

"Apa hak kalian menyiksa Aisyah? Dia itu Istri saya dan bukan pelayan seperti kalian. Jadi, hanya akulah yang berhak melakukan sesuatu padanya"

Deg.

'Istri'

Pelayan tersebut melototkan mata nya, dia tidak tau kalau Aisyah adalah Istri Tuan muda nya.

"Kami saja tidak berani mendekati nya, eh dia malah cari gara-gara"

"Bukannya kedua pelayan itu selalu songong dan bermimpi akan menikahi Tuan muda"

Pelayan lain langsung berbisik atas apa yang terjadi malam ini, mereka cukup geram akan tingkah keduanya dan mereka juga kebagian kemurkaan dari sang Tuan muda.

"Dengarkan ini, Aisyah yang akan mengurus segala kebutuhan saya dan lantai atas akan di kerjakannya, jangan ada yang membantu ataupun berlaku semena-mena pada nya"

"Kalian boleh kembali ke kamar masing-masing, dan untuk kamu tolong bereskan barang-baranh Aisyah dan pindahkan ke kamar saya"

Rama berucap sangat tegas, dan dia menunjuk Karin untuk melakukan pekerjaannya sekarang.

Sedangkan dia sendiri langsung pergi ke kamar, hari sudah larut dan dia akan istirahat.

Ceklek.

Rama masuk dan terlihatlah Aisyah yang sudah tertidur di atas sofa yang lumayan besar.

Dia membiarkannya dan melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan diri lebih dulu.

*

Ke esokan pagi nya, Aisyah terlambat bangun dan hal itu membuat Rama sedikit murka.

"Hei wanita lemah, bangun"

Rama menyentakan selimut yang membalut Aisyah tersebut ke arah sembarangan.

Ck.

Rama berdecak kesal, dia lalu menyeret kaki Aisyah pelan.

Dan.

Bruk.

"Sssttthh"

Seketika Aisyah terbangun dan meringis karena terjatuh dari atas sofa, dia lalu melihat Rama yang sudah menatapnya dengan berang.

"Aarrghh Tuan"

"Temui Bibi Ambar dan tanyakan bagaimana pekerjaanmu mulai hari ini, jangan hanya tidur dan rebahan saja"

Aisyah hanya mampu menganggukan kepala nya dengan pelan, dia mengusap rambutnya yang sakit karena di jambak oleh Rama.

Brak.

Lagi dan lagi Aisyah terlonjat kaget karena Rama menutup pintu dengan sangat keras nya.

"Sabar Aish, ayo semangat"

Aisyah mencoba menyabarkan dan melapangkan dadanya atas apa yang dia alami selama ini.

Air mata nya kembali menetes, apa dia akan sanggup akan semua ini? Atau menyerah saja!

Itulah yang di pikirkan Aisyah saat ini.

*

Bibi Ambar menjelaskan apa saja yang harus Aisyah lakukan dan kerjakan, dia juga menjelaskannya dengan sangat teliti agar Aisyah tidak melakukan kesalahan.

"Semuanya sudah Bibi jelaskan, jadi apa kamu mengerti?"

"Sudah Bibi, terimakasih"

Aisyah menjawab dengan senyuman menghiasi wajah nya yang teduh nan cantik.

Setelah itu, Bibi Ambar pergi dari sana dan Aisyah mulai mengerjakan pekerjaannya dengan penuh kehati-hatian.

Huh.

Aisyah menghela nafas karena sangat melelahkan,

"Ini hanya satu lantai saja, apalagi kamar dan ruangannya belum"

Hiks.

"Semangat Aish"

Aisyah kembali melakukan pekerjaannya, dia mulai membereskan ruang kerja milik Rama dan setelah nya langsung menuju ke kamar Rama.

Beberapa kali mengalami kekerasan fisik tidak membuat Aisyah membangkang Rama, karena Aisyah menjalani nya dengan ikhlas sebagai seorang Istri.

Setelah beberapa jam bekerja, akhirnya Aisyah selesai juga dan langsung menuju ke langai 1. Dia akan membantu memasak seperti biasanya bersama dengan Karin dan Bibi Ambar.

Glek.

Glek.

"Haus ya Non"

Karin datang dengan ledekan karena Aisyah minum dengan sangat rakus, bahkan air nya sampai menetes ke kerudung yang di pakai nya.

"Hehe iya nih Karin, ayo kita masak karena sebentar lagi jam makan siang"

Aisyah dengan begitu riang dan terlihat seperti orang yang tidak mengalami masalah saja.

Ya, mereka semua di suruh tutup mulut dan jangan membuka masalah semalam pada siapapun, termasuk Aisyah.

Aisyah sendiri menutup rapat masalah semalam karena takut Bibi Ambar dan Karin akan marah pada pelayan tersebut dan tanpa dia tau bahwa semua orang tau akan musibah yang menimpa dirinya semalam.

'Terbuat dari apa hati dan tubuh mu, Aish. Bahkan kau bisa berpura-pura tegar dan tersenyum dengan riang setelah apa yang terjadi padamu'

Karin begitu salut akan Aisyah yang selalu sabar dan tabah, tak ada makian ataupun mengeluh sama sekali pada oranglain atas apa yang menimpa nya.

.

.

.

.

Terpopuler

Comments

Sepriyanti Adelina

Sepriyanti Adelina

semangat thorr💪🏻💪🏻💪🏻

2022-12-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!