Malam Pengantin

...Ada perasaan malu pada diriku tapi bukankah hal yang tak lumrah sebelum menikah menjadi halal dilakukan ketika sudah menikah....

...~Abraham Barraq Alkahfi...

...****************...

Abraham terlihat berkutat di dapur. Tangannya yang lihai bergerak kesana kemari. Untuk pertama kali setelah Bia tak ada di rumahnya, dirinya berkutat dengan barang dapur lagi.

Ini bukan hal yang sulit untuknya. Hidup mandiri dan pisah dari orang tua, membuat Abraham pandai memasak. Mengolah bahan makanan dan menjadikan sebuah hidangan yang nikmat mau dia suguhkan.

Bibirnya tersenyum tipis saat beberapa makanan sudah diatur sebaik mungkin di atas meja. Kali ini dia membuat spaghetti ala dirinya karena jujur dia sangat ingin memakan makanan ini.

Makanan yang selalu dirindukan ketika berada di negara tempat dimana keluarganya berada. Makanan yang selalu dibeli bersama adik-adiknya yang membuatnya memilih makanan itu untuk makan malam.

Setelah menata dengan rapi. Mata Abraham menatap ke arah pintu kamar yang tertutup. Bibirnya tersenyum kecil saat dia mengingat kejadian tadi sore.

Dengan pelan dia membuka celemek yang dia pakai lalu berjalan ke arah pintu kamarnya.

"Aufa!" Panggil Abraham dengan menetralkan suaranya. "Mau makan malam nggak?"

Tak ada suara. Tak ada jawaban apapun. Namun, Abraham yakin jika istrinya di dalam sana mendengar suaranya.

"Aku memasak untuk makan malam. Kalau kamu gak keluar, makanan lebih ini aku berikan pada tetangga sebelah!" Kata Abraham mengancam lalu segera berjalan ke arah meja makan.

Belum sampai beberapa langkah. Abraham mendengar suara pintu terbuka dengan cepat.

"Enak aja! Istri disini kelaparan. Kamu seenaknya kasih orang," Celetuk Aufa dengan muka cemberut. "Memang suami gila!"

"Memangnya kamu istriku?" Pancing Abraham yang ingin tahu jawaban Aufa.

"Ya jelas. Kamu kan… " Suara Aufa makin rendah saat dia baru menyadari sesuatu.

Dirinya menggigit bibirnya saat menyadari jika suaminya ini pasti sedang mengerjainya. Akhh bagaimana bisa bibirnya dengan mudah menjawab dan membuat kedua pipinya memerah.

"Kenapa diam?" Tanya Abraham yang berjalan mendekati Aufa.

Aufa yang mendengar langkah kaki spontan mundur. Dirinya menatap Abraham yang terus mendekatinya dengan perasaan siaga.

"Mau ngapain kamu? Jangan macam-macam ya, Abra!"

"Satu macam saja sudah cukup," Kata Abraham mengurung Aufa dengan kedua tangannya.

Tatapan mereka beradu pandang. Mata mereka saling menatap lekat satu dengan yang lain. Jantung keduanya sama-sama berdegup kencang.

"Ihhh. Gak usah modus, yah!" Seru Aufa sambil memundurkan tubuh Abraham. "Aku gak bakal kena tipu lagi, Tukang ambil kesempatan!"

Abraham hanya menahan tawanya. Dia lekas berbalik dan melanjutkan langkahnya berjalan ke arah makanan yang sudah ditata rapi sebaik mungkin.

Aufa juga mengikuti langkahnya. Dia duduk dengan tenang dan menatap makanan yang disajikan.

"Kamu beli?"

Abraham menaikkan bahunya.

"Kamu yakin ini masak sendiri?" Tanya Aufa cerewet.

"Jika kamu tak mau memakannya. Letakkan! Aku bisa berikan pada… "

"Tetangga sebelah!" Sela Aufa memutar matanya malas. "Nelantarin istri tapi menyejahterakan tetangga."

"Bukannya kamu yang gak mau makan?"

"Siapa yang bilang?" Seru Aufa dengan muka juteknya.

Abraham tak menjawab lagi. Dia mulai memakan spaghetti itu dengan nyaman. Mata tajamnya juga sambil mencuri pandang ke arah Aufa.

Perempuan dengan rambut yang dikuncir itu menatap penampilan makanan yang sering dibeli dengan seksama. Dari aromanya saja spagetti ini terlihat enak.

"Kalau ragu, jangan dimakan!"

Aufa berdehem. Dia lekas memutar garpu di tangan kanannya dan membuat spaghetti itu melingkar disana. Sebelum dia memakannya wanita itu menutup matanya dan membuat Abraham menahan tawanya.

Dia tak menyangka jika pikiran Aufa sejelek itu padanya. Apakah istrinya berpikir dia memberikan racun di makanan itu.

"Bagaimana hmm?" Tanya Abraham saat melihat Aufa mulai memakan masakannya dengan binar mata yang sangat amat terlihat.

Aufa yang antusias atau dia yang benar-benar mengakui bahwa masakan Abraham enak spontan mencoba menelan makanan itu dengan menetralkan ekspresi wajahnya.

"Biasa saja," Jawab Aufa dengan melirik Abraham sinis. "Gak ada makanan lagi jadi mau tak mau, aku harus memakannya, bukan?"

Abraham menggeleng. Dia tadi bisa melihat bagaimana Aufa yang mulai tak sabar mengunyah. Akhirnya pria itu memakan makanannya dengan cepat lalu mulai menenggak minumannya.

"Setelah makan. Cuci piring, Aufa!"

"Kok…"

"Bukankah aku sudah memasak? Tak bisakah kita bekerja sama?" Kata Abraham lalu pergi meninggalkan Aufa yang mengepalkan tangannya.

...****************...

Wanita itu menghembuskan nafas berat. Dia menatap piring bekas Abraham dan makanannya yang tinggal setengah porsi.

"Untung masakannya enak. Kalau nggak, piring ini bakalan melayang di wajahnya," Umpat Aufa lalu mulai memasukkan spaghetti itu di mulutnya.

"Ya Tuhan. Apa dia beneran masak sendiri? Kenapa Spaghetti ini lebih enak daripada spaghetti langgananku," Lirih Aufa sambil menikmati makanan itu di mulutnya.

Setelah memakan makanannya. Dia lekas mengangkat bekas piring itu ke tempat cuci piring. Dia melihat dapur sudah bersih dan tak ada peralatan memasak yang berantakan.

"Dia sudah mencuci bekas dirinya memasak," Gumam Aufa dalam hati.

Kepalanya menggeleng saat dia mulai terpanah dan kagum pada sikap suaminya semalam. Dia tak mau memikirkan hal lebih jauh lagi karena dirinya tak bisa menebak tingkah laku Abraham yang sebenarnya.

Setelah semuanya beres. Aufa lekas kembali ke kamarnya. Namun, matanya terbelalak saat dia melihat Abraham sudah berbaring di atas ranjang dengan tenangnya.

"Kamu? Ngapain kamu tidur disini?" Seru Aufa yang berjalan mendatangi Abraham dan memukul tubuh pria itu agar terbangun. "Tidur dibawah. Kamu…akhhh!"

Aufa menjerit saat kedua tangannya ditarik dan membuatnya terjatuh tepat di dada bidang Abraham atau diatas tubuh suaminya itu.

Mata Abraham terbuka dan mampu menatap Aufa yang terkejut dengan responnya.

"Ini kamarku dan yang menjadi tanda bahwa, ranjang ini… milikku," Kata Abraham yang membuat mata Aufa membulat.

"Kamu jangan lupa. Sejak kemarin aku tidur disini dan itu bukti bahwa ini ranjangku! Seru Aufa dengan menahan tangannya di atas dada Abraham agar tubuhnya tak semakin menempel.

"Kenapa kita tak berbagi ranjang saja?" Tanya Abraham dengan menaikkan alisnya.

"Apa maksudmu? Jangan macam-macam ya kamu… Akh!" Pekik Aufa lagi saat tubuhnya digulingkan ke samping hingga tubuhnya rebah di ranjang dan Abraham di atasnya.

"Abra. Kamu… "

"Apa kamu lupa dengan ucapanmu sendiri, hm?" Tanya Abraham dengan wajah datarnya.

"Ucapan apa?"

"Kau kalah jauh dariku bahkan untuk memberikan kepuasan. Kau sangat kalah jauh, mmm." Aufa membekap mulut Abraham.

Pipinya memerah saat dia mengingat perkataannya tadi sore.

"Aku hanya ingin membuat pelakor itu sadar. Bahwa pria yang dia goda sudah menikah!" Seru Aufa dengan mendelikkan matanya.

"Bagaimana kalau kita buktikan ucapanmu? Aku ingin melihat bagaimana kamu bisa memuaskanku atau tidak?" Kata Abraham menantang.

"Jangan main… . " Aufa seakan tak mampu menjawab saat bibir Abraham sudah mendarat di bibirnya.

~Bersambung

Terpopuler

Comments

Cahaya Sidrap

Cahaya Sidrap

up thor

2024-05-05

2

Juan Sastra

Juan Sastra

sosor aja terus abra biar lembut tutur katanya

2023-03-01

2

Heru Dwiyantono

Heru Dwiyantono

lanjutkan pergumulannya

2023-02-15

0

lihat semua
Episodes
1 Penawaran Mematikan
2 Penghinaan di Hari Pernikahan
3 Mulut Pedas Aufa!
4 Ceraikan Putriku!
5 Sikap Lain Abraham
6 Pelajaran Pertama Untuk Aufa
7 Bersihkan Aufa!
8 Pertengkaran Pagi
9 Pulangkan Aku ke Papaku!
10 Ketahuan
11 Mertua VS Menantu
12 Perempuan Bernama Auren
13 Kepulangan Bia
14 Insiden Pelakor berakhir Ciuman Pertama
15 Malam Pengantin
16 Kabar Buruk
17 Ditinggalkan!
18 Siapa Abraham Sebenarnya?
19 Gelisah, Galau, Merana
20 Almeera VS Abra
21 Menyatakan Cinta
22 Abraham dan Athaya
23 Frustasi Akut!
24 Bertemu
25 Ketahuan Potret Aufa
26 Dia Kembali!
27 Aku Hanya Mencintaimu
28 Ciuman Penuh Cinta
29 Suap Manja!
30 Kumakan Kamu!
31 Izin Titut Titut Yah?
32 Malam Yang Indah
33 Otak Omes Abang
34 I Want You!
35 Pemanasan Olahraga
36 Menyatakan Hak Milik
37 Ide Gila Baju Dinas
38 Kegiatan Sempurna Ehh!
39 Kebakaran
40 Firasat buruk
41 Permintaan Resepsi Aufa
42 Perusahaan Terguncang
43 Trauma Yang Membekas
44 Sadar!
45 Kamu Percaya sama aku?
46 Kepergian Aufa dan Abraham
47 Pertemuan Aufa dengan Keluarga Abraham
48 Ditolak atau Diterima sebagai menantu
49 Langkah Pertama Abraham
50 Pelaku Kebakaran
51 Gombalan Berakhir Ciuman
52 Tipu Muslihat Abraham
53 Panggilan Misterius
54 Kotak Rahasia
55 Rahasia Semi
56 Paket Kedua
57 Pingsan
58 Kabar Bahagia
59 Sikap Posesif Abraham
60 Cake Coklat Keju
61 Berhasil!
62 Imbalan Nakal
63 Kepergok?
64 Hadiah Kecil Dari Abra
65 Merestui
66 Ngidam Yang Melelahkan?
67 Suami VS Istri
68 Tekad Abraham
69 Nasehat Almeera
70 Syndrom Morning Sickness
71 Tidur Dengan Mela
72 Kesempatan dalam Kesempitan
73 Bukti Perselingkuhan
74 Mela VS Aufa
75 Pria Tampan
76 Mood Buruk!
77 Pertemuan Kembali
78 Bule Gila!
79 Musibah membawa Berkah Fort
80 Chuross
81 Si Bucin
82 Fort VS Abraham
83 Kelakuan Abra
84 Godaan Mela
85 Cium Pipi?
86 Berkenalan Ulang
87 Traktiran!
88 Bermain Bersama
89 Taruhan
90 Salah Tingkah
91 Hadiah Tanpa Sengaja
92 Terbongkar Perselingkuhan!
93 Didobrak!
94 Memutar Ingatan!
95 Urus Surat Cerai Kita!
96 Kehancuran Keluarga Semi
97 Kabar Buruk Dari Indonesia
98 Rencana Makan Malam
99 Sikap Manja Abraham
100 Dukungan Abraham
101 Aya VS Ryn
102 Keberangkatan!
103 Reyn Aya Kecil
104 Pamit
105 Lamunan Aya
106 Pertemuan Aya dan Reyn Dewasa
107 Cemburu Mode Anak
108 Bengkak
109 Sikap Peduli Abraham
110 Kekhawatiran Calon Ayah
111 Bia tinggal bersamamu
112 Kebahagiaan Aufa
113 Anak Abraham Suka Es Krim
114 Bujukan Aufa
115 Kedatangan Bia
116 Berkumpul Lagi
117 Dendam
118 Diikuti!
119 Ditinggal Sendiri!
120 Kekhawatiran Abraham
121 Balas Dendam Semi!
122 Diikat!
123 Menggilanya Semi
124 Abraham Kembali
125 Siuman
126 Pulang
127 Detik-detik opening
128 Panik
129 Memberi Kabar
130 Penyemangat Utama
131 Welcome To The World
132 Rilis Novel Dibuang Suamiku, Dinikahi Millionaire (dayana)
133 RILIS KISAH ANAK BIA DAN SHAKA
Episodes

Updated 133 Episodes

1
Penawaran Mematikan
2
Penghinaan di Hari Pernikahan
3
Mulut Pedas Aufa!
4
Ceraikan Putriku!
5
Sikap Lain Abraham
6
Pelajaran Pertama Untuk Aufa
7
Bersihkan Aufa!
8
Pertengkaran Pagi
9
Pulangkan Aku ke Papaku!
10
Ketahuan
11
Mertua VS Menantu
12
Perempuan Bernama Auren
13
Kepulangan Bia
14
Insiden Pelakor berakhir Ciuman Pertama
15
Malam Pengantin
16
Kabar Buruk
17
Ditinggalkan!
18
Siapa Abraham Sebenarnya?
19
Gelisah, Galau, Merana
20
Almeera VS Abra
21
Menyatakan Cinta
22
Abraham dan Athaya
23
Frustasi Akut!
24
Bertemu
25
Ketahuan Potret Aufa
26
Dia Kembali!
27
Aku Hanya Mencintaimu
28
Ciuman Penuh Cinta
29
Suap Manja!
30
Kumakan Kamu!
31
Izin Titut Titut Yah?
32
Malam Yang Indah
33
Otak Omes Abang
34
I Want You!
35
Pemanasan Olahraga
36
Menyatakan Hak Milik
37
Ide Gila Baju Dinas
38
Kegiatan Sempurna Ehh!
39
Kebakaran
40
Firasat buruk
41
Permintaan Resepsi Aufa
42
Perusahaan Terguncang
43
Trauma Yang Membekas
44
Sadar!
45
Kamu Percaya sama aku?
46
Kepergian Aufa dan Abraham
47
Pertemuan Aufa dengan Keluarga Abraham
48
Ditolak atau Diterima sebagai menantu
49
Langkah Pertama Abraham
50
Pelaku Kebakaran
51
Gombalan Berakhir Ciuman
52
Tipu Muslihat Abraham
53
Panggilan Misterius
54
Kotak Rahasia
55
Rahasia Semi
56
Paket Kedua
57
Pingsan
58
Kabar Bahagia
59
Sikap Posesif Abraham
60
Cake Coklat Keju
61
Berhasil!
62
Imbalan Nakal
63
Kepergok?
64
Hadiah Kecil Dari Abra
65
Merestui
66
Ngidam Yang Melelahkan?
67
Suami VS Istri
68
Tekad Abraham
69
Nasehat Almeera
70
Syndrom Morning Sickness
71
Tidur Dengan Mela
72
Kesempatan dalam Kesempitan
73
Bukti Perselingkuhan
74
Mela VS Aufa
75
Pria Tampan
76
Mood Buruk!
77
Pertemuan Kembali
78
Bule Gila!
79
Musibah membawa Berkah Fort
80
Chuross
81
Si Bucin
82
Fort VS Abraham
83
Kelakuan Abra
84
Godaan Mela
85
Cium Pipi?
86
Berkenalan Ulang
87
Traktiran!
88
Bermain Bersama
89
Taruhan
90
Salah Tingkah
91
Hadiah Tanpa Sengaja
92
Terbongkar Perselingkuhan!
93
Didobrak!
94
Memutar Ingatan!
95
Urus Surat Cerai Kita!
96
Kehancuran Keluarga Semi
97
Kabar Buruk Dari Indonesia
98
Rencana Makan Malam
99
Sikap Manja Abraham
100
Dukungan Abraham
101
Aya VS Ryn
102
Keberangkatan!
103
Reyn Aya Kecil
104
Pamit
105
Lamunan Aya
106
Pertemuan Aya dan Reyn Dewasa
107
Cemburu Mode Anak
108
Bengkak
109
Sikap Peduli Abraham
110
Kekhawatiran Calon Ayah
111
Bia tinggal bersamamu
112
Kebahagiaan Aufa
113
Anak Abraham Suka Es Krim
114
Bujukan Aufa
115
Kedatangan Bia
116
Berkumpul Lagi
117
Dendam
118
Diikuti!
119
Ditinggal Sendiri!
120
Kekhawatiran Abraham
121
Balas Dendam Semi!
122
Diikat!
123
Menggilanya Semi
124
Abraham Kembali
125
Siuman
126
Pulang
127
Detik-detik opening
128
Panik
129
Memberi Kabar
130
Penyemangat Utama
131
Welcome To The World
132
Rilis Novel Dibuang Suamiku, Dinikahi Millionaire (dayana)
133
RILIS KISAH ANAK BIA DAN SHAKA

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!