"Assalamu'alaikum.. " lirih Nadia.
"Waalaikumsalam sayang.. kamu kenapa? " tanya Rendy mendapati suara gadis pujaannya terdengat sendu.
"Gak apa-apa Kak, cuma sedikit pusing aja" jawab Nadia menutupi segala rasa.
"Beneran gak apa-apa, butuh diperiksa gak.. suara kamu beda" ucap Rendy curiga.
"Gak usah Kak, Kakak istirahat aja.. makasih" jawab Nadia.
"Ya kalau gitu selamat malam.. mimpi indah ya, assalamualaikum" pamit Rendy mengakhiri obrolannya.
"Iya Kak, waalaikumsalam" menerima perhatian dari Rendy hati Nadia terasa bergemuruh.
"Maafin aku Kak, biarkan waktu yang akan menjawab semua ini, aku tidak kuasa untuk jujur kepadamu" sesak Nadia menangis pilu.
Sementara itu Alvin yang mendapat telpon dari Ayahnya merasa kaget karena tiba-tiba saja sang ayah meminta putra semata wayangnya untuk datang ke kediamannya. Alvin sudah memasuki gerbang saat ponselnya kembali berdering.
"Hallo.. "
"Kamu dimana? "
"Alvin sudah di depan Yah.. " jawab Alvin malas sambil memasuki kediaman orang tuanya.
"Selamat malam Den" sapa Bik ijah asisten rumah tangganya sejak ia kecil.
"Malam Bik, Mama mana Bik? " tanya Alvin kemudian.
"Nyonya sedang dikamar Den, kalau Tuan besar sedang di ruang kerjanya" jawab Bibik.
"Makasih informasi nya Bik, aku mau ketemu Ayah dulu" pamit Alvin.
"Sama-sama Den, Bibik permisi ke belakang" jawab Bibik kemudian berjalan menuju dapur.
Tok..Tok
"Masuk" terdengar jawaban dari salam sehingga Alvin masuk kedalam.
"Ada apa Ayah tiba-tiba memanggilku? " tanya Sen curiga.
"Apa tidak boleh seorang Ayah ingin anaknya mengunjunginya" ketus Tuan Wijaya membuat Alvin terdiam, memang selama ini diantara mereka tidak ada kedekatan berarti tapi Ayah berusaha memahami kesibukan Alvin begitu juga dengan Alvin.
"Ayah sudah tua.. Ayah hanya ingin mengajukan satu permintaan " tegas Ayah membuat Alvin terlonjak kaget.
"Menikahlah dengan gadis pilihan ayah Nak" ucap Tuan Wijaya to the point.
"Apa.. menikah? " Alvin berdiri dari duduknya.
"Ayah ingin kamu menikah dengan gadis pilihan Ayah, dia gadis yang baik" cerita Ayah meyakinkan.
"Gak.. aku gak mau, aku kan udah punya Sonya Yah" sendu Alvin sedikit kesal.
"Tapi dia bukan gadis yang baik untukmu Nak" mohon Ayah.
"Ayah hanya belum mengenalnya saja, dan apa Ayah yakin gadis yang akan Ayah nikahkan denganku adalah gadis yang baik! " tanya Alvin.
"Tentu saja Ayah yakin dia akan cocok denganmu, dia seorang gadis yang cantik, cerdas, periang dan baik hati.. Lama-lama Ayah yakin kau akan bisa mencintainya.
" Tapi Yah.. " Alvin masih mempertahankan kemauannya.
"Alvin, Ayah sudah tua, Ayah juga ingin segera menimang cucu.. apalagi kamu adalah anak tunggal Ayah yang sangat Ayah andalkan" curhat Ayah sendu.
"Biarkan aku berfikir dulu Yah.. " mohon Alvin pada akhirnya, Dibalik sikapnya yang dingin Alvin adalah sosok yang tidak mau melawan orang tua dan juga tidak tega menolak permintaan mereka.
"Besok mereka mengundang kita malam, Ayah harap kamu bisa meluangkan waktu!" ucap Ayah.
"Alvin ke kamar dulu Yah" pamit Alvin di angguk i oleh Ayah.
Di dalam kamar Alvin benar-benar galau, bagaimana kalau seandainya gadis yang ingin di nikahkan dengannya tidak menolak.
"Hmm.. kenapa Ayah tega menikahkan aku dengan gadis yang tidak aku kenal" keluh Alvin
"Apa yang harus aku lakukan..? " lirih Albin berfikir dalam hati.
Malam itu baik Alvin maupun Nadia sama-sama tidak bisa memejamkan mata mereka, Nadia menangis sepanjang malam mengingat nasib hubungannya dengan Rendy hingga terbawa sampai pagi.
"Pagi Ma.. " sapa Nadia yang baru saja tiba di meja makan.
