Siapa Abraham Sebenarnya?

...Apapun kehidupan anaknya tapi seorang ibu tetaplah menjadi sosok utama dan sandaran untuk anak-anaknya. Bagaimana bahagianya hidup anak tapi mendengar kabar buruk orang tuanya pasti akan merasa dunianya runtuh dalam sekejap....

...~Abraham Barraq Alkahfi...

...****************...

Pria dengan celana panjang dan kaos serta jaket hitam terlihat berlari dari dalam mobil yang membawanya dari bandara ke rumah sakit. Perjalanan panjang dan melelahkan tak membuat tekadnya berhenti disana.

Dia meminta supir yang menjemputnya langsung membawa dirinya ke rumah sakit untuk menemui ibunya. Dia tak memperdulikan apapun. Tak peduli dirinya yang lelah, tak peduli matanya yang mengantuk tapi yang pasti. Dia hanya ingin melihat keadaan ibunya sekarang.

Kepergiannya dari rumah, menghilangnya dirinya membuat Abraham menyesal. Menyesal karena membuktikan dirinya harus pergi dari jangkauan orang tuanya. Namun, Abraham hanya ingin membuktikan bahwa dia bisa.

"Ibu!" Pekik Abraham saat dia membuka pintu kamar dan membuat semua yang ada di dalam menoleh.

Seorang perempuan cantik dengan usia sudah tak lagi muda terlihat duduk dengan menyandarkan tubuhnya. Wajahnya masih tetap manis dengan aura wibawa yang sejak dulu sudah ada dalam dirinya.

Mata tua itu menatap begitu rindu pada Abraham yang mulai berjalan mendekatinya.

"Ibu," Kata Abraham langsung mencium kedua kaki ibunya dan memeluk wanita dengan tangan yang diinfus oleh jarum.

"Putraku."

"Jangan menangis, Sayang. Putra kita sudah kembali," Kata seorang pria yang juga tak kalah tampan meski usianya tak lagi muda.

Pria dengan wajah masih tetap segar dan tampan itu terlihat menatap putra pertamanya dengan perasaan senang.

"Ayah," Panggil Abraham saat pelukan dengan ibunya terlepas dan berganti dengan memeluk papanya yang sangat dia sayangi itu.

Bagaimanapun masa lalu papanya. Bagaimanapun masalah di antara ibu dan ayahnya. Abraham masih bersyukur. Abraham masih bangga pada sosok pria yang ada dalam pelukannya ini.

Ayahnya masih sadar. Ayahnya masih tau mana keluarganya yang sesungguhnya. Mana keluarga yang ada untuknya dikala susah maupun senang.

"Bagaimana keadaanmu, Nak? Kemana saja kamu selama ini?" Tanya Bara, pria dengan ketampanan yang rupawan pada masanya melepas pelukan putranya itu.

Dia menatap tubuh anaknya dari atas sampai bawah. Seakan ingin melihat kondisi putranya dengan seksama.

"Abraham baik-baik aja. Ayah tak perlu khawatir," Ujar Abraham dengan pelan.

"Bagaimana kami tak khawatir. Kamu tak menghubungi Ibu dan Ayah sama sekali," Sela Almeera dengan suaranya yang lemah.

Abraham mendudukkan dirinya di pinggir jalan. Bia yang tadi duduk di kursi itu memilih pindah untuk memberikan waktu pada kakaknya dan orang tuanya.

"Maafin Abra, Bu. Abraham janji gak bakal menghilang lagi," Ujar Abra dengan bersungguh-sungguh.

"Apa kamu betah tinggal disana? Apa kamu nyaman tinggal seorang diri tanpa kami?" Tanya Almeera yang membuat perasaan Abraham semakin melemah.

"Jangan menangis, Bu," Kata Abraham sambil menghapus air mata ibunya. "Abraham sudah disini. Abra gak bakal ninggalin Ibu lagi."

Almeera mengangguk. Dia merasa bersyukur masih bisa melihat dan menatap putranya. Bisa bertemu lagi dengan sosok anak yang kuat yang dulu menjadi penguatnya ketika ada masalah.

Sosok anak pertama yang dulu selalu melindunginya. Sosok anak pertama yang tahu bagaimana sedihnya di masa lalu dan membuat hubungan Abra dan Almeera lebih lekat dan dekat.

"Ibu harus sembuh. Ibu harus makan yang banyak. Jangan sakit lagi biar Abang gak kepikiran," Kata Abraham dengan panggilan kesayangan Almerra untuknya.

"Iya. Ibu bakalan sembuh. Abang sudah disini dan pikiran Ibu bakalan tenang. Ibu hanya khawatir, Nak. Ibu khawatir sama keadaan kamu."

