" Bolehkah saya bertanya dengan Mbak Nirmala?"
" Jangan panggil Mbak Mas, panggil aja Nirmala." ucapnya tersenyum.
Rendra tersenyum dan mengangguk.
" Boleh Mas, mau tanya apa?"
" Berapa gaji karyawan tidak tetap di Satya group itu? Maaf saya bertanya seperti ini siapa tahu nanti saya bisa melamar pekerjaan di situ, biarpun jadi karyawan tidak tetap, yang penting kan punya gaji yang lumayan besar, saya dengarkan gajinya di situ besar, kalau bekerja di kantor Satya Group." ucap Rendra sembari tersenyum.
Nirmala pun hanya tersenyum menanggapi pertanyaan dari Rendra masalah gaji sebagai karyawan tidak tetap dikantor tempat dia bekerja.
" Gajinya tidak besar kok Mas, namanya juga karyawan tidak tetap yang penting bisa mencukupi kehidupan saya bersama dengan keponakan saya."
" Di ruangan itu ada berapa orang bagian penterjemahnya Nirmala?"
" Ada 4 orang, satu karyawan tetap 3 orang karyawan tidak tetap, termasuk saya dan masing-masing fungsinya."
" Kalau Nirmala sendiri fungsinya banyak ya?" tanya Rendra sembari tersenyum.
Nirmala pun tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
" Wah! mantap itu, kamu masih muda tapi kamu sudah pandai menguasai bahasa asing, kalau saya jangan ditanya, bahasa Inggris aja tahunya cuma Yes sama No... hehehe." ucapnya sembari terkekeh.
" Mas Reas bisa aja, itu biasa aja kok Mas, karena cita-cita saya sejak kecil ingin menjadi seorang pramugari, tapi cita-citanya tidak terwujud,bekerjanya juga menjadi karyawan tidak tetap.
tapi saya sangat bersyukur, karena dengan cara ini saya bekerja bisa mencukupi kebutuhan Alya."
" Kenapa kamu tidak kuliah? kan bisa itu kuliah sambil bekerja."
" Awalnya saya memang kuliah, tapi karena musibah yang menimpa keluarga saya itu yang mengharuskan saya untuk berhenti kuliah dan memilih untuk bekerja, walaupun hasilnya tidak seberapa untuk saya yang terpenting saya bisa menjaga Alya karena Alya adalah tanggung jawab saya setelah kedua orang tuanya serta orang tua saya meninggal dunia dalam musibah kecelakaan yang terjadi saat mereka berkunjung menemui saya di kota ini." ujarnya sembari tersenyum walaupun sebenarnya di hatinya terasa sakit mengingat kejadian musibah yang telah menimpa keluarganya itu.
" Saya turut berduka yang Nirmala."
Nirmala hanya mengangguk kemudian menundukkan kepalanya, Rendra menatap Nirmala dengan lekat.
Ingin rasanya Rendra memeluk Nirmala dengan penuh kasih sayang sembari berkata.
" Sayang kamu tidak akan pernah sendirian, Kamu tidak akan pernah lagi menjalani hidup ini hanya berdua dengan keponakanmu, Aku akan ada bersamamu dan selalu bersamamu, Aku tidak akan pernah meninggalkanmu selagi aku bernyawa aku akan selalu melindungimu dan selalu akan membahagiakanmu." ucapnya sembari menatap Nirmala dengan lekat, seolah seperti kontak batin Nirmala seakan-akan mendengar ucapan dari Rendra, dia pun kemudian menatap Rendra, mata mereka berdua saling bertatapan, tatapan penuh dengan rasa kekaguman, Nirmala merasa tenang menatap bola mata Rendra, seakan-akan bola mata itu menembus langsung ke jaringan retina matanya dan menembus langsung ke jantungnya, Nirmala juga merasa nyaman berbicara dengan Rendra, Begitu juga dengan Rendra Dia merasakan Nirmala berbeda dengan wanita yang ada di luar sana, kesederhanaan, kejujuran, kepolosan, serta kegigihannya dalam menjalani hidup membuat Rendra merasa simpati dan semakin suka dengan Nirmala, Tapi sayangnya rasa suka dan simpatinya itu hanya bisa dia pendam di dalam hatinya dia tidak bisa untuk mengatakannya secara langsung dengan Nirmala walaupun saat ini dia sudah berhadapan dengan Nirmala.
Nirmala kemudian menundukkan kepalanya, karena dia tidak mampu untuk menatap lebih jauh lagi pada Rendra lelaki yang baru dikenalnya beberapa menit itu.
