HUMAIRA (Dunia Baru Sang Mafia)
MAROKO - PAGI HARI
Humaira Azkayra Azzahra seorang gadis cantik berusia 25 tahun. Dia baru saja menyelesaikan S1 nya di Australia dalam bidang kedokteran. Humaira adalah putri satu-satunya dari Walid R yang merupakan pelatih sepak bola timnas Maroko. Humaira menjadi dokter tim sepakbola yang dipegang ayahnya sendiri. Tidak heran jika sebagian tempat di dunia ini sudah dia kunjungi. Kemanapun timnya bertanding, Humaira selalu ikut serta sebagai dokter pribadi timnas ayahnya. Pagi itu, Humaira sedang sarapan bersama ayahnya.
"Bagaimana dengan pekerjaanmu sayang?" tanya sang ayah.
"Sangat baik, ayah."
Walid memberitahu putrinya jika piala dunia Qatar akan diadakan satu Minggu lagi. Humaira terlihat bahagia mendengarnya. Sudah tiga bulan belakangan ini dia berada di rumah dan sibuk dengan pekerjaannya. Tapi sekarang, dia akan terbang ke Qatar untuk menyaksikan pertandingan sepakbola terbesar sepanjang masa. Terlepas dari hal itu, Humaira sangat senang akhirnya dia bisa bertemu kembali dengan kekasihnya Hakim Ziyach, yang tidak lain adalah pemain dari timnas Maroko sendiri.
"Kenapa kau terlihat sangat bahagia?" tanya sang ayah. "Apa karena kau akan bertemu dengan Hakim?"
"Tepat sekali! Aku sangat merindukannya, ayah. Kau tahu kami terakhir bertemu di bandara saat aku akan terbang ke Australia untuk melanjutkan pendidikanku," ucap Humaira.
Walid sangat memahami perasaan putrinya itu. Baginya, Hakim adalah pria yang baik sekaligus pemain sepakbola yang sangat profesional dalam timnya. Dia seakan membawa energi bagi pemain lainnya. Walid yakin jika putrinya itu sudah tepat memilih Hakim sebagai kekasihnya. Setelah sarapan, Humaira pergi ke rumah sakit tempat dia bekerja. Menjadi putri dari seorang pelatih tidak membuat Humaira sombong. Sikapnya yang lemah lembut juga penuh pengertian membuat orang-orang yang ada didekatnya merasa nyaman. Humaira pergi dengan menggunakan taksi walaupun dia memiliki sopir untuk mengantarnya. Dia merasa jika hidup itu harus melihat ke bawah, bukan ke atas. Humaira selalu ingin merasakan setiap apa yang dirasakan orang yang ada dibawahnya. Apa yang dia punya saat ini bisa saja beralih pada orang lain saat dia tidak bisa mensyukurinya. Saat turun dari taksi, Humaira melihat seorang nenek tua yang kelelahan karena membawa barang belanjaan yang cukup banyak. Melihat hal itu, Humaira pergi untuk membantu si nenek membawa barang belanjaannya.
"Izinkan aku untuk membantumu, nek!" pinta Humaira.
"Terimakasih banyak, nak."
"Jika aku boleh tahu, dimana rumah nenek?" tanya Humaira.
"Rumahku di belakang rumah sakit itu!" jawab si nenek.
"Baiklah, kalau begitu nenek jalan saja lebih dulu biar semua barang ini aku yang bawakan," ucap Humaira.
Kurang lebih sepuluh menit, akhirnya Humaira sampai di depan rumah si nenek. Dia membawa semua barang belanjaannya ke dalam. Tidak lama si nenek datang dengan membawa segelas air.
"Minumlah dulu, nak!"
"Terimakasih, nek."
"Apa kau bekerja?" tanya si nenek.
Humaira mengangguk mengiyakan. Dia memberitahu si nenek jika dia bekerja di rumah sakit yang tidak jauh dari rumahnya.
"Apa kau ini seorang dokter?"
"Iya, nek." ucap Humaira lembut.
Humaira langsung pamit kepada si nenek karena dia memiliki jadwal praktek pagi ini. Sebelum pergi si nenek menyuruh Humaira untuk menunggunya. Saat datang si nenek memberikan sebuah gelang untuk Humaira. Dia langsung memasangkan gelang itu ditangannya.
"Gelang ini sangat indah nek, terimakasih."
Si nenek memberitahu Humaira jika gelang itu memiliki pasangannya. Hanya saja, gelang yang satunya sudah dimiliki oleh orang lain.