"Pagi sayang.. bagaimana tidurmu? " tanya Mama melihat putrinya tidak bersemangat pagi itu.
"Tidak usah ditanyakan Ma" sedih Nadia.
"Baiklah.. makanlah setelah itu berangkat ke kampus" ucap Mama mencoba mengerti.
"Iya Ma.." jawab Nadia memulai sarapannya, ia sengaja sarapan sedikit sebagai prngganjal perut karena tidak selera makan.
"Dea langsung berangkat ya Ma.. assalamualaikum.. " pamit Nadia.
"Waalaikumsalam.. Hati-hati yak Nak" ucap Mama, tapi saat Nadia hendak keluar rumah tiba-tiba suara klakson mobil mengagetkan nya.
"Kak Rendy.. " jerit Nadia dalam hati melihat Rendy kaluar dari mobilnya menuju dirinya yang sedang berdiri mematung di depan pintu.
"Assalamualaikum.. " sapa Rendy membuyarkan lamunan Nadia.
"Eh.. waalaikumsalam.. " jawab Nadia canggung.
"Kok malah ngelamun pagi-pagi, kaget ya aku datang" goda Rendy.
"I iya.. kaget" jawab Nadia.
"Sudah siap kan.. ayo berangkat" ajak Rendy bersemsangat membuat Nadia menoleh ke arah Mama nya sehingga Mama menganggukkan kepalanya.
"Tante Rendy langsung pamit ya.. assalamualaikum.. " pamit Rendy menyalim tangan Mama dengan takzim.
"Waalaikumsalam, Hati-hati ya Nak Rendy" pesan Mama.
"Baik Ma.,kami permisi.." jawab Nadia menyalim juga kemudian masuk ke dalam mobil Rendy.
"Kok diem aja sih, tumben gak cerewet? " tanya Rendy keheranan.
"Gak apa-apa Kak, lagi gak mood aja" lirih Nadia mencoba menutupi.
"Kamu tidak pandai berbohong, katakan ada apa sayang.. tolong jangan buat aku bingung" ucap Rendy.
"Kak.. " ucap Nadia terputus.
"Iya sayang.. kenapa? " jawab Rendy dengan lembut membuat Nadia tidak tega meneruskan kata-katanya.
"Gak apa-apa" pungkas Nadia tersenyum manis.
"Kok gitu.. oke baiklah aku tunggu sampai kamu siap mengatakannya padaku" senyum Rendy mencoba mengerti.
Dalam perjalanan, Nadia yang biasanya banyak bicara terlihat lebih pendiam membuat Rendy curiga kalau ada sesuatu yang gadisnya sembunyikan entah apa itu, hingga sampai di kampus pun Nadia tidak menyadari karena asyik dengan lamunannya.
"Sayang.. sayang.. " hingga beberapa kali Nadia melewatkan panggilan Rendy.
"Fix kamu sedang tidak baik-baik saja" batin Rendy.
"Sayang..! " Rendy menambahkan volume panggilannya sekaligus menoel pipi Nadia.
"Eh iya Kak.. " Nadia terlonjak kaget.
"Sudah sampai sayang, apa yang terjadi denganmu.. tolong katakan, ini seperti bukan Nadia yang aku kenal" lirih Rendy menggenggam tangan Nadia membuat Nadia berkaca-kaca.
"Katakan.. " paksa Rendy.
"Kak.. bagaimana kalau seandainya.. " Nadia ragu melanjutkan kata-katanya.
"Seandainya apa..? " tanya Rendy.
"Bagaimana kalau seandainya kita tidak berjodoh, apa Kakak akan menerima keadaan? " tanya Dea dengan tatapan sendunya.
"Kenapa kau tiba-tiba menanyakan ini, apa kau tidak percaya padaku? " tanya Rendy sedikit menekan ego nya.
"Aku sangat percaya padamu.. tapi mungkin pada akhirnya aku yang tidak dapat kamu percaya" lirih Nadia dalam hati tanpa mampu mengungkapkan ganjalan hatinya.
"Apa kamu mencintai orang lain? " tanya Rendy sedikit emosi.
"Tidak seperti itu, aku hanya bilang seandainya" lirih Nadia.
"Aku tidak mau menjawabnya, karena aku tidak mau itu terjadi nantinya" jawab Rendy penuh keyakinan.
"Tapi bagaimana kalau ternyata itu benar-benar terjadi? " tanya Nadia lagi.
"Maka aku tidak akan menikah untuk selamanya.. " jawab Rendy dengan mata memerah.
"Sttt.. " Nadia menutup mulut Rendy yang menurutnya sembrono dalam berbicara.
Hening beberapa saat, yang ada hanya mata mereka mereka yang menatap sendu.
"Sayang.. apa kau ingin menyerah dengan hubungan kita..? "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments