BAB 8.

"Kenapa lo.. " tanya Alvin melihat gelagat Nadia.

"Hah.. gak apa-apa.. " jawab Nadia tergugu karena saat masuk mall tadi ia melihat sekelebat seseorang yang ia kenali.

"Ya ampun itu tadi seperti Kak Rendy.. sedang apa dia disini? " tanya Nadia dalam hati.

"Semoga saja dugaanku salah" wajah Nadia sudah semakin pucat membuat Alvin bertambah heran.

"Kamu sakit, kok jadi aneh? " tanya Alvin yang melihat Nadia sedikit gusar.

"Gak.. udah ayo buruan kita mau kemana" ajak Nadia.

"Iya.. sabar kita ke sebelah sana" jawab Alvin berjalan mendahului.

"Ish.. malah ditinggal" sungut Nadia berjalan mengikuti Alvin.

"Hallo Bos.. ada yang bisa dibantu? " tanya seorang laki-laki yang ada di toko perhiasan tersebut dengan menaik-naikkan alisnya.

"Gak usah lebay lo.. " umpat Alvin melempar buku yang ada diatas etalase ke wajah laki-laki tersebut.

"Wisss.. ganas banget lo, mentang-mentang dah nemu pawang" sindir Jo meliririk pada gadis cantik disamping Alvin.

"Hai.. kenalin gue Jonathan temennya Alvin.. panggil aja Jo" sapa Jo mengulurkan tangannya tapi dihentakkan oleh Alvin.

"Apasih.. gak usah pegang-pegang, nanti dia tertular virus lo.. " sinis Alvin.

"Lo kira gue penyakitan.. dasar bucin lo" kesal Jo.

"Siapa yang bucin.. " tatap Alvin pada sahabatnya itu.

"Gak ada.. oke mau apa lo kesini? " tanya Jo mengalihkan karena malas berdebat.

"Gue mau cari cincin, carikan yang cocok buat dia.. " ucap Alvin datar.

"Kapan acaranya? " tanya Jo kepo.

"Ngapain tanya, gue gak bakal ngundang lo" ketus Alvin.

"Tega lo Vin.. " rengek Jo.

"Udah buruan cepet, gue sibuk gak ada waktu buat basa-basi sama lo"

"Iya.. santai bro" ucap Jo mengambil beberapa koleksi perhiasannya.

"Silahkan dipilih Kakak ipar, cincinnya cantik-cantik seperti Orangnya" rayu Jo tersenyum manis pada Nadia.

"Yang ini saja" ucap Nadia asal,Karena baginya tidak terlalu penting.

"Dasar tukang gombal" kesal Alvin tapi tidak di hiraukan oleh Jo, dia tetap saja merayu Nadia.

"Biarkan saja.. dia tidak keberatan kenapa kamu yang uring-uringan, benar kan Kakak ipar" ucap Jo lembut sambil memandang Nadia.

"Iya.. " jawab Nadia singkat membuat Alvin semakin kesal.

"Kau ini kenapa tidak berpihak padaku" bisik Alvin tapi Nadia tidak menghiraukan malah tersenyum dalam hati.

Saat sedang memilih-milih cincin tiba-tiba seseorang memanggil.

"Nadia.." teriak Raka.

"Mampus gue, bukannya itu Kak Raka sahabat Kak Rendy" batin Nadia.

"Kamu mengenalnya? " tanya Alvin.

"Iya.." jawab Nadia singkat melihat Raka datang mendekat padanya.

"Hai Nad..sama siapa? " tanya Raka menatap Alvin.

"Kak Raka, Kakak sama siapa? " tanya Nadia canggung.

"Gue sama Rendy, dia sedang kekamar mandi..pasti dia seneng banget ketemu sama lo disini, katanya beberapa hari ini kalian jarang bertemu..itu dia" tunjuk Raka pada sosok Rendy yang sedang berjalan sambil berbicara dengan ponselnya.

"Ya Allah.. gue harus bilang apa sama Kak Rendy" lirih Nadia dalam hati khawatir melihat Rendy mendekat.

"Ren.. " panggil Raka saat Rendy sudah menutup ponselnya. Rendi mendekati mereka dan melihat Nadia diantaranya, Mata mereka bertemu penuh tanda tanya.

"Nadia.. ini yang katanya sibuk? " tanya Rendy dengan mata berembun.

"Kak, aku.."

" Vin .. ini cincinnya " ucap Jo yang tiba-tiba tiba datang membawa cincin pernikahan Alvin membuat tanda tanya besar dihati Rendy.

"Cincin.. dia siapa? " tanya Rendy penuh penekanan.

"Kak.. aku bisa jelasin semuanya" sendu Nadia mencoba menjelaskan.

