Seusai pelajaran sosiologi, olive
\```
mengeluarkan buku sketsa nya dan mulai menggoreskan pensilnya disana. Ia suka
menggambar dan gambaran nya juga tidak pernah mengecewakan. Sedangkan Hendri,
lelaki itu hanya duduk tanpa melakukan apapun. Matanya sekali-kali melihat
Oliva yang sedang menggambar.
"Gambaran lo kayak anak SD," haruskah Oliva merasa sakit hati?
Ia menghentikan gerakannya dan menatap Hendri. Akan tetapi lelaki itu justru
tersenyum.
"Sebuah apresiasi harusnya waktu gue bilang gambaran lu kayak anak
SD. Daripada kayak anak TK?" Hendri terkekeh. Oliva mendengus kesal. Lalu
kembali melanjutkan kegiatannya.
"Nah untuk mu," Oliva menyerahkan kertas yang telah ia gambar
kepada laki-laki tersebut. Hendri tertawa.
"Lagi menggambar wajah sendiri, ya,"
ia tidak boleh terlihat kesal. Oliva hanya tersenyum. Hendri tertawa lagi.
Tangan nya menunjuk-nunjuk gambar orang utan yang baru saja digambar oleh
Oliva. Kini, suara tawa Hendri berhasil membuat seisi kelas menoleh ke arah
mereka berdua. Oliva merasa tidak enak. Sementara lelaki itu terlihat tidak
peduli. Namun saat ini teman-teman sekelas baru Oliva tampaknya benar-benar
merasa asing dengan tawa lelaki yang terdengar begitu lepas. Pasalnya, lelaki
itu belum pernah tertawa sebahagia itu.
"Terserah mau bilang apa. Yang jelas di
mata ku, itu wajah mu," setelah itu, Oliva tidak merespon apapun yang
dikatakan oleh Hendri. Oliva menangkap sepasang mata yang terlihat tidak
bersahabat. Sepasang mata tersebut milik Mira. Semoga saja, tidak.
Sepulang sekolah, Oliva didatangi Mira. Wajah
mirip idol itu, kini terlihat datar. Tidak seperti waktu istirahat tadi.
Akankah ia diperlakukan seperti adik kelas tadi? Oh, tuhan. Tidak! Tidak akan!
"Hei anak baru,
ceritakan siapa Hendri dihidup Lo!" tanpa pikir panjang, Oliva
menceritakan hubungan pertemanan mereka sejak sepuluh tahun yang lalu. Oliva
hanya berharap, Mira tidak memperlakukan nya seperti adik kelas tadi. Itu saja,
titik.
"Oke gue percaya.
Tapi Lo harus ingat, jangan macam-macam sama dia kalau Lo nggak mau
diperlakukan seperti adik kelas tadi. Paham?" Mira memberi penekanan pada
setiap katanya. Oliva mengangguk. Apakah Mira menyukai Hendri? Lumayan konyol,
batin nya dan pergi menuju gerbang sekolah.
Sesampainya
di gerbang sekolah, seseorang merangkulnya. Ia mendongak. karena orang tersebut
lebih tinggi 10 cm dari dirinya. Siapa lagi kalau bukan Hendri. Hanya itu teman
yang ia kenal baik saat ini.
" Pulang sama gue, yuk," ajak Hendri
sambil terus berjalan dan merangkul gadis itu tiba-tiba. Oliva melihat ke arah
sekeliling. Lagi-lagi berpuluh-puluh pasang mata menatap mereka. Oliva
melepaskan rangkulan Hendri. Lelaki itu seperti nya memahami sesuatu.
" Tenang gue punya mobil. tuh,"
Hendri menunjuk sebuah mobil berwarna merah yang terletak disamping ruang
tunggu sekolah. Merasa tidak enak untuk menolak, Oliva menerima ajakan Hendri.
Lagi-lagi semua nya menatap mereka. Kenapa? Apa ia melakukan kesalahan?
Menerima tawaran, bukan sebuah kesalahan, kan?
Hendri mulai menjalankan mobilnya.
Aroma teh hijau menusuk Indra penciuman nya. Aroma tersebut merupakan ciri khas
Hendri dari dulu.
" Kenapa?"
tanya Hendri, membuat Oliva menatapnya bingung. Pertanyaan ambigu. Hendri
menghela napas.
"Maksud gue, Lo nggak nyaman sama
tatapan-tatapan tadi?" Oliva mengangguk. Syukurlah, kalau Hendri memahami
situasinya. Hendri terkekeh.
" Biasa, netizen julid emang kayak gitu,"
"Maksud nya?"
"Lihat aja nanti," keduanya diam. Oliva dengan senang hati
menghirup aroma teh hijau yang menyegarkan tersebut. Hendri yang melihat
kelakuan Oliva, tersenyum licik, mengambil botol parfum tersebut dan
menyemprotkan nya ke telapak tangan Oliva.
"Woi, dasar nggak sopan!" seru Oliva, terkejut. Hendri tertawa
puas kini. Oliva mengusap-usap punggung tangannya ke rok abu-abu nya. sambil
menggerutu pelan.
" Maaf. Eh BTW rumah Lo dimana?" Oliva menatap jalanan dan
melihat sebuah halte didepan nya.
"Turun halte aja," Hendri menghentikan mobilnya.
"Cepat, rumah lo dimana?"
"Nggak dengar apa, tadi aku bilang turun dihalte aja," sahut
Oliva nggak mau kalah.
" Zays," entah kenapa mulutnya memberikan alamat rumahnya
kepada lelaki itu, setelah lelaki itu memanggilnya dengan panggilan kecilnya.
Bodoh, gumam Oliva dalam hati.
"Oke, terima kasih, ya," Oliva membuka pintu mobilnya dan keluar.
Hendri tersenyum, "sama-sama,"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Caramelatte
semangat thor!
Salam –Belong to Esme–
2020-11-23
1
DeputiG_Rahma
hai hai kak
salam kenal nih
DEBU ORBIT siap saling dukung😁😁
mampir kembali ya.
2020-11-22
1
☠⏤͟͟͞R⚜🍾⃝ ὶʀαͩyᷞαͧyᷠυᷧͣ🏘⃝Aⁿᵘ
hhmm... sahabatan dari kecil.. apakah akan ada rasa yang lain
2020-10-07
1