Pintu rumah keluarga Jjoxaviel terbuka lebar. Gadis berambut coklat gelap panjang yang memiliki kulit putih bersih berjalan dengan anggun memasuki ruang tamu rumah bagaikan istana tersebut sambil menarik koper berwarna merah darah dengan logo bulan sabit dan pedang menyilang.
Di ruang tamu tersebut ia telah ditunggu 4 laki-laki yang tampan, gagah, tapi brutal. Mereka adalah kakak dan sepupu dari Zylvanca Jjoxaviel Keyvara. Gadis yatim piatu yang dihatinya hanya ada dendam yang menunggu untuk dibalaskan.
"Welcome baby girl..." sapa salah satu dari 4 laki-laki disana yang merupakan kakak kandung Zylva. Matthew Key Jjoxaviel.
Zylva hanya membalas kalimat sambutan dari kakaknya Matthew tersebut dengan senyum manis kemudian duduk di samping Matthew.
"Gimana 3 tahun di Alaska?? Betah gak kak?" tanya Gibran Zico Bagaskara adik sepupu Zylva.
"Mau coba kesana gak?" balas Zylva dengan senyum manis tapi mengerikan.
Gibran langsung nyengir dan mengatakan "Nggak deh, takut beku" sambil cengengesan. Yang di detik berikutnya kepalan Gibran mendapat timpukan dari kakaknya Reygan Everard Bagaskara.
"Gak ada tampang mafianya lo!"
"Bodo wlee."
"Hm, dia kan memang mafia gagal cetak." timpal Matthew yang membuat mereka tertawa ngakak.
Hanya satu yang paling kalem dan bijaksana disana, dia adalah Varrel Giovanza kakak sepupu Zylva dan Matthew. Dia hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah saudara sepupunya.
"Udah-udah, capek gue denger candaan kalian yang gak lucu" ujar Zylva dengan mimik wajah yang datar tapi menggemaskan. "Dark tau gak" imbuhnya.
Dengan satu kalimat yang keluar dari bibir Zylva, seketika suasana menjadi hening. Bahkan mereka bisa mendengar detak jantung mereka sendiri saking heningnya.
"Kesannya jadi horor anjem!!" protes Gibran yang memang notabenenya sangat penakut.
"Baby, lebih baik lo ke kamar bersih-bersih istirahat." saran Matthew yang respon anggukan kecil oleh Zylva.
"Daripada ketularan gila kayak dia." imbuh Reygan sambil menatap sinis adik kandungnya yang sifatnya 180° berbeda dari dirinya.
"Apa liat-liat?! Pertama kali liat orang ganteng?" tanya Gibran nyolot.
"Gak, pertama kali gue liat orang burik." sarkas Reygan yang sukses membuat 4 anak manusia tersebut ngakak berjamaah menertawakan Gibran.
"Jahat kalian." Gibran berkata dengan komuk sok imut.
"Jijik bangsat!" umpat Reygan melihat ekspresi adiknya sambil melempar bantal sofa tepat ke muka Gibran.
"Erghh..." Gibran menunjukkan ekspresi wajah tertekan dengan kelakukan kakaknya.
Zylva tertawa kecil lalu mengatakan "Dahlah, bisa gila beneran gue lama-lama disini." yang kemudian beranjak dari kursi dan menaiki tangga menuju kamar kesayangannya.
Blam!!!
Ketika sudah terdengar suara pintu kamar tertutup semua menjadi hening lagi, ekspresi mereka yang semula ceria karena kembalinya Zylva berubah menjadi datar kala mengingat kejadian-kejadian kelam 3 tahun lalu.
"Nanti sore ke makam?" tanya Varrel membuka pembicaraan.
"Hm... Mama, Papa, Zelva, dan Felly pasti kangen sama Zylva" sahut Matthew dengan menyungging senyum sendu di bibirnya yang membuat hati siapa saja tersayat saat melihatnya.
Matthew selalu saja menjadi lemah dan rapuh kala teringat kematian orang tua dan kedua adiknya. Namun sedetik kemudian rahangnya mengeras, matanya berkilat-kilat menandakan amarah karena orang-orang yang disayanginya dibunuh dengan cara yang sangat sadis. Terkadang ia masih terngiang rintihan Mama dan adik bungsunya saat disiksa. Itu membuat dendam dan amarah dihatinya semakin bergejolak.
"Kali ini kita sudah siap ngelawan lo semua" ucap Matthew dengan suara berat dan dingin.
*
Di detik yang sama, Zylva bersandar di dinding kamar dan menangis tersedu-sedu sambil memeluk sebuah foto keluarga yang terlihat sangat bahagia.
"Mah..pah.. Zel.. Felly..." panggil Zylva dengan suara parau karena habis menangis. "Zylva kangen.. hiks.. Zylva pengen ketemu" sambung gadis malang itu.
"Gimana kabar kalian disana? Pasti bahagia kan? Harus bahagia dong, Zylva gak mau kalian sedih" imbuhnya dengan air mata yang semakin banyak keluar. "Gak, lo harus kuat Zyl... lo harus balesin dendam keluarga lo!" ucap Zylva menguatkan dirinya sendiri sambil meletakkan foto keluarganya tersebut di meja belajarnya.