"Benarkah? Kedengarannya itu sangat menarik. Aku baru tahu ternyata gelang juga memiliki pasangannya, nek." ucap Humaira. "Lalu, darimana aku bisa tahu jika itu adalah pasangan dari gelang yang aku pakai ini?"
"Itu sangat mudah, nak. Gelang ini memiliki bentuk dan warna yang sama. Nenek pastikan jika tidak ada yang memiliki gelang seperti ini di kota."
"Jika aku sudah menemukan pasangan gelang ini, aku harus apa nek?" tanya Humaira penasaran.
"Itu berarti bukan hanya gelang itu yang menemukan pasangannya, tetapi juga pemiliknya. Dia bertemu dengan yang akan menjadi pasangan hidupnya," jawab si nenek.
"Baiklah, kalau begitu aku permisi dulu nek!"
Saat berjalan ke arah rumah sakit, Humaira melihat seseorang yang berdiri di seberang jalan. Matanya langsung berbinar-binar saat tahu jika laki-laki itu adalah Hakim. Dari jauh, Hakim sudah melebarkan tangannya seakan tahu jika Humaira akan berlari untuk memeluknya. Benar saja, saat melihat dirinya Humaira berlari dan memeluknya.
"Aku sangat merindukanmu," ucap Humaira.
"Aku juga sangat merindukanmu," ucap Hakim. "Apa kabar?"
"Aku baik," jawab Humaira singkat.
"Maaf karena aku baru bisa menemuimu, jadwal latihanku sangat padat." ucap Hakim.
"Tidak apa-apa, yang penting sekarang kau sudah bersamaku," ucap Humaira girang.
Humaira mengajak Hakim ke ruang kerjanya. Dia menyuruhnya untuk menunggu disana. Hari ini Humaira harus menangani beberapa pasien yang akan menjalankan operasi. Saat akan pergi, Hakim bangkit dari tempat duduknya.
"Kau mau kemana?" tanya Humaira.
"Aku akan ikut bersamamu," jawabnya.
"Kau ini pemain sepakbola, bukan dokter. Jadi, tunggu saja aku disini!"
"Jika aku bukan dokter, biarkan aku menjadi asisten dokter yang cantik ini," ucap Hakim penuh canda.
"Baiklah, kau boleh ikut. Tapi ingat, hanya untuk hari ini saja!" ucap Humaira.
"Siap dokter!"
\*\*\*
Siang itu, Walid pergi ke tempat latihan. Disana dia tidak mendapati Hakim.
"Dimana Hakim?" tanya Walid pada pemain lain.
"Dia pergi sejak tadi, mungkin sebentar lagi juga akan kembali." Walid merasa heran karena tidak biasanya Hakim absen saat latihan. Dia mencoba menghubungi ponselnya tapi Hakim tidak mengangkatnya. Sementara itu, Humaira baru saja menyelesaikan tugasnya. Dia pergi untuk menemui kepala rumah sakit. Sedangkan Hakim, dia menunggu dibawah. Saat Humaira datang Hakim langsung membukakan pintu mobilnya.
"Silahkan masuk tuan putri!" ucap hakim penuh perhatian.
"Terimakasih pangeranku yang tampan," ucap Humaira tersenyum lebar.
Di dalam perjalanan, Humaira sempat melihat ponsel Hakim. Dia terkejut saat tahu ada satu panggilan yang tidak terjawab.
"Untuk apa ayah menghubungimu?" ucap Humaira.
"Ada apa?" tanya Hakim.
"Tadi ayah menghubungimu," jawab Humaira.
"Ya ampun, kenapa aku bisa lupa jika siang ini aku memiliki jadwal latihan?" ucap Hakim.
"Kau ini sangat ceroboh! Jika sudah seperti itu pasti ayah akan menghukum mu," ucap Humaira.
"Dia tidak bisa melakukan apapun saat tahu jika aku menemui putri cantiknya ini." ucap Hakim.
"Kau ini... sudahlah fokus saja menyetir!"
Hari mulai sore. Hakim dan Humaira baru sampai di tempat latihan. Saat masuk ke lapangan, semua mata tertuju pada Hakim. "Kau darimana saja? Apa kau sudah lupa jika hari ini kau harus berlatih?" ucap Walid yang berjalan ke arah Hakim.
"Kenapa kau diam saja?"
"Aduh!" Walid mengalihkan pandangannya pada seseorang yang berada di belakang Hakim.
"Humaira? Kau disini sayang?"
"Kenapa ayah memarahi Hakim seperti itu?" tanya Humaira. "Dia tadi menemuiku di rumah sakit."