Saat mereka mengagumi satu sama lain, tiba-tiba ponsel Rendra bergetar yang berada di saku celananya tersebut, dia tidak ingin menjawab panggilan itu di hadapan Nirmala, Dia kemudian berpamitan pada Nirmala untuk masuk ke dalam ruangan Tara dengan alasan ingin melihat keadaan Tara saat itu, Nirmala pun hanya menganggukkan kepalanya sembari menatap langkah Rendra yang meninggalkannya dan hilang di balik pintu ruangan Tara yang bersebelahan dengan ruangan Alya.
Nirmala menghela nafasnya dengan pelan dan menyandarkan tubuhnya di pintu ruangan Alya tersebut, matanya lurus menatap ke arah jalan berhubung ruangan VIPnya itu berhadapan dengan jalan utama Rumah Sakit tersebut.
" Ada apa denganku, Kenapa saat aku bertatapan dengan mas Reas berdebar jantung ini dan ada perasaan yang aneh yang saat ini aku rasakan ya Tuhan semoga perasaan ini hanya sesaat saja dan tidak berkepanjangan aku rasakan, karena aku tidak ingin perasaan ini selalu menghantuiku setiap hari nantinya, tapi aku tidak mengerti dengan arti perasaan saat ini yang aku alami." Gumamnya dalam hati sembari terus menatap ke arah jalan di mana beberapa orang hilir mudik keluar masuk rumah sakit tersebut.
Dia pun kemudian melangkah menuju ke arah dalam setelah menutup pintu ruangan Alya, dia mengambil ponselnya dan menghubungi Sasa yang masih berada di kantor Satya Group.
" Iya Nirmala ada apa?"
" Maaf Sa, aku merepotkan kamu, Apakah pekerjaan yang aku titipkan padamu sudah selesai.?"
" Sudah Nirmala, tapi maaf tidak semuanya selesai, karena ada kata-kata yang tidak bisa aku mengerti." ucap Sasa di seberang sana.
" Ya udah nggak apa-apa, kamu bisa kan mengirimkannya ke email ku, biar aku kerjakan melalui ponsel ku, karena tadi aku mendapat chat pribadi dari Mbak Paula, untuk segera menyelesaikan terjemahan itu, karena besok mau dibawa rapat bersama dengan dewan direksi."
" Baiklah Nirmala, aku akan mengirimkannya ke emailmu." ucap Sasa sembari menyudahi pembicaraan mereka, beberapa saat kemudian ada notif di ponsel Nirmala pesan dari emailnya, dia pun kemudian segera membukanya dan melihat pekerjaan yang sudah dikerjakan oleh Sasa, dan ada beberapa kata-kata yang tidak dimengerti oleh Sasa dengan begitu cekatannya dia pun menterjemahkan kata-kata tersebut, Setelah selesai dia pun memeriksa kembali dari awal sampai akhir sekiranya dianggapnya sudah selesai dan benar dia pun kemudian mengirim email tersebut ke email pribadinya Mbak Paula, salah satu penterjemah senior yang terpenting di kantornya itu.
Sesaat dia menunggu balasan dari Mbak Paula itu, dia hendak berdiri tapi kemudian dia merasa pusing dan kembali lagi dia duduk untuk meredakan rasa pusingnya tersebut, terdengar notif chat pribadinya berbunyi dia pun mengambil ponselnya kembali dan melihatnya ternyata balasan chat Mbak faula dengan isi chat tersebut ucapan terima kasih dan emoticon tersenyum, Nirmala pun tersenyum mendapatkan balasan tersebut.
" Kenapa rasanya kepalaku pusing sekali, ya Tuhan jangan sakit badanku ini, kalau sampai sakit kasihan Alya dia butuh perhatian dariku, Astaga aku baru ingat kalau aku belum makan setelah pengambilan darah tadi, pantesan aja kepalaku terasa pusing, aku tinggal sebentar, aku mau membeli makanan untuk aku makan hari ini." ucap batinnya sembari berdiri dengan perlahan dia pun melangkah meninggalkan ruangan Alya karena arah kantin dengan ruangannya itu tidak terlalu jauh jadi memudahkan dia untuk segera kembali ke ruangannya Alya, Setelah membeli sebungkus makanan dari kantin Rumah Sakit tersebut dia pun kemudian menyantap makanan itu di ruangan Alya seorang diri sembari menatap ke arah keponakannya yang masih terbaring tidur itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Wirda Lubis
lanjut
2024-04-07
0
Niahope
dari cerita bidadari surga pilihan mamah aku sangat dan sangat suka karia"nya bagus dn apik nyaman di baca semangt Thor 😍
2023-03-02
2
@C͜͡R7🍾⃝ᴀͩnᷞnͧiᷠsͣa✰͜͡w⃠࿈⃟ࣧ
ko gaji nirmala kecil ya pasti ada yg berbuat curang di kantor nya Rendra
2023-01-02
0