Hari demi hari terus berganti, satu bulan pun tak terasa telah terlewati. Sofia yang tengah menyapu sebuah halaman, tiba-tiba merasakan mual luar biasa.
Buru-buru wanita itu melempar sapu dan berlari menuju kamar mandi di dalam rumah kontrakan yang sudah satu bulan ini ia tempati.
“Hoek! Hoek!”
Sofia terus mengeluarkan isi dalam perutnya. Sampai seluruh tubuhnya terasa lemas. Setelah tuntas, segera ia mencuci muka dan berkumur.
Berdiri di depan wastafel dengan napas terengah. Wajahnya pucat pasi, mengingat-ingat siklus menstruasinya.
“Apakah aku ....” Sofia menutup mulutnya, tidak ingin terburu-buru menyimpulkan.
Ia segera merapikan hijabnya, mengambil tas dan bergegas ke apotek terdekat. Sofia ingin memastikannya, dengan membeli beberapa jenis tespek.
Dadanya berdegup hebat ketika kembali ke rumah kecil yang ditempatinya. Sofia menatap lekat beberapa jenis alat itu, membuka salah satu dan segera mengetesnya di kamar mandi.
Selang 30 detik, sesuai petunjuk, Sofia mengangkat benda pipih dan kecil itu setelah mencelupkannya pada air seni. Matanya yang terpejam, perlahan terbuka. “Bismillahirrahmanirrahim,” gumamnya memberanikan diri menatap hasil tes.
Tubuhnya menegang, ketika samar-samar garis berwarna merah perlahan muncul, detak jantung semakin terpacu ketika garis kedua juga muncul dengan perlahan.
“Positif?” ucap Sofia dengan bibir bergetar.
Tak cukup satu kali, Sofia melakukan hal yang sama pada semua alat tes kehamilan. Hasilnya sama, garis dua.
“Alhamdulillah ya Allah.” Sofia menangis haru di kamarnya. Kehadiran buah hati yang dinanti selama dua tahun akhirnya menghampirinya.
Tak berselang lama, Sofia terdiam. Mengingat saat ini, hubungan dengan suaminya justru merenggang. Bahkan mungkin di ambang perceraian.
Sofia meraba perut datarnya dengan tangan gemetar, “Tidak apa ya, Nak. Mama pasti bisa membesarkanmu sendiri,” ucap Sofia seolah berbicara dengan janin di perutnya.
\=\=\=\=000\=\=\=\=
Yani semakin murka karena kepergian Sofia membuat hidup Reza berantakan. Yani terpaksa tinggal bersama Reza untuk merawat putranya.
Reza tidak fokus bekerja, ia sering terkena amarah sang bos, ketika penjualan produk selama satu bulan justru semakin menurun.
Setiap bangun tidur, ia selalu meraba-raba ranjang sebelahnya. Dingin dan kosong karena tak berpenghuni.
“Kurang aja menantu sialan itu! Gara-gara dia Reza sudah seperti orang gila!” gerutu Yani setelah selesai membereskan rumah Reza.
Ibu dan anak itu kini duduk di meja makan, Reza kehilangan nafsu makannya. Lidahnya terbiasa memakan masakan Sofia, menjadi tak selera masakan orang lain. Bahkan restoran mahal sekalipun, terasa hambar di mulutnya.
“Reza! Ceraikan saja istrimu itu. Nanti mama carikan mantu yang lebih segalanya dari wanita itu! Mama sudah tua. Capek kalau harus ngurusin kamu, rumah kamu!” keluh Yani.
Reza menaikkan pandangan. Manik mata sayunya memendarkan kilat amarah. Tangannya mencengkeram kuat sendok di tangan sembari menggertakkan gigi.
“Pulang saja, Ma. Aku bisa ngurus diriku sendiri!” jawab Reza dengan ketus.
“Ingat pesan mama, segera ajukan perceraian ke pengadilan agama. Dasar wanita tidak tahu diri. Sudah ditampung, malah kabur begitu saja! Tidak bertanggung jawab. Tenang saja, nanti mama pasti carikan istri yang lebih segalanya dari perempuan itu.”
Darah dalam tubuh Reza serasa mendidih. Ia berdiri dengan kasar, mengambil tas ibunya lalu menyeret wanita itu keluar. Telinganya panas mendengar olokan sang ibu pada Sofia. Wanita yang sudah berhasil memporak- porandakan hati dan jiwanya.
“Pulanglah, Ma. Jangan pernah ke sini lagi!” titah Reza dengan suara dingin lalu menutup pintu rumah dan menguncinya.
“Reza! Apa-apaan kamu!” teriak Yani tidak terima.
Reza tak peduli dengan omelan wanita paruh baya itu. Tubuhnya merosot ke lantai, memeluk lututnya dengan erat. Sesal membuncah ketika mengingat semua perlakuan buruknya pada Sofia selama ini. Padahal wanita itu begitu sabar meladeninya.
Setiap sudut rumah itu selalu tampak senyum Sofia. Senyum paksa yang selalu ditampilkan. Hatinya terasa kosong, hidupnya hampa.
Reza meraih ponsel dan mencari kontak istrinya. Satu bulan kepergian Sofia, menyadarkan perasaan yang sesungguhnya. Dan ia sangat menyesal karena tidak pernah memperlakukan Sofia dengan baik. Bahkan selalu melukai Sofia dengan kata-kata pedasnya.
“Sofia, maafkan aku,” gumam Reza memberanikan diri menekan tombol panggilan pada nomor Sofia.
Bersambung~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Yuliana Purnomo
halaahhhhh reza reza,, kasep kamu baru menyadari betapa pentingnya kehadiran istri mu
2025-03-11
0
Rusiani Ijaq
wah wah kenapa kok tiba-tiba kamu nyesel, atau Krn ngak ada yg ngurus rumahmu ya. terlambat loe
2024-03-10
1
Bambang Setyo
Lah lah lah.. Si reza ngapa yak... Telat bro...
2023-04-29
0