Alasan Dibalik Rencana

"Aku tidak rela sekretaris baru itu dekat-dekat dengan tuan Darren. Aku tidak rela jika tuan Darren menyentuh sekretaris baru itu," sunggut Tessa.

"Jadi itu alasanmu tidak suka dengan Erina?"

"Aku khawatir mereka akan dekat dan aku di campakkan begitu saja."

"Maksudnya?" tanya lawan bicaranya seolah tidak paham dengan apa maksud Tessa.

"Aku menyukai tuan Darren. Karena tuan Darren selalu memperlakukan aku dengan manis saat aku menjadi sekretaris nya," terang Tessa tentunya membuat lawan bicaranya yang bernama Yopi terkejut sampai membungkam mulut nya yang menganga.

"Jadi kau mempunyai hubungan lebih?"

"Aku menganggap nya demikian. Tapi aku tidak tahu tuan Darren menganggapku seperti apa."

"Memperlakukan manis seperti apa maksudmu?" tanya Yopi penasaran.

"Kami sering berciuman."

Pengakuan Tessa bukan hanya membuat Yopi saja yang terkejut, Darren juga. Pria itu tidak menyangka jika Tessa akan mengatakan hal seperti itu pada orang lain. Beruntung Erina sedang pergi ke toilet, jadi wanita itu tidak mendengar apa yang di katakan oleh Tessa barusan.

"Oh my god, Tessa. Kau serius???" seru Yopi seraya menangkap kedua pipi temannya dan memandang lekat wajah Tessa.

Tessa mengangguk membenarkan.

"Untuk apa aku berbohong?"

Yopi menggelengkan kepalanya berulang kali. Ia masih tidak percaya dengan pengakuan Tessa barusan.

"Tidak, tidak. Kau pasti sedang mengarang cerita kan?"

"Yopi, aku berkata jujur. Aku bahkan hampir tidur dengannya. Hanya saja batal karena dia pergi karena ada acara keluarga."

"Really?"

"Ya. Oleh karena itu aku tidak suka ada wanita lain yang akan menggantikan posisi diriku. Aku terlanjur mencintai tuan Darren kalau pun kita tidak bisa bersatu, setidaknya aku bisa masih berhubungan dekat dengannya sebagai bos dan sekretaris."

Yopi benar-benar di buat melongo. Rasanya sulit mempercayai ucapan Tessa, tapi temannya itu terlihat serius sekali.

"Itu artinya Erina akan menjadi wanita yang akan tuan Darren jelajah selanjutnya," tebak Yopi membuat Tessa merasa kesal.

"Jangan katakan hal itu di depanku, bahkan aku tidak bisa membayangkan bagaimana jika tuan Darren benar-benar melakukan hal itu bahkan lebih dengan dia. Aku tidak rela. Tuan Darren hanya boleh jadi miliku, bukan miliknya."

Dari balik skat Darren sungguh menyesali perbuatannya dengan Tessa pada saat itu. Tidak lama kemudian Erina kembali.

"Apa lagi yang dia rencanakan untukku?" tanya wanita itu tiba-tiba.

Darren menggeleng dengan wajah sedikit tegang. Ia berharap Tessa di balik skat tidak lagi membahas hal itu apalagi sampai menyebut-nyebut namanya.

"Aku tidak rela jika mereka sampai tidur bersama. Aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Tidak akan," ucap Tessa lagi.

Erina mengerutkan alisnya begitu mendengar kalimat tersebut.

"Rupanya dia sudah mengganti topik pembicaraan. Aku pikir dia masih membahas rencana untukku," ujar Erina.

Darren memandang wajah wanita yang duduk di depannya sambil menyantap makanan yang belum sempat di habiskan. Ia menghela napas lega lantaran Erina berpikir jika Tessa mengubah topik pembicaraan.

Setelah itu tidak ada lagi suara Tessa dan wanita yang menjadi lawan bicaranya itu. Mungkin mereka sudah pergi.

Darren melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Waktu sudah hampir menunjukan jam satu. Itu artinya jam makan siang akan habis. Ia harus segera kembali ke kantor.

"Cepat habiskan makananmu, kita harus segera kembali," perintah Darren dan di angguki oleh Erina.

"Baik, tuan," jawab wanita itu patuh.

_Bersambung_

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***