Gadis yang memiliki rambut hitam pekat tersebut memilih masuk kamar mandi dan membersihkan dirinya, kemudian istirahat untuk menenangkan hatinya yang kembali kacau mengingat kematian orang tua dan adik-adiknya yang tragis.
Sore harinya
Terlihat 4 laki-laki dan seorang gadis muda duduk mengitari 2 buah makam dengan batu nisan bertuliskan 'Kayvara Queenza Gracella' dan 'Mahendra Jjoxaviel' Yap! Itu adalah makam Mama dan Papa kesayangan Zylva dan Matthew.
"Mah, Mama kangen gak sama Zylva? Zylva kangen banget sama Mama. Zylva baru sampe sini tadi siang" ucap Zylva sambil mengelus-elus batu nisan putih bertuliskan nama Mamanya tersebut.
"Zylva balik kesini buat balesin dendam keluarga kita mah" sambungnya dengan terisak.
Melihat adiknya yang mulai meneteskan air mata, Matthew merangkul adiknya untuk menyalurkan kekuatan.
Zylva menolehkan kepalanya ke kiri dan kemudian tangan kirinya terangkat mengelus batu nisan papanya.
"Zylva juga kangen sama Papa. Papa tau gak? Selama di Alaska Zylva selalu dapet ranking 1 paralel, sesuai keinginan papa dulu" ujar Zylva kepada batu nisan papanya.
Ya, Mama dan Papa Zylva adalah orang tua yang tegas, disiplin, sekaligus sangat memanjakan anak-anak mereka. Tapi hebatnya walau dimanja, Zylva dan saudaranya tidak ada yang memiliki sifat manja. Papanya selalu memotivasi Zylva dan Zelva untuk mendapat ranking 1 terus selama menempuh pendidikan. Maka dari itu walau Papanya sudah meninggal Zylva akan terus mengingat pesan papanya supaya mendaoat ranking 1 terus.
"Dek..." Varrel mencoba menenangkan Zylva yang menangis tersedu-sedu tapi terhenti kala Matthew mengangkat tangan kanannya yang mendandakan jangan mengganggu adiknya menangis.
Zylva beranjak mendekati makam kedua adiknya.
"Hey, bocah. Kangen gue gak?" tanya Zylva dengan tangan mengelus batu nisan kedua adiknya seperti yang ia lakukan kepada batu nisan orang tuanya.
"Ah.. gue gak boleh nangis" ucap Zylva kemudian mengusap air matanya yang sudah membasahi pipinya dari tadi. "Ntar kalian ketawain gue disana. Terus kalian berdua pasti kompak ngatain gue 'Kakak cengeng'sambil meletin lidah ngejek gue" sambung Zylva sambil tertawa getir.
"Lo berdua gak nakal kan disana? Awas aja kalo lo berdua masih suka nyolong buah-buahan di surga sana" ujar Zylva yang teringat bahwa kedua adiknya suka mencuri mangga tetangga sebelah. Padahal di belakang rumah mereka sendiri ada kebun buah yang lengkap.
Jdarrrr.....
Tiba-tiba petir menggelegar.
"Dek, udah mau hujan" ucap Matthew dengan maksud mengajak adiknya kembali pulang ke rumah.
"Bentar kak" sahut Zylva. Ia mengecup nisan kedua adiknya, juga nisan kedua orang tuanya. Kemudian ia berdiri menghampiri saudara-saudaranya.
"Ayo ke mansion, udah mau hujan" ajak Zylva dengan senyum manis yang terukir dibibirnya.
Selama perjalanan ke mansion suasana di mobil sangat hening, tidak ada percakapan didalamnya. Sampai akhirnya Zylva memecahkan keheningan tersebut.
"Lo udah daftarin gue ke SMA Cempaka Putih kan kak?" tanya Zylva memastikan ia sekolah di tempat yang di inginkannya.
Matthew mengangguk kemudian bertanya "Lo udah tau tempat itu?"
"Lo lupa adik lo yang manis ini hacker kelas atas kak?" tanya Zylva balik sambil memicingkan matanya.
"Masa? Kok gue nggak percaya?"
Zylva langsung mengeluarkan senyum miringnya sambil melirik Gibran yang ada dibelakangnya dengan tatapan yang mengerikan.
"Shizuka Minamoto sayangku i love you sejagat raja. Lope lope sekebon buat Shizuka"
"YAK!! Darimana lo tau kalimat itu?!!" wajah Gibran memerah karena malu kata sandi diary digitalnya yang diketahui Zylva.
"Kenapa? Bener ya?" tanya Zylva dengan senyum mengejek yang menyebalkan khas miiknya.
"Dasar bulol!" Varrel, Reygan, Matthew kompak mengatai Gibran yang bucin berat dengan karakter anime. Dan disusul dengan gelak tawa gadis yang duduk disamping kursi kemudi mobil.
...***...
...Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments