Perkuliahan Dimulai

*ttiiinnggggg.. pesan WhatsApp masuk

"Assalamualaikum kepada rekan-rekan semuanya, diharapkan kehadiran rekan-rekan semua besok jam 8 pagi di Gedung Student Center dalam rangka pembukaan proses perkuliahan mahasiswa baru sekaligus pembagian kelas yang akan dipimpin langsung oleh Ibu Kaprodi. Terimakasih."

Keesokan harinya..

"Silahkan masuk, acara akan segera dimulai" ucap salah seorang panitia

"Hai.. salam kenal, aku Alya.. Siapa namamu ?" sapa Alya kepada perempuan yang sudah lebih dulu duduk disampingnya

"Hai.. salam kenal, aku Abira.." jawab perempuan itu

Alya memperhatikan disekelilingnya, semakin banyak mahasiswa baru satu jurusannya yang mulai memenuhi ruangan. Acara berlangsung dengan lancar sampai tiba waktu akhir acara yaitu pembagian kelas. Alya masuk dalam kelas fisika 2 yang ternyata satu kelas dan bertemu lagi dengan Abira.

"ehh Abira kita ternyata satu kelas" ucap Alya dengan riang

namun Abira hanya membalas dengan senyuman sapaan kedua dari Alya itu.

"hmm apa aku salah ? kok dia hanya tersenyum ? ah sudahlah mungkin orangnya memang begitu" gerutu Alya dalam hati

Karena sikap humble Alya, tidak susah untuk nya mendapatkan teman dan beradaptasi dengan sekelilingnya. Didapatkannya sekelompok teman baru dikelas yang sangat cocok dengannya. Malika, Anggun dan Nisa. Sejak saat itu kemanapun mereka berempat selalu pergi bersama.

*Suatu hari didalam kelas..

Fisika 2 mendapatkan kabar kalau dosen pengampu mata kuliah saat itu terhambat dijalan karena terjebak macet, kemungkinan sangat terlambat atau bahkan tidak sempat masuk karena lokasinya masih jauh. Mendengar kabar itu mereka memanfaatkan waktu kosong untuk saling ngobrol bersama teman-teman mereka. Termasuk Alya bersama teman-teman nya.

"Hai.. Abira" sapa Rosa kepada Abira yang tengah asik membaca buku

"Hai Rosa, iya ada apa ?" jawab Abira sambil menutup bukunya

"kok kamu nggak ikut gabung sih sama teman-teman yang lain, ngobrol, makan bareng ?"

"hmm.. mau kok Ros, kalo diajak ngobrol ya aku ngobrol. Tapi kalau memang nggak ada obrolan yang penting aku lebih milih baca buku atau denger murotal aja" jawab Abira sambil tersenyum

"Kayaknya kamu introvert ya hihihi" goda Rosa pada Abira

"hmm mungkin bisa dibilang gitu, aku nggak terlalu suka keramaian, kebisingan.. aku lebih suka kesunyian karena itu membawa ketenangan"

****

*SATU SEMESTER PERKULIAHAN PUN BERLALU

Alya dan Kaffa yang lagi asik mengerjakan tugas diperpus tidak sengaja bertemu Malika dan yang lainnya.

"Alya ternyata kamu disini, itu siapa ? kalian sedang apa ?" ucap Malika dan pertanyaan nya yang bertubi-tubi

"ehh kalian, ini aku lagi ngerjain tugas.. kenalin ini Kaffa temanku, kami satu kelompok ospek waktu itu"

"Kaffa kenalin ini Malika, Anggun dan Nisa mereka teman satu kelasku yang pernah aku ceritakan waktu itu"

"ohh iya salam kenal aku Kaffa" ucap Kaffa sambil melayangkan salam tapa karena tidak mau bersentuhan dengan yang bukan mahram nya

Sejak saat itu Kaffa, Alya dan yang lainnya lebih sering bertemu. Perpustakaan adalah tempat favorit mereka. Seperti halnya Alya, begitu juga dengan teman yang lainnya sangat nyambung ngobrol dengan Kaffa. Setiap bertemu, Kaffa selalu mengajak mereka diskusi tentang Islam. Bersama Kaffa mereka merasa mendapatkan hal-hal baru yang belum mereka ketahui sebelumnya.

"Jadi babi itu dinyatakan haram bukan karena daging babi terdapat cacing pita yang bisa membahayakan manusia?" tanya Anggun dengan serius kepada Kaffa

"hahahaha ya nggak lah. Babi itu dinyatakan haram ya karena Allah menyatakan babi haram, TITIK !. Banyak kok teknologi sekarang yang bisa membunuh cacing pita didalam daging babi, apa dengan hilangnya cacing itu babi dinyatakan halal ? nggak."

"Banyak kok peternakan babi sekarang yang modern dan sangat bersih, bahkan bisa menghilangkan image babi yang biasa hidup kotor dan jorok, apa dengan hidup bersih daging babi dinyatakan halal ? nggak."

"Justru daging babi itu banyak manfaat nya kan, apa karena kebermanfaatan nya daging babi dinyatakan halal ? nggak."

Penjelasan panjang Kaffa membuat para gadis itu terdiam membisu.

"Ya Allah Kaffa, aku yang dari pesantren pun belum mampu menjelaskan semuanya sedetail dirimu, ilmu yang kamu punya, aku iri" batin Alya dalam hati

Proses perkuliahan disemester dua semakin membuat Alya kewalahan. Latar belakang Alya yang satu-satunya lulusan pesantren dikelas itu, tidak pernah mendalami ilmu fisika. Tidak jarang Alya meminta Kaffa untuk membantu mengerjakan tugas-tugas nya. Latar belakang Kaffa adalah sekolah negeri yang tentunya sekedar soal fisika biasa Kaffa tau. Apalagi Kaffa selalu mendapatkan peringkat kelas. Alya tidak mau meminta bantuan teman-teman kelasnya karena Ia malu. Alya tidak mau menampakkan kebodohannya dihadapan mereka semua.

"Ya Allah soal-soal ini makin hari semakin menjadi-jadi. Beda kasus sudah beda lagi rumusnya.

coba lihat ini Kaf. Hitunglah berapa kecepatan pena yang jatuh dari atas meja. Ya Allah pena jatuh itu ya diambil, untuk apa dihitung kecepatannya" keluh panjang Alya kepada Kaffa

Kaffa yang hanya tertawa-tawa melihat Alya pun menasehati nya.

"Al, nggak semua hal itu kamu keluhkan. Dijalani, dicoba dan kamu pasti bisa. Orang-orang bisa itu karena belajar bukannya mengeluh. Kalo mereka bisa kamu juga pasti bisa. Mana sini aku bantu"

Adanya Kaffa disamping Alya selalu membawa ketenangan untuk dirinya. Sesuatu yang sebelumnya dianggapnya susah selalu menjadi mudah kalau ada Kaffa disampingnya.

"Daripada nanti stress gimana kalau kita nonton bioskop ? bulan ini ada film bagus" Kaffa dengan seriusnya mencoba meyakinkan Alya

Alya hanya terdiam. Sebelumnya Ia tidak pernah ke bioskop. Tentu saja di desa tidak ada bioskop. Jangankan bioskop, sekedar mini market pun nggak ada.

"atau kita kerumahku ? nanti aku kenalkan dengan orang tuaku dan adik-adikku.. semua adikku perempuan, mereka pasti senang ketemu kamu"

"Hah apa ? rumahmu ? kamu yakin ?"

Muhammad Kaffa Adzikra, ia hanyalah seorang anak tukang service AC. Ibunya meninggal saat melahirkan adiknya. Ayahnya menikah lagi dan mendapatkan 1 anak perempuan yaitu adik bungsunya. Kaffa hanyalah orang biasa, bahkan kuliahnya pun dibiayai oleh pamannya, kakak dari almarhumah ibunya.

Ibu sambungnya adalah seorang pegawai laundry. Tentu pendapatan orang tuanya tidak bisa memenuhi kebutuhan kuliahnya. Maka dari itu Kaffa kerja sampingan sebagai seorang marbot masjid dan guru ngaji ditempatnya.

Tiba mereka di komplek perumahan yang sepi.

Tipe rumah 36 itu menyambut kedatangan mereka.

.

.

bersambung..

Terpopuler

Comments

A̳̿y̳̿y̳̿a̳̿ C̳̿a̳̿h̳̿y̳̿a̳̿

A̳̿y̳̿y̳̿a̳̿ C̳̿a̳̿h̳̿y̳̿a̳̿

aku mampir kak, mari saling mendukung 👍💙☺️

2023-01-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!