...****************...

Pertemuan setelah sekian lama antara anak dan orang tua itu. Membuat Almeera dan Bara menghabiskan waktunya dengan keempat anaknya. Abraham merasa keluarganya tak ada yang berubah.

Bahkan pria itu masih sama seperti anak kecil yang selalu disayang dan dibanggakan oleh kedua orang tuanya. Sampai rindu merindu itu mulai bubar karena suster datang dan mengatakan bahwa Almeera harus banyak istirahat.

Suster juga memberikan suntikan pada Almeera dan membuat wanita itu mengantuk dan beristirahat. Perlahan Abraham mulai keluar. Dia menatap sekeliling dan melihat Bia yang duduk di kursi tunggu tepat di depan ruangan ibunya.

"Memikirkan apa hm?" Tanya Abraham dengan pelan.

Bia menoleh. Dia memeluk kakaknya dengan sayang dan erat.

"Bia hampir keceplosan, Kak. Bia hampir cerita soal pernikahan pada Ibu," Ujar Bia dengan jujur.

"Terus?' tanya Abraham dengan tenang.

"Ya Bia langsung sadar pas Ibu tanya, pernikahan siapa. Bia langsung jawab pernikahan teman Bia," Kata Bia dengan pelan.

Abraham tersenyum. "Jangan takut. Kalau sudah waktunya. Kakak akan jujur pada Ayah dan Ibu. Kakak akan mengatakan semuanya."

"Mengatakan apa?" Kata suara pria yang masih tetap tegas dan sangat familiar.

Tubuh kakak beradik itu menegang. Bahkan keduanya menelan ludahnya secara paksa saat suara yang sangat mereka kenal itu terdengar. Kepala keduanya menoleh dan benar saja sosok yang sangat mereka sayangi berdiri di dekatnya.

"Ayah," Panggil Abra dan Bia bersamaan.

"Apa yang kalian sembunyikan?" Tanya Bara dengan pelan dan mencoba duduk di antara putra dan putrinya.

Pria yang sudah paruh baya itu memegang tangan Abra dan Bia dengan pelan.

"Apa kalian sedang bermain rahasia dengan Ayah?"

"Nggak kok!" Kata Bia dengan manja.

Gadis kecil yang dulu sangat lengket dengan Bara. Gadis kecil yang sangat sayang pada Bara itu masih tetap sama. Gadis kecil yang selalu lengket dan selalu menanyakan kabar tentang Bara itu masih tetap sama saja.

Bia yang meski usianya sudah tak lagi muda. Memeluk papanya dengan sayang. Wajah kecil imut itu kini sudah besar dan dewasa.

"Bia sama Kak Abra cuma mau ngasih kejutan kecil," Kata Bia dengan akal yang cepat. "Tapi ternyata Ayah sudah tahu duluan. Ayah udah dengar. Jadi bukan kejutan lagi."

Bia terlihat cemberut. Gadis berusia delapan belas tahun itu terlihat seperti kecewa.

"Ya.. Maafin Ayah dong. Ayah kan gak tahu kalau kalian mau kasih kejutan," Kata Bara dengan wakha menyesal.

Bia melirik kakaknya. Dia mentoel tubuh Abra dari belakang agar mengikuti aksinya.

"Karena Ayah udah dengar. Bagaimana kalau kita bekerja sama?" Kata Abraham yang membuat Bara menoleh.

"Memangnya boleh?"

"Tentu, Ayah?" Kata Abraham memeluk ayahnya dari samping. "Abraham mau kasih kejutan sama Ibu. Biar Ibu sehat terus dan senang kita udah kumpul lagi."

Bara mengangguk. "Ide bagus."

"Abra mau makan malam keluarga. Kita rayain sama-sama ya, Ayah. Kita ajak Kakek sama Nenek juga," Kata Abraham dengan antusias.

"Iya bener. Kakek sama Nenek harus ikut," Ujar Bia dengan tak kalah semangat.

Bara mengangguk. "Nanti Ayah akan hubungi Kakek sama Nenek, oke?"

"Oke," Sahut Abra dan Bia secara bersamaan.

Namun, bersamaan dengan itu suara panggilan ponselnya membuat Abraham menunduk. Di meraih benda pipih itu dan langsung terlihat jelas nama sosok wanita yang saat ini sudah menjadi istri sahnya.

"Aufa?" Gumam Abra dengan tegang.

"Siapa, Nak?" Tanya Bara pada putranya.

Abra lekas mematikan panggilan itu dan menggeleng.

"Hanya teman."

~Bersambung

Terpopuler

Comments

Siti Sopiah

Siti Sopiah

sekarang giliran Aufa dibuat uring2an oleh Abra.