"Sudahlah, cepat ganti pakaianmu! Sebagai hukumannya, kau harus mengitari lapangan ini sebanyak 10 kali!"
Walaupun Hakim kekasih dari putri pelatihnya, hukuman tetap hukuman baginya. Tidak pernah Hakim membantah sedikitpun perkataan pelatihnya itu. Baginya, di lapangan Torres adalah pelatihnya. Tapi di luar, dia sudah menganggapnya seperti ayahnya sendiri. Humaira pergi menemui pemain lainnya.
"Selamat datang!" ucap salah satu pemain.
"Terimakasih," jawab Humaira.
Setiap Hakim berlatih, Humaira selalu menyempatkan waktu untuk bisa menemani kekasihnya itu. Saat semua pemain sedang beristirahat, Humaira datang dengan membawa banyak makanan untuk para pemain. Dia memanggil Hakim untuk makan bersamanya.
"Apa kau yang membeli semua makanan ini?" tanya Hakim.
"Iya, aku tahu jika kau juga yang lain belum makan." jawab Humaira.
Dengan manjanya, Hakim meminta Humaira untuk menyuapinya. "Makanannya sangat enak, berbeda dari makanan yang sering dipesan dari biasanya," ucap Hakim.
Humaira sedikit tertawa, dia memberitahu Hakim jika makanan itu dibuat khusus untuknya. Sementara itu, semua makanan untuk pemain lainnya dia pesan dari salah satu restoran.
"Apa kau sendiri yang membuatnya?" tanya Hakim.
"Tentu saja, lagi pula selain aku tidak ada orang lain yang tahu makanan kesukaanmu ini," ucap Humaira.
Saat sedang makan, ponsel Humaira berbunyi. Dia pergi untuk mengangkatnya. Di luar, sudah ada sang ayah yang sedang mengobrol dengan temannya.
"Ada apa?" tanya sang ayah.
"Tidak ada, hanya dari pihak rumah sakit saja." Humaira memberitahu ayahnya jika dia meminta cuti selama satu bulan. Kepala rumah sakit langsung menyetujui dan menandatangani surat permohonan itu. Humaira memberitahu sang ayah jika dia akan ikut ke Qatar bersama timnya. Torres merasa lega karena putrinya sudah mendapat izin dari pihak rumah sakit itu berarti selama satu bulan ke depan dia bebas dari tanggung jawabnya sebagai seorang dokter di kotanya.
\*\*\*
Setelah selesai latihan, Hakim membawa Humaira berkeliling sambil menikmati udara malam.
"Kita akan pergi kemana?" tanya Humaira.
"Kau lihat saja nanti!"
Tidak berselang lama, akhirnya mobil Hakim berhenti di perbukitan yang cukup luas. Di sana mereka bisa melihat keindahan kota dari atas. Hakim membawa Humaira naik ke atas bukit itu.
"Subhanallah... indah sekali pemandangan kota. Maha suci Allah yang telah menciptakan semua ini," ucap Humaira memuji kebesaran tuhannya.
"Hanya milik Allah semua yang ada di langit dan bumi," ucap Hakim.
Udara malam itu sangat dingin. "Pakailah jaket ini, jangan sampai kau kedinginan!" ucap hakim sambil memasangkan jaket miliknya pada Humaira.
"Terimakasih sudah menemaniku selama lima tahun ini. Tidak ada yang bisa memahami diriku sebaik kau juga ibuku," ucap Hakim. "Jika tidak pernah mengenalmu sebelumnya, mungkin saat ini aku masih sendiri. Sejak kau datang, disitulah aku benar-benar merasakan apa itu cinta."
"Apa sebelumnya kau tidak pernah berpacaran?" tanya Humaira. "Tapi rasanya itu tidak mungkin! Di luar sana pasti banyak perempuan yang menyukaimu dan ingin menjadi kekasihmu."
"Kau benar! Tapi, sayangnya mereka semua hanya menginginkan popularitas saja. Mereka tidak bisa menerima diriku seperti kau menerimaku sekarang ini. Berjanjilah jika kau tidak akan meninggalkanku!" ucap Hakim menatap Humaira dalam.
"Aku berjanji! Dimana pun kita berada, aku akan selalu menjagamu dalam hatiku, kau tidak akan pernah tergantikan oleh siapapun!"
Hakim memegang tangan Humaira erat. Dia berjanji padanya jika setelah selesai piala dunia nanti, dia akan langsung melamarnya. Mendengar hal itu Humaira sempat meneteskan air mata. "Baiklah, aku akan menunggu saat itu tiba," ucapnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments