Bab 3

"Gimana?" tanya cowok yang memakai seragam identitas SMA Cempaka Putih dengan luaran jaket kulit kepada salah satu sahabatnya yang dibalas anggukan kecil dan mengatakan "Gue udah patahin tangan orang yang nyentuh cewek lo"

Cowok itu mengeluarkan senyum miring sambil menyugar rambutnya yang membuat kharismanya bertambah berkali-kali lipat, membuat setiap siswi yang melihatnya terpesona padanya.

"Siapapun yang berani nyentuh Lucynya Raka pasti dapat balasan yang setimpal" ucap cowok bernama lengkap Raka Alkairo Kavindra itu.

Kedua sahabat Raka hanya bisa menggelengkan kepalnya tak habis pikir dengan sikap Raka yang sangat bucin kepada pacarnya Lucyana Erlangga. Pernah dulu Raka hampir membuat nyawa orang melayang hanya gara-gara orang tersebut menyentuh paha Lucy. Bucin tingkat akut bukan?

---

Di detik yang sama, di sekolah itu juga hanya saja berbeda tempat dengan Raka berada. Tepatnya di gerbang sekolah, Zylva menginjakkan kakinya memasuki halaman SMA Cempaka Putih. Diamatinya dari depan gerbang seluruh sudut sekolah yang tertangkap oleh matanya. Tiba-tiba gadis itu mengeluarkan senyum miringnya.

"Lo bantai keluarga gue, gue bantai keluarga lo" ucap Zylva ketika baru saja menginjakkan kaki di halaman SMA Cempaka Putih.

"Neraka lo datang, Raka Alkairo Kavindra"

Zylva melanjutkan jalannya menuju ruang kepala sekolah tanpa menggubris siswa dan siswi yang menggosipkannya, ya macam-macam yang ia dengar. Ada yang memujinya, ada juga yang mencelanya. Tapi Zylva tidak pernah mempedulikan hal semacam itu.

Brukk...

Seorang siswi tidak sengaja menabraknya, tapi bukannya Zylva yang terjatuh malah siswi tersebut yang terjatuh.

"Gila gue baru nabrak batu atau apaan sih?! sakit bener." gadis itu mengomel karena terjatuh.

"Lo gpp?"

Gadis itu mendongak dan melihat siapa yang menanyainya, ia tercengang sesaat. Terkagum-kagum dengan kecantikan seorang Zylvanca Jjoxaviel Keyvara. Tiga detik kemudian ia tersadar.

"Woah, bidadari" ucapnya sambil menerima uluran tangan Zylva.

Emang dasar sifat cuek kepada orang, dan tidak mau berurusan dengan orang asing sudah mendarah daging di tubuh Zylva. Ia melangkah lagi menuju ruang kepala sekolah. Tapi gadis yang baru saja ia tolong menyusulnya dan memberinya pertanyaan beruntun.

"Lo siapa?"

"Murid baru ya?"

"Gue Jessy"

"Kok gak pernah liat?"

"Pindahan dari mana?"

"Mau ke ruang kepsek kan?"

"Gue anterin yok"

Zylva hanya tersenyum kaku mendapat pertanyaan beruntun dari gadis yang pertama ia kenal di SMA itu. Dari sekali lihat saja Zylva sudah tahu bahwa gadia yang katanya bernama Jessy itu memiliki sifat seperti anak kecil. Bagaimana tidak? Penampilannya saja sangat nyentrik dan beda dari yang lain. Rambut dikepang dua dengan pita merah besar dan jepit rambut kelinci di poninya.

"Oke, thanks" ucap Zylva berterima kasih menerima tawaran Jessy yang ingin mengantarnya ke Ruang Kepala Sekolah. Padahal dia sendiri tidak sebodoh itu hanya untuk mencari sebuah ruangan sampai perlu bantuan.

Tapi ditengah perjalanan ke ruang kepala sekolah, Zylva disuguhkan dengan pemandangan yang sangat tidak ia sukai. Apa itu? Pembullyan. Zylva melihat seorang siswi yang mengenakan cardigan rajut berwarna oranye sedang membully siswi lain. Zylva sangat benci dengan apa yang namanya pembullyan. Korban bullynya bahkan sudah hampir pingsan, tapi gadis yang memakai cardigan oranye itu tetap membullynya.

"Dasar bego! Kenapa dia hanya diam saja?!" Zylva mengatai korban bully itu karena hanya diam dan tidak melawan. Ia berniat menolong tapi dihentikan oleh Jessy.

"Jangan, nanti lo bisa kena amukan pacarnya kalo ikut campur" ujar Jessy sambil menahan tangan Zylva.

"Seorang Zylva gak akan diam aja lihat orang dibully  seperti itu" sahut Zylva sembari melepaskan tangan Jessy yang memegang pergelangan tangannya.

Zylva berjalan dalam satu garis lurus menuju tempat pembullyan itu dengan mata yang mengkilat menunjukkan amarah.

Plakk!!!

"Wahh kacau." Jessy menepuk jidatnya melihat kelakuan Zylva yang diluar dugaan.

Semua terkejut sekaligus khawatir dengan apa yang dilakukan Zylva, datang-datang ia langsung menampar Lucy. Si pembully sekaligus bunga sekolah yang disegani semua orang. Bukan karena apa, mereka khawatir kepada Zylva. Dengan menampar Lucy, maka Zylva akan langsung masuk blacklist gang motor Thunder Boys yang diketuai Raka.

"Lo!!!! Berani banget lo nampar gue?!" Lucy membentak Zylva dengan jari telunjuknya tepat di depan wajah Zylva.

"Jauhin tangan lo, bau kotoran sapi!"

Kalimat yang Zylva ucapkan dengan ekspresi datarnya sukses membuat gadis didepannya semakin naik darah.

"Kalian! Bawa dia ke uks!" Zylva memanggil 2 orang siswi yang ada didekat tempat pembullyan tadi, dan mereka hanya bisa nurut. Walau korban bully tadi tidak mengatakan apa-apa. Dilihat dari sorot matanya, sudah jelas dia mengucapkan terimakasih kepada Zylva.

"Gue kira disekolah elit gini gak ada pembully spek lontong sate kayak gini, ternyata ada juga ya"

Plak!!!!

"Jaga omongan lo ya!!" Lucy tak terima hingga menampar Zylva.

Zylva terkekeh pelan, kemudian mengeluarkan senyum manis sekaligus mengerikan miliknya dan berkata. "Lo nampar atau gaplok nyamuk sih? Gak kerasa tau" Padahal pipi Zylva sudah berdarah akibat terkena cincin Lucy. "Tapi...." Zylva menggantungkan kalimatnya. "Semua perbuatan itu harus dibalas berkali-kali lipat. Jadi..."

Plak! Plak!

"Oke, gue udah bales perbuatan baik lo" Zylva mengedipkan sebelah matanya ke Lucy kemudian meninggalkan gadis yang wajahnya sudah merah padam karena terbakar amarah.

"Gila, lo berani banget?" puji Jessy yang baru pertama kali melihat ada orang yang berani melawan Lucy.

"Dia bukan Tuhan, kenapa harus takut?"

"Lo gak takut di bully pacarnya? Yang gue tau setiap orang yang cari gara-gara sama Lucy pasti dibully habis-habisan sama pacarnya. Yakin gak takut?" tanya Beast dengan ekspresi wajah yang khawatir.

"Gak" jawab Zylva dengan entengnya.

---

Di detik yang sama di rooftop sekolah.

"Ka!!! Ka!! Raka!!" cowok dengan perawakan tubuh yang kurus, tapi tegap dan berotot memanggil ketua gangnya dengan panik.

"Kenapa Lang?" tanya Raka kepada sahabatnya yang bernama Gilang.

"Cewek lo.." Gilang menggantung kalimatnya karena masih terengah-engah.

"Lucy kenapa??!!" Raka meninggikan nada bicaranya.

""Gue lihat, tadi dia ditampar cewek 3 kali"

Mendengar hal itu, seketika aura Raka menggelap. Ekspresi wajahnya menjadi datar dan sangat dingin disertai dengan sorot mata yang setajam silet. "Cari cewek kurang ajar itu" perintah Raka kepada Gilang dan Daffi dengan suara sangat berat. Ciri khas seorang Raka ketika sedang marah.

Disisi lain, Zylva diantar Jessy ke kelas 3-3 karena kebetulan mereka satu kelas. Sesaat sebelum Zylva masuk kedalam kelas.

Grepp! Seseorang menarik tangannya kemudian mendorongnya hinga punggungnya membentur tembok dengan sangat keras. Tapi anehnya, gadis itu sama sekali tidak kesakitan. Jangankan kesakitan bahkan meringis kesakitan pun juga tidak.

"Berani banget lo nampar cewek gue?!" tanya Raka dengan nada dingin dan tatapan yang mengintimidasi.

Seketika semua menjadi hening, hampir semua yang melihat berkeringat dingin melihat apa yang dilakukan Raka. Berbading terbalik dengan Zylva. Zylva malah mengeluarkan senyum miringnya saat melihat nametag cowok di depannya tersebut.

"Akhirnya ketemu Raka Alkairo Kavindra" batin Zylva.

...***...

...Bersambung......

Terpopuler

Comments

Hyura-ya

Hyura-ya

tombol likenya ilang:)

2022-12-21

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!