Bab 5

Zylva mendekatkan mulutnya ke teliga Lucy. "Salah lo bukan hanya sebagai pembully, tapi karena lo orang kesayangan Rakampret. Lo juga masuk blacklist gue!" bisiknya tepat di telinga Lucy. Kemudian Zylva melangkah mundur menjauhi Lucy sambil tersenyum miring dan tentunya sukses membuat Lucy merinding.

Setelah sekitar 15 langkah, baru Zylva berbalik dan berjalan membelakangi Lucy.

"Karena, semua orang kesayangan Raka bakal masuk blacklist gue"

*

"Sayaaangg... lihat nih tangan Lucy di pelintir cewek yang tadi" seorang gadis mengadu kepada kekasihnya. Yap, dia adalah Lucy yang mengaku pergelangan tangannya di plintir Zylva ke Raka. Padahal Zylva tidak memelintir tangannya.

Saking bucinnya Raka ke Lucy, apapun yang dikatakan kekasihnya tersebut selalu ia percayai tanpa mencari tahu kebenarannya.

"Udah nampar kamu, sekarang berani melintir tanganmu?!!"

Gadis itu mengangguk pelan sambil memegangi pergelangan tangan kirinya yang sedikit memar entah diplintir siapa. Tak lupa air mata buaya yang keluar dari matanya.

"Pokoknya Lucy mau cewek itu keluar dari SMA kita!"

"Iya, tenang aja sayang. Aku akan bully dia terus-terusan biar dia keluar dari SMA Cempaka Putih" ucap Raka sembari tangannya mengelus rambut coklat muda milik Lucy.

Dua sahabatnya Gilang Aditama dan Daffi Alfarizi yang sudah muak melihat kebucinan ketua geng mereka, memilih pergi ke halaman belakang bergabung bersama banyak anggota Thunder Boys yang lainnya.

"Asli, gedeg gue lihat mereka kayak gitu mulu"

"Dahlah Daf, lo tahu sendiri dia kayak apa kalau bucin" sahut Gilang

"Masalahnya dia kalau bucin ngerepotin orang cuokkk!!" sambung Daffi disertai satu kata toxic dibelakang kalimat karena ia sudah benar-benar jengkel dengan kelakuan Raka dan Lucy yang hampir setiap hari pamer mesra di markas.

Di waktu yang sama tapi dilain tempat, Zylva sedang berlatih beladiri bersama kakak kesayangannya Matthew Jjoxaviel.

"Kenapa tenagamu lemah sekali hm?" tanya Antares. "Stronger, baby..." imbuhnya.

"Udah ah kak, gue capek!" keluh Zylva lalu langsung menjatuhkan diri di lantai latihan yang dilapisi karpet busa.

Matthew berjalan ke salah satu sudut ruang latihan, dimana terletak kulkas. Ia mengambil 2 botol air mineral untuk dirinya dan adik kesayangannya.

"Nih, minum dulu"

"Thanks kak"

Sratt!!! Tiba-tiba sebuah belati meluncur tepat didepan hidung Zylva, mungkin jika Zylva telat menghindar 1 detik saja hidung mancungnya sudah terpotong.

Matthew langsung menatap tajam ke arah pintu masuk, disana ada Varrel yang berdiri dengan kedua tangan dimasukkan ke saku celana.

"Lo mau bunuh adek gue?!"

"Gak, itu sapaan hangat. Ya gak?" tanya Varrel santai kepada Zylva yang masih sedikit syok karena dilempar belati tiba-tiba..

"Gila lo kak, ngapain kesini?!" tanya Zylva balik yang sudah hapal dengan cara sepupunya tersebut menyapa dirinya.

Varrel berjalan mendekati mereka dan duduk disamping Zylva, sehingga sekarang posisi Zylva ada di tengah-tengah Matthew dan Varrel.

"Untung adek gue gak lecet, lecet dikit tangan lo gue potong!"

"Diam lo curut!"

Matthew langsung mingkem, yap Matthew tidak takut kepada siapa-siapa. Kecuali pada Varrel yang merupakan kakak sepupunya. Ayah Varrel alias pamannya yang membantu mereka ketika terlunta-lunta 3 tahun lalu hingga bisa semapan sekarang. Matthew akan langsung kicep jika harus adu argumen dengan cowok yang bernama lengkap Varrel Atharaksa.

"Jadi, kenapa lo ngasih gue sapaan hangat?"

"Kenapa Raka?" tanya Varrel tiba-tiba.

Mendengar pertanyaan Varrel, seketika aura Zylva menggelap. Benar-benar menyeramkan. Berada disampingnya saja mungkin bisa membuat bulu kuduk berdiri seketika.

"Dia harus ngerasain apa yang gue dan Kak Matt rasain!"

"Kenapa?" Varrel bertanya lagi.

"Lo tahu dia yang bikin ortu gue dan adik gue mati! Gue dan Kak Matt menderita ngerasain semua itu. Dia juga harus ngerasain!"

Varrel tersenyum tipis, netranya menatap lekat Zylva seolah ingin mengatakan sesuatu tapi ditahan karena belum waktunya.

"Baiklah.. terserah cute monsternya gue aja" ucap Varrel sembari mengacak pelan rambut Zylva kemudian beranjak pergi dari ruangan tersebut.

Keesokan harinya di SMA Cempaka Putih Lucy ditemani 3 anggota inti Thunder Boys sedang membully siswi.

"Seger gak?" tanya Raka dengan santainya setelah menyiram siswi malang tersebut dengan air dingin.

"Makanya gak usah cari gara-gara sama gue" imbuh Lucy sambil melemparkan telur busuk ke siswi tersebut.

Dan, siswi tersebut hanya bisa pasrah dengan apa yang dilakukan duo bucin tersebut.

"Gue cuma gak sengaja nabrak Lucy, kenapa kalian bully gue kayak gini?!!!" bentak siswi itu dengan air mata yang berlinang.

Grepp!!

"Akhh!!!!" siswi malang itu menjerit kesakitan setelah tangannya dipelintir Raka. "AKHH!!!" jeritannya makin keras ketika rambutnya dijambak oleh Lucy dari belakang hingga kepalanya sampai mendongak.

"Sa-sakit.. lepasin gue..."

"Dengar baik-baik, gue gak suka dibantah" ucap Lucy dengan penuh penekanan. "Jadi, kalau lo gak mau gue bully lebih parah.." Lucy menggantung kalimatnya sambil tangannya semakin menjambak rambut siswi itu. "Turuti semua perintah gue ya, Reina" bisik Lucy.

"Ta-tapi--"

"Masih mau bantah lo hah?!!!" Raka menyela kalimat yang akan diucapkan siswi bernama Reina tersebut.

Pembullyan tersebut terjadi didepan banyak murid, tapi mereka semua hanya menonton. Tidak ada yang mau membantu Reina. Karena mereka takut akan masuk sasaran bully Thunder Boys. Tapi, semua berubah ketika Zylva datang.

Sratt... Zylva melemparkan belati kecil tepat didepan wajah mulus Lucy. Dan semua yang tadinya menaruh perhatian mereka ke aksi pembullyan kini, perhatian mereka fokus kepada Zylva yang baru turun dari motor sportnya.

Dengan langkah anggun, Zylva mendekati Lucy dan 3 pengawal setianya. Ups! Inti Thunder Boys maksudnya.

"Lo udah bosan hidup?" tanya Raka dengan nada berat dan dingin. Disertai ekspresi datarnya namun dengan sorot mata amarah yang mampu membuat suasana seketika menjadi horor. Dan tangan kiri Raka sudah mengeluarkan sebuah pisau lipat dari saku celananya.

"Jangan aneh-aneh lo Ka, ini masih disekolah" ucap Daffi mencoba menenangkan Raka yang sudah tersulut api amarah karena gadis kesayangannya hampir terluka.

"Biarin aja sih, dia pantas buat mati" sahut Lucy dengan entengnya.

"Coba aja sini, pisau murahan lo gak bakal bisa ngegores kulit gue" tantang Zylva sambil menyodorkan tangan kanannya ke arah Raka.

Merasa ditantang, tanpa rasa ragu atau kasihan sama sekali Raka langsung menggoreskan pisaunya ke telapak tangan Zylva. Raka seketika terdiam, ketika melihat pisaunya tidak mampu mengiris kulit Zylva.

"Kenapa? Gak mempan ya?"

"Gila, kulit lo terbuat dari apaan?" kalimat tersebut langsung keluar dari mulur Gilang tanpa melihat situasi dan kondisi. Alhasil ia dapat hadiah bogeman di pipi kanannya dari Daffi.

Lucy yang sudah kelewat kesal, merampas pisau ditangan Raka yang masih bengong kemudian langsung menggoreskannya ke pipi kiri Zylva. Semua yang melihat langsung berteriak ketakutan melihat darah yang mengalir dari pipi Zylva. Tapi hebatnya gadis itu sama sekali tidak mengeluarkan suara walau pipinya tersayat cukup dalam.

"Bukan, telapak tangan. Tapi pipi" ucap Lucy dengan mudahnya setelah membuat pipi mulus Zylva terluka. Tidak tahu saja bahaya apa yang sedang mengintainya.

"Heh..." Zylva mengeluarkan senyum miringnya dan mengusap darah di pipinya dengan telapak tangannya. Kemudian...

Plakkk!!!!

Stempel telapak tangan Zylva yang berwarna merah dari darah menempel di pipi Lucy.

"Akh!!"

Zylva mencengkram dagu Lucy, kemudian menggoreskan kuku jarinya yang ditempeli silet tipis ke kedua pipi Lucy.

"Akhh.... sakit!!!!"

"Lucy!!!" 3 inti Thunder Boys refleks memanggil nama Lucy ketika melihat princess mereka terluka.

"LO UDAH GILA HAH?!" wajah Raka kini benar-benar merah padam melihat pacarnya diperlakukan seperti itu. Sedangkan ia ingin mendekat tapi diancam Zylva.

"Maju satu langkah, lalu lehernya yang gue sayat"

Kemudian tanpa mempedulikan semua orang yang melihatnya Zylva fokus kembali ke Lucy.

"Masa sih?" tanya Zylva dengan senyum puas dibibirnya. "Perasaan gak sakit deh" imbuhnya lagi kemudian menggoreskan kukunya ke dahi Lucy hingga Lucy langsung terduduk karena tak kuat menahan sakitnya.

"Cih, gitu aja sakit"

Setelah puas menyiksa Lucy, Zylva pergi dari sana meninggalkan Lucy dengan wajahnya yang berdarah-darah.

Dilain tempat, tepatnya di Mansion Jjoxaviel family

"Siap-siap ke BK lo Matt" ujar Reygan sambil tertawa.

"Bodoamat, penting Rakampret bisa ngerasain sakitnya ketika lihat orang yang disayanginya terluka"

"Gila sih, Zylva kalau udah berurusan sama pisau gak main-main" Gibran berkomentar.

"Tentu saja, pisau ibarat saudaranya" sahut Varrel.

...***...

...Bersambung......

Terpopuler

Comments

❥︎𝐦𝐢𝐧🐱ѕυϲнιє αℓєѕγα❀シ︎

❥︎𝐦𝐢𝐧🐱ѕυϲнιє αℓєѕγα❀シ︎

Gilang punya saya 😌

2022-12-26

1

sasa

sasa

lanjuut ka

2022-12-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!