19. Baby

Drrrttt

Drrrttt

Drrrttt

"Assalamu'alaikum beb.." sahut Bintang.

"... "

"Iyaa baby... nanti malam ke sana" Bintang.

"..."

"Ok... Assalamu'alaikum" Bintang mematikan ponselnya.

Lupakah Bintang ada dua gadis di jok belakang? Bahkan Mentari menatapnya dengan penuh tanda tanya, lain dengan Habiba yang membuang pandangan ke luar jendela.

"Hemm..." Deheman Mentari, sialnya Bintang hanya melirik dari spion depan.

Sebersit senyum tipis mewarnai.

Jangan lupa Habiba masih buang pandangannya ke arah jendela, entah dengan pikiran seperti apa saat ini.

Keheningan tercipta diantara mereka, hingga mobil terparkir di depan kediaman Habiba.

Ketiganya keluar secara bersamaan, Bintang dan Mentari mengantar Habiba ke dalam.

Ada Fathan yang memyambut salam mereka dan mempersilahkan ketiganya masuk.

"Koq bisa bersamaan?" Tanya Fathan pada akhirnya.

"Tadi Biba ngerjain tugas di rumah Tari mas!" Sahut Habiba, ia hafal betul dengan karakter sang kakak.

"Mas, kami langsung pamit ya" Ujar Bintang. Fathan mengangguk tak lagi berbasa basi.

Kini Fathan bersama Habiba, kedua orang tua mereka tengah pergi ke majelis.

"Jaga pandangan dek" Fathan mulai dalam mode serius.

"In syaa Allah mas, sampai saat ini Biba masih jaga pandangan kok" Biba santai memegang camilan.

"Mas tuh lihat kamu masih suka lirik lirik Bintang" Cecar Fathan, gemas juga dia dengan adik ABG nya itu.

"Reflek kali mas, gak di sengaja" Habiba masih saja membela diri, meski ia menyadari yang diucapkan kakaknya ada benarnya, bahkan sangat benar.

Ini Habiba mulai nakal gak sih?

"Dasar kamu dek, bagaimanapun ia belum jadi mahram kamu" Fathan masih semangat menasihati adiknya, bukan Fathan tidak percaya, bagaimanapun Habiba masih remaja yang labil.

"Siap maszeh" Habiba memberi hormat pada kakaknya.

Habiba memilih tetap di kamar selepas isya, percakapan laki laki itu dalam mobil membuatnya sedikit tak nyaman.

"Beb, Baby..." lirihnya, mengingat seorang yang di sebut Bintang.

Ia tak habis pikir dengan dirinya sendiri, bagaimana bisa menghampiri lelaki yang bukan mahramnya. Meski mereka diawasi Mentari, adik dari laki laki itu.

"Yaa Allah aku ikuti takdirmu" ujar Habiba mengelus elus dadanya.

Ia lebih memilih menghabiskan waktu menunggu kantuk menyerang dengan membaca kitab Allah.

**

Didalam mobil

Bintang dan Mentari tak langsung pulang setelah mengantar Habiba. Bintang mengajak serta adiknya untuk menemui seseorang.

"Bang, kita mau kemana?" Tanya Mentari yang masih menatap abangnya.

"Emangnya mau turun disini?" Tanya balik Bintang, membuat adiknya kesal.

"Habiba pasti nyesel pernah suka sama modelan begini" Gerutu Mentari yang kini bersidekap dada.

Bintang mencubit pipi kanan adiknya, gemas sendiri dengan kelakuannya.

"Abang lo ganteng kali Tar" cicit Bintang semakin membuat adiknya kesal.

"Bang, ngapain tadi di masjid itu lama lama?" Mentari mulai memindai wajah abangnya.

Flashback On

"Assalamu'alaikum" Salam Bintang, menghampiri lelaki tua dan mencium punggung tangan itu takzim.

"Walaikumsalam" jawab mbah Hasyim seraya menepuk nepuk pundak Bintang.

"Mbah, gimana kabarnya?" tanya Bintang dengan gaya santai namun sopan.

"Alhamdulillah mbah masih awet muda" seloroh mbah Hasyim membuat keduanya tertawa.

"Apa sudah selesai masalahmu?" Tanya mbah Hasyim dengan wajah sedikit menggoda.

"Belum mbah, gadisnya sedang ada di mobil bersama adik saya" mbah Hasyim mengangguk.

"Masih ingin memperjuangkan nya?" pertanyaan yang membuat Bintang ragu.

Mbah Hasyim tersenyum, menepuk bahu Bintang.

"Jika wanita itu memang baik, maka patut diperjuangkan" ujar mbah Hasyim kemudian, kini Bintang yang mengangguk.

"Dan..." Bintang kini menatap sendu wajah tua di hadapannya.

"Lakukan semua karena Dia Sang Maha Pencipta, bukan karena dia si hamba" tutur mbah Hasyim mengingatkan.

"Baik mbah, Bintang sedang berusaha ikhlas apapun yang terjadi nanti" senyum manis terbit dari wajah tampannya.