2025-03-03

0

Cahaya Sidrap

Cahaya Sidrap

lanjut thor👍👍👍

2024-05-06

1

Heru Dwiyantono

Heru Dwiyantono

mantap

2023-02-15

2

lihat semua
Episodes
1 Penawaran Mematikan
2 Penghinaan di Hari Pernikahan
3 Mulut Pedas Aufa!
4 Ceraikan Putriku!
5 Sikap Lain Abraham
6 Pelajaran Pertama Untuk Aufa
7 Bersihkan Aufa!
8 Pertengkaran Pagi
9 Pulangkan Aku ke Papaku!
10 Ketahuan
11 Mertua VS Menantu
12 Perempuan Bernama Auren
13 Kepulangan Bia
14 Insiden Pelakor berakhir Ciuman Pertama
15 Malam Pengantin
16 Kabar Buruk
17 Ditinggalkan!
18 Siapa Abraham Sebenarnya?
19 Gelisah, Galau, Merana
20 Almeera VS Abra
21 Menyatakan Cinta
22 Abraham dan Athaya
23 Frustasi Akut!
24 Bertemu
25 Ketahuan Potret Aufa
26 Dia Kembali!
27 Aku Hanya Mencintaimu
28 Ciuman Penuh Cinta
29 Suap Manja!
30 Kumakan Kamu!
31 Izin Titut Titut Yah?
32 Malam Yang Indah
33 Otak Omes Abang
34 I Want You!
35 Pemanasan Olahraga
36 Menyatakan Hak Milik
37 Ide Gila Baju Dinas
38 Kegiatan Sempurna Ehh!
39 Kebakaran
40 Firasat buruk
41 Permintaan Resepsi Aufa
42 Perusahaan Terguncang
43 Trauma Yang Membekas
44 Sadar!
45 Kamu Percaya sama aku?
46 Kepergian Aufa dan Abraham
47 Pertemuan Aufa dengan Keluarga Abraham
48 Ditolak atau Diterima sebagai menantu
49 Langkah Pertama Abraham
50 Pelaku Kebakaran
51 Gombalan Berakhir Ciuman
52 Tipu Muslihat Abraham
53 Panggilan Misterius
54 Kotak Rahasia
55 Rahasia Semi
56 Paket Kedua
57 Pingsan
58 Kabar Bahagia
59 Sikap Posesif Abraham
60 Cake Coklat Keju
61 Berhasil!
62 Imbalan Nakal
63 Kepergok?
64 Hadiah Kecil Dari Abra
65 Merestui
66 Ngidam Yang Melelahkan?
67 Suami VS Istri
68 Tekad Abraham
69 Nasehat Almeera
70 Syndrom Morning Sickness
71 Tidur Dengan Mela
72 Kesempatan dalam Kesempitan
73 Bukti Perselingkuhan
74 Mela VS Aufa
75 Pria Tampan
76 Mood Buruk!
77 Pertemuan Kembali
78 Bule Gila!
79 Musibah membawa Berkah Fort
80 Chuross
81 Si Bucin
82 Fort VS Abraham
83 Kelakuan Abra
84 Godaan Mela
85 Cium Pipi?
86 Berkenalan Ulang
87 Traktiran!
88 Bermain Bersama
89 Taruhan
90 Salah Tingkah
91 Hadiah Tanpa Sengaja
92 Terbongkar Perselingkuhan!
93 Didobrak!
94 Memutar Ingatan!
95 Urus Surat Cerai Kita!
96 Kehancuran Keluarga Semi
97 Kabar Buruk Dari Indonesia
98 Rencana Makan Malam
99 Sikap Manja Abraham
100 Dukungan Abraham
101 Aya VS Ryn
102 Keberangkatan!
103 Reyn Aya Kecil
104 Pamit
105 Lamunan Aya
106 Pertemuan Aya dan Reyn Dewasa
107 Cemburu Mode Anak
108 Bengkak
109 Sikap Peduli Abraham
110 Kekhawatiran Calon Ayah
111 Bia tinggal bersamamu
112 Kebahagiaan Aufa
113 Anak Abraham Suka Es Krim
114 Bujukan Aufa
115 Kedatangan Bia
116 Berkumpul Lagi
117 Dendam
118 Diikuti!
119 Ditinggal Sendiri!
120 Kekhawatiran Abraham
121 Balas Dendam Semi!
122 Diikat!
123 Menggilanya Semi
124 Abraham Kembali
125 Siuman
126 Pulang
127 Detik-detik opening
128 Panik
129 Memberi Kabar
130 Penyemangat Utama
131 Welcome To The World
132 Rilis Novel Dibuang Suamiku, Dinikahi Millionaire (dayana)
133 RILIS KISAH ANAK BIA DAN SHAKA
Episodes

Updated 133 Episodes

1
Penawaran Mematikan
2
Penghinaan di Hari Pernikahan
3
Mulut Pedas Aufa!
4
Ceraikan Putriku!
5
Sikap Lain Abraham
6
Pelajaran Pertama Untuk Aufa
7
Bersihkan Aufa!
8
Pertengkaran Pagi
9
Pulangkan Aku ke Papaku!
10
Ketahuan
11
Mertua VS Menantu
12
Perempuan Bernama Auren
13
Kepulangan Bia
14
Insiden Pelakor berakhir Ciuman Pertama
15
Malam Pengantin
16
Kabar Buruk
17
Ditinggalkan!
18
Siapa Abraham Sebenarnya?
19
Gelisah, Galau, Merana
20
Almeera VS Abra
21
Menyatakan Cinta
22
Abraham dan Athaya
23
Frustasi Akut!
24
Bertemu
25
Ketahuan Potret Aufa
26
Dia Kembali!
27
Aku Hanya Mencintaimu
28
Ciuman Penuh Cinta
29
Suap Manja!
30
Kumakan Kamu!
31
Izin Titut Titut Yah?
32
Malam Yang Indah
33
Otak Omes Abang
34
I Want You!
35
Pemanasan Olahraga
36
Menyatakan Hak Milik
37
Ide Gila Baju Dinas
38
Kegiatan Sempurna Ehh!
39
Kebakaran
40
Firasat buruk
41
Permintaan Resepsi Aufa
42
Perusahaan Terguncang
43
Trauma Yang Membekas
44
Sadar!
45
Kamu Percaya sama aku?
46
Kepergian Aufa dan Abraham
47
Pertemuan Aufa dengan Keluarga Abraham
48
Ditolak atau Diterima sebagai menantu
49
Langkah Pertama Abraham
50
Pelaku Kebakaran
51
Gombalan Berakhir Ciuman
52
Tipu Muslihat Abraham
53
Panggilan Misterius
54
Kotak Rahasia
55
Rahasia Semi
56
Paket Kedua
57
Pingsan
58
Kabar Bahagia
59
Sikap Posesif Abraham
60
Cake Coklat Keju
61
Berhasil!
62
Imbalan Nakal
63
Kepergok?
64
Hadiah Kecil Dari Abra
65
Merestui
66
Ngidam Yang Melelahkan?
67
Suami VS Istri
68
Tekad Abraham
69
Nasehat Almeera
70
Syndrom Morning Sickness
71
Tidur Dengan Mela
72
Kesempatan dalam Kesempitan
73
Bukti Perselingkuhan
74
Mela VS Aufa
75
Pria Tampan
76
Mood Buruk!
77
Pertemuan Kembali
78
Bule Gila!
79
Musibah membawa Berkah Fort
80
Chuross
81
Si Bucin
82
Fort VS Abraham
83
Kelakuan Abra
84
Godaan Mela
85
Cium Pipi?
86
Berkenalan Ulang
87
Traktiran!
88
Bermain Bersama
89
Taruhan
90
Salah Tingkah
91
Hadiah Tanpa Sengaja
92
Terbongkar Perselingkuhan!
93
Didobrak!
94
Memutar Ingatan!
95
Urus Surat Cerai Kita!
96
Kehancuran Keluarga Semi
97
Kabar Buruk Dari Indonesia
98
Rencana Makan Malam
99
Sikap Manja Abraham
100
Dukungan Abraham
101
Aya VS Ryn
102
Keberangkatan!
103
Reyn Aya Kecil
104
Pamit
105
Lamunan Aya
106
Pertemuan Aya dan Reyn Dewasa
107
Cemburu Mode Anak
108
Bengkak
109
Sikap Peduli Abraham
110
Kekhawatiran Calon Ayah
111
Bia tinggal bersamamu
112
Kebahagiaan Aufa
113
Anak Abraham Suka Es Krim
114
Bujukan Aufa
115
Kedatangan Bia
116
Berkumpul Lagi
117
Dendam
118
Diikuti!
119
Ditinggal Sendiri!
120
Kekhawatiran Abraham
121
Balas Dendam Semi!
122
Diikat!
123
Menggilanya Semi
124
Abraham Kembali
125
Siuman
126
Pulang
127
Detik-detik opening
128
Panik
129
Memberi Kabar
130
Penyemangat Utama
131
Welcome To The World
132
Rilis Novel Dibuang Suamiku, Dinikahi Millionaire (dayana)
133
RILIS KISAH ANAK BIA DAN SHAKA

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!