Bab 5

“Luna tunggu disini dulu ya Sayang," ucapku sambil melepaskan pelukan Luna.

Setelah  melepaskan pelukan Luna akupun langsung berjalan ke depan untuk memastikan siapa yang sedang berteriak di rumahku. Terlihat seorang wanita muda dan cantik, jika dilihat dari penampilannya perempuan itu seperti seorang wanita terhormat dan terpelajar. Perlahan aku mulai mendekati perempuan yang dari tadi berteriak di depan rumahku hingga membuat seluruh warga sekitar keluar.

"Maaf Mbak siapa ya, dan kenapa berteriak di depan rumah saya," aku bertanya dengan ramah.

"Dasar Pelacur, apa tidak bisa kamu mendapatkan laki-laki single sampai kamu merebut suamiku untuk menjadi ayah dari anakmu yang tuli itu!" teriak perempuan  itu hingga membuat seluruh orang berkumpul di halaman rumahku.

"Maaf apa maksud anda," tanyaku dengan heran. 

"Halah jangan pura-pura tidak tahu, kamu pasti selingkuhan Niko," jawab perempuan itu sambil berteriak. 

"Niko, jadi kamu istri baru suamiku," jawabku sambil tersenyum.

"Awalnya aku kesini memang untuk mencari suamiku, tapi setelah aku tahu dia sudah menikah aku sudah tidak berniat untuk mencarinya, kamu bisa tanyakan kepada seluruh warga disini apa aku membuka pintu untuknya, justru aku selalu mengusirnya setiap dia datang menemui putri kami," jelasku dengan santai.

"Niken!" teriak seorang laki-laki dari arah belakang.

"Mas Niko, mau apa lagi dia kesini," batinku sambil menatap Mas Niko yang berjalan ke arah perempuan yang bernama Niken.

"Sedang apa kamu disini," tanya Mas Niko sambil menarik tangan Niken untuk menjauh dari rumahku.

"Aku hanya ingin memberikan peringatan kepada Pelacur ini agar dia tidak menggodamu," bentak Niken sambil menunjukku yang berdiri di depan pintu.

"Plakk," tiba-tiba Mas Niko menampar pipi Niken dengan keras.

"Jaga mulutmu, asal kamu tahu perempuan yang kamu sebut sebagai pelacur adalah Ibu dari anakku dan dia Masih sah sebagai Istriku secara agama dan negara!" bentak Niko seolah membelaku.

"Jadi sebenarnya kalian …." belum selesai Niken menyelesaikan ucapannya Niko langsung menjawabnya.

"Ya sebelum  menikah denganmu aku sudah terlebih dulu menikah dengan Rani, dan kami telah dikarunia seorang putri. Aku meninggalkan Rani karena ancaman orang tuaku yang ingin menyakiti mereka berdua," jelas Niko sambil mendekat ke arahku.

"Lebih baik selesaikan urusan kalian di rumah, karena aku mau membuka warung dan satu lagi cepat kamu urus surat perpisahan kita, karena aku tidak mau kejadian ini terulang lagi," ucapku sambil masuk ke dalam rumah dan menutup pintu. 

Saat itu aku hanya bisa menangis mendengar ucapan Mas Niko, ternyata selama ini dia hanya ingin berusaha melindungiku dan Luna dari kekejaman orang tuanya. Luna yang saat itu berjalan ke arah ruang tamu langsung memelukku sambil menangis sesegukan. Sambil mengusap air mataku Luna mulai bertanya tentang keributan yang terjadi.

"Ibu, apa benar Om baik itu ayah Luna,” tanya Luna sambil mengusap air mataku.

“Ya Allah, ternyata Luna mendengar apa yang diucapkan Mas Niko kepada Niken,” batinku sambil mengangguk.

Luna yang saat itu duduk di pangkuan ku langsung berdiri dan membuka pintu rumahku. Sambil menangis dia mulai mengejar Niko dan Niken yang sudah pergi dengan menggunakan mobil. Aku yang melihatnya menangis sambil mengejar Niko langsung berlari mengikuti Luna. 

"Ayah!" teriak Luna sambil terus berlari mengejar mobil Niko.

"Luna! Berhenti Sayang," teriakku sambil mengikuti Luna.

"Ayah tunggu, Luna rindu sama Ayah!" teriak Luna sambil terus berlari dan menangis. 

 Setelah berlari jauh aku pun berhasil memeluk Luna dari belakang. Aku terus menenangkan Luna yang terus menangis sambil berteriak memanggil sang ayah. Yang ada di dalam hatiku saat ini hanya ada sebuah penyesalan. 

"Maafkan Ibu Nak, ini semua kesalahan Ibu," ucapku sambil memeluk Luna.

"Luna rindu Ayah, Luna mau ketemu sama Ayah Bu," rengek Luna sambil menangis di pelukan ku.

"Nanti kita ketemu Ayah ya, sekarang kita pulang dulu," jawabku sambil menggendong Luna. 

Sejak kejadian itu Mas Niko tidak pernah lagi menemui Luna. Hampir setiap hari Luna selalu termenung di teras rumah hanya untuk menunggu kedatangan Mas Niko. Hingga suatu hari Luna yang sudah sangat merindukan Ayahnya tiba-tiba jatuh sakit, hingga membuatnya terpaksa harus di rawat di rumah sakit. 

Hampir setiap hari Luna memanggil nama sang ayah dalam tidurnya. Hati Ibu mana yang tidak sakit saat mendengar sang anak terus menyebut nama sang ayah walaupun dalam kondisi tidur. Hingga terpaksa aku pun memberanikan diri untuk menemui Mas Niko di rumahnya.

"Assalamualaikum," ucapku sambil mengetuk pintu rumah Mas Niko.

"Waalaikumsalam, mau cari siapa ya Mbak," tanya seorang perempuan paruh baya saat membuka pintu.

"Saya Rani, apa Mas Niko ada di rumah," tanyaku kepada perempuan yang tidak aku kenal itu.

"Oh Den Niko, Mbak siapa biar saya panggilkan di dalam," jawabnya dengan ramah.

"Bilang saja Rani datang untuk mencarinya," jawabku sambil tersenyum.

"Kalau begitu silahkan duduk Mbak, saya panggilkan Den Niko dulu," jawabnya sambil berlalu meninggalkanku.

"Siapa yang datang Mbok," tiba-tiba aku mendengar suara seorang perempuan dari dalam rumah itu.

"Ada tamu yang mencari Den Niko Nyonya," jawab perempuan yang akrab dipanggil Mbok.

Aku yang saat itu sedang menunggu Mas Niko dengan cemas di ruang tamu. Tiba-tiba dikejutkan dengan suara seorang perempuan dari dalam rumah. Sambil terkejut aku pun langsung menoleh ke arah suara. 

"Mau apa kamu disini!" bentak seorang perempuan hingga membuatku terkejut. 

"Mama," jawabku sambil menoleh ke arah suara.

"Mama, asal kamu tahu sampai kapanpun aku tidak pernah mengakuimu sebagai menantuku!" bentak Sarah kepada Rani.

"Maaf Ma aku hanya …." belum selesai aku menjawab Sarah langsung menarikku keluar dari rumahnya.

"Cepat kamu pergi dari rumah ini! Dan ingat jangan pernah kamu menginjakkan kakimu di rumah ini," bentak Sarah sambil menarik tanganku ke arah pintu. 

“Aku mohon Ma, izinkan aku bertemu dengan Mas Niko sebentar saja,” ucapku sambil memohon kepada Mertuaku.

“Aku tidak akan pernah mengizinkan mu untuk bertemu dengan Niko, sekarang cepat pergi dari sini,” jawab Sarah sambil mendorong tubuhku hingga jatuh ke lantai.

Setelah mendorongku Sarah langsung menutup dan mengunci pintu rumahnya. Aku yang merasa gagal menemui Mas Niko langsung berjalan untuk kembali ke rumah sakit. Niko yang saat itu baru turun dari kamarnya langsung heran saat melihat sang mama masuk dalam kondisi panik.

“Memang siapa yang mencariku Ma,” tanya Niko sambil mencari keberadaan tamu yang mencarinya.

“Oh tidak, itu tadi hanya orang yang mau minta sumbangan untuk korban gempa,” jawab Sarah panik sambil berjalan meninggalkan Niko.

“Minta sumbangan, tapi kenapa di tahu namaku dan kenapa Mama terlihat gugup, pasti ada yang tidak beres di rumah ini," batin Niko sambil duduk di sofa ruang tamu.        

 

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!