"Tidak perlu, Terima kasih telah memberikan harapan palsu selama ini" ucap Rendy kecewa dan beranjak pergi.

"Lo masih hutang penjelasan ke gue Nad, Ren tunggu.. " teriak Raka mengejar sahabatnya.

"Siapa dia.. langganan lo ya.. kasihan banget dia lihat ceweknya mau nikah sama orang lain" ledek Alvin membuat Nadia menatap tajam padanya.

"Puas lo.. " umpat Nadia beranjak meninggalkan Alvin.

"Lo.. kok malah marah, gak jelas" bingung Alvin.

"Udah Vin sana kejar, cewek kalau dah ngambek susah ngerayu nya " curhat Jo.

"Pengalaman pribadi ya" ledek Alvin berlalu pergi.

"Lo kirim Bon nya nanti gue transfer" ucap Alvin.

"Kebiasaan" sungut Jo.

Sementara itu Nadia berlari mengejar Rendy yang entah kemana perginya.

"Ren.. tunggu dong, cepet banget jalan lo" umpat Raka yang sudah masuk ke dalam mobil disamping Rendy.

"Brengsek.. " kesal Rendy memukul gagang setirnya dengan mata memerah memendam amarahnya.

"Kenapa dia setega ini sama gue.. apa salah gue" sendu Rendy membuat Raka tak tega.

"Ren.. biar gue yang nyetir, lo pindah ke jok penumpang, keadaan lo tidak memungkinkan buat nyetir" mohon Raka.

"Gue udah gak perduli lagi dengan kehidupan gue" lirih Rendy.

"Ren lo gak bisa kayak gini, mungkin Nadia punya alasan sehingga dia melakukan ini sama lo" ucap Raka menenangkan.

"Tapi seharusnya dia ngomong sama gue, bukan memberi harapan palsu seperti ini, hati gue sakit" sendu Rendy berpindah duduk.

"Lo mau pulang kemana? " tanya Raka melajukan mobilnya.

"Gue nginep di rumah lo ya.., gue butuh temen" mohon Rendy.

"Oke.. " jawab Raka singkat.

"Apa yang lo lakuin Nad.. lo harus bertanggung jawab kalau sampai sahabat gue kenapa- napa karena penghianatan lo" ucap Raka dalam hati. ia tidak sampai hati melihat Rendy lemah seperti saat ini.

"Kak Rendy.. maafkan Nadia Kak.. ini tidak seperti yang Kakak pikirkan" tangis Nadia meratapi kisah percintaannya.

"Udah ayo gue antar pulang, besok aja lo jelasin ke cowok lo.. mungkin sekarang dia masih syok lihat ceweknya mau nikah sama orang lain" ucap Alvin yang tiba-tiba datang menghampiri Nadia.

"Sepertinya dia bukan hanya marah sama gue tapi juga kecewa" lirih Nadia.

"Udah ayo.. nyokap lo udah nelpon gue berkali- kali suruh pulang" rayu Alvin.

Nadia terpaksa mengikuti Alvin untuk pulang karena hari semakin larut. mobil melaju memecah keheningan malam tanpa suara diantara mereka. hingga akhirnya Alvin membuka suaranya.

"Kalau kamu mau nolak perjodohan ini masih ada waktu" ucap Alvin melihat Nadia bersedih tapi Nadia Menggeleng menandakan dia tidak ingin menolak.

"Aku tau laki-laki laki itu sepertinya cinta banget sama kamu, terlihat dari sorotan matanya yang berembun saat melihatmu bersamaku.

" Aku benar-benar tidak tega menyakitinya" lirih Nadia.

"Baiklah, pikirkan ini baik- baik setelah itu datanglah padaku dan berikan keputusanmu" ucap Alvin menghentikan mobilnya di depan rumah Nadia.

"Makasih.." ucap Nadia nyelonong keluar tanpa menyuruh Alvin masuk. ia berlari naik ke atas kamar untuk membersihkan diri setelah itu naik keranjang dan mengambil ponselnya, ia berusaha menghubungi Rendy tapi laki-laki itu benar-benar malas untuk mengangkat telponnya.

[Kak.. tolong angkat telponku] Nadia mengirimkan pesan. menunggu beberapa detik hingga beberapa menit tapi tak juga kunjung ada balasan membuat Nadia tidak bisa memejamkan matanya.

"Kak maafin aku.. " lirih Nadia dengan air mata berlinang

Terpopuler

Comments

Susi Momnya Anas

Susi Momnya Anas

tong ditetapkan nama tokohnya ya biar gak keder bacanya

2023-01-03

0

Susi Momnya Anas

Susi Momnya Anas

nongol lg dea nya..

2023-01-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!