Hari ini Darren mengajak Erina makan siang di sebuah restoran Jepang yang terdapat skat di masing-masing meja pengunjung guna menghormati privasi setiap pengunjung restoran. Darren dan Erina duduk di bagian meja bagian pojok belakang. Pengunjung tidak duduk di kursi, melainkan duduk di lantai seperti lesehan.
"Ini hari ketiga aku menjadi sekretaris di perusahaanmu, tuan. Tapi kenapa kau belum juga memberiku pekerjaan?" tanya Erina merasa heran.
Pria itu mengangkat sebelah sudut bibirnya.
"Memangnya kenapa?" Darren malah balik bertanya.
"Kenapa? Aku melamar menjadi sekretaris karena aku butuh kerja, tuan. Aku butuh uang untuk hidup," jawab Erina.
"Sekalipun kau tidak kerja, aku akan tetap memberimu uang."
"Aku tidak mau," seru Erina.
"Why?"
"Aku tidak ingin makan gaji buta," jawabnya dan nyaris membuat Darren tertawa.
"Dengan kau mau menemaniku makan siang saja, sudah menjadi bagian dari pekerjaanmu."
Erina terdiam. Sejak kapan menemani makan siang seorang atasan termasuk ke dalam pekerjaan. Sebenarnya pria itu mencari sekretaris atau asisten pribadi? Erina jadi bingung.
"Aku membenci sekretaris baru itu."
Suara wanita yang mungkin baru saja datang dan kebetulan duduk di bagian meja belakang Darren dan Erina menarik perhatian keduanya. Apalagi saat lawan bicaranya menyebut-nyebut nama orang yang wanita itu maksud.
"Yang bernama Erina itu?"
"Iya, gara-gara dia aku kembali jadi staf biasa."
Tidak hanya Erina, Darren pun terkejut mendengar percakapan dua orang wanita yang saat ini duduk di meja belakang mereka. Meski terdapat skat, tapi mereka sudah bisa menebak siapa wanita di balik skat tersebut.
"Tenang saja. Jangan menunjukan ketidaksukaanmu secara langsung padanya. Kau harus main cantik agar tuan Darren tidak curiga."
Wanita itu diam. Apa yang di katakan oleh lawan bicaranya ada benarnya juga.
"Contohnya?"
"Kemarin kau sengaja kan mengunci dia di ruangan tuan Darren?" tanya lawan bicaranya dan di angguki oleh wanita itu.
"Kau lupa kalau perusahaan di kelilingi oleh CCTV. Tapi beruntung kau masih bisa mengelak. Seharusnya kau tidak melakukan hal itu."
"Lalu?"
Lawan bicaranya itu membisikan sesuatu yang tidak dapat Darren dan Erina dengar. Tidak lama kemudian, terdengar lagi suara di antara mereka.
"Ok juga sarannya. Nanti aku akan coba."
"Semoga berhasil, Tessa."
"Thanks."
Dugaan Darren dan Erina benar. Ternyata wanita itu adalah Tessa. Wanita itu memiliki rencana apa untuk Erina? Darren hendak bangun dari duduknya dan ingin menghampiri mereka, namun Erina dengan cepat mencegah.
"Kau mau kemana, tuan?" seru Erina pelan.
"Aku ingin memberinya pelajaran."
"Apa kau tidak dengar tadi? Harus main cantik. Itu yang akan dia lakukan, begitu juga dengan kita."
Darren mengurungkan niatnya untuk menghampiri Tessa dan staf yang lain. Yang di katakan Erina sangat benar. Ia tidak boleh gegabah. Ia harus bisa membuat Tessa masuk ke dalam permainan dirinya sendiri.
"Iya, kau benar, Erina."
Darren kembali duduk. Namun ia masih merasa geram. Ia harus bisa mengendalikan dirinya agar tidak sampai terpancing emosi. Beruntung Erina mengingatkan. Wanita itu lekas pergi pamit untuk ke toilet sebentar.
"Aku tidak rela sekretaris baru itu dekat-dekat dengan tuan Darren. Aku tidak rela jika tuan Darren menyentuh sekretaris baru itu," sunggut Tessa.
"Jadi itu alasanmu tidak suka dengan Erina?"
"Aku khawatir mereka akan dekat dan aku di campakkan begitu saja."
"Maksudnya?" tanya lawan bicaranya seolah tidak paham dengan apa maksud Tessa.
"Aku menyukai tuan Darren. Karena tuan Darren selalu memperlakukan aku dengan manis saat aku menjadi sekretaris nya," terang Tessa tentunya membuat lawan bicaranya yang bernama Yopi terkejut sampai membungkam mulut nya yang menganga.
_Bersambung_
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Lidiya Syifa
tessa punya penyakit iri hati
2023-02-06
2
Defi
Tessa hatimu busuk gitu yang ada Darren semakin tidak suka padamu..🙄
2023-01-15
1
♡momk€∆π♡
eemmmm tessa iri ya ama erina..kasin dehhh
2022-12-24
1