"Hidup itu akan semakin berat dan kamu harus semakin menikmati" mbah Hasyim berdiri dari tempatnya.

"Sebentar lagi maghrib, ambil wudhu dan adzanlah" titah mbah Hasyim, Bintang mengiyakan tanpa menyela.

Selepas wudhu Bintang langsung di persilakan mengumandangkan adzan.

Flashback Off

Mentari masih melongo dengan cerita abangnya.

"Terus kenapa tadi wanita itu meminta kalian memgusap perutnya?" Tanya babang Bin, pura pura gak ngerti.

"Hemm pura pura gak ngerti, abang kan liat" Bintang hanya nyengir kuda dengan penuturan adiknya.

"ABIN cafe?" lirih Mentari lalu melirik sang abang.

"Abang ada perlu, kamu bisa pesen makanan. Jangan lupa bayar!" Ujar Bintang sukses membuat Mentari manyun.

"Panjang amat ya tuh bibir" Imbuh Bintang, meninggalkan Mentari yang belum hendak turun.

"Bang... tunggu" akhirnya kan maraton malam malam dari parkiran.

Tanpa Ba bi bu Mentari menggandeng lengan Bintang, para pengunjung dan karyawan cafe banyak yang tertarik dengan pemandangan itu.

Jarak umur yang tak jauh membuat mereka tampak seperti pasangan muda mudi pada umumnya.

Dan sialnya kedua kakak adik tersebut benar benar tidak perduli dengan penilaian orang.

Meski di rumah sering saling mengejek, dan itu tidak berlaku jika sedang di luar rumah.

"Kamu duduk di sini, pesen aja. Abang mau ke dalem bentar" Titah Bintang. Menunjuk meja pojok, lalu beralih ke salah karyawannya.

"Mbak Tika tolong layani adik saya" ujar Bintang dan berlalu masuk ke dalam ruangan.

Mentari mengamati cafe, matanya mengedar ke seluruh sudut. Pengunjungnya ramai, suasananya sangat muda ada live music di malam hari.

Bintang memanggil mbak Dian ke ruangannya.

"Mas Bin, ada yang bisa dibantu?" Sopan mbak Dian, bagaimanapun Bintang adalah bosnya.

"Mbak, tolong handle cafe ya" ucap Bintang. Mbak Dian hanya diam menatap bosnya.

"Aku ada urusan seminggu ini" Penjelasan Bintang membuat mbak Dian memgangguk.

"Tidak ada masalah atau laporan laporan aneh?" Tanya Bintang.

"Sejauh ini tidak ada mas, semoga tidak pernah ada" Tulus mbak Dian. Bintang mengangguk paham.

"Kalau ada masalah telepon aja mbak" Lanjut Bintang, ia berdiri meninggalkan ruangannya.

"Abang ngagetin deh!" Kesal Mentari yang mendapati Bintang tiba tiba duduk di hadapannya.

"Udah? ayok pulang!" Mentari langsung menggeleng dengan ajakan Bintang.

"O ya bang Bin... Baby siapa?" Tanya Mentari sangat penasaran.

"Tuh..." Tunjuk Bintang pada perempuan berseragam karyawan cafe.

Mentari mengernyit bingung, "Tadi dia yang nelpon abang buat ke cafe" jelas Bintang.

"Mas Bin..." Sapa seorang perempuan.

"Iya kenapa?" Tanya Bintang, perempuan itu nampak canggung dengan adanya Mentari.

"Dia Tari adik saya" jelas Bintang.

"Mas Bin, vokalisnya itu tiba tiba sakit kepala, lagi tiduran di ruang belakang" ujar wanita itu yang bernama baby.

"Tari aja gimana bang?" Eh ini Mentari malah menawarkan diri jadi vokalis pengganti.

Bintang mengangguk, sekian detik kemudian Mentari malah menarik tangan Bintang.

"Kita diet bang" ujarnya.

"Duet kali mba Tari" seloroh Baby, dan Mentari mendelik kearahnya lalu tersenyum.

Mentari gak tahu kali, si Baby ini sudah nangkep lagi jantungnya yang loncat.

Bintang dan Mentari naik ke atas panggung, sorak sorai tepuk tangan sudah memenuhi area cafe. Mentari menyerahkan ponselnya pada Baby untuk merekam mereka.

"Yellow" Ujar Bintang.

Look at the stars

Look how they shine for you

And everything you do

Yeah, they were all yellow

I came along

I wrote a song for you

And all the things you do

And it was called Yellow

So then I took my turn

Oh, what a thing to have done

And it was all yellow

Your skin, oh yeah, your skin and bones

Turn into something beautiful

And you know, you know I love you so

You know I love you so

I swam across

I jumped across for you

Oh, what a thing to do

'Cause you were all yellow

I drew a line

I drew a line for you

Oh, what a thing to do

And it was all yellow

And your skin, oh yeah, your skin and bones

Turn into something beautiful

And you know, for you, I'd bleed myself dry

For you, I'd bleed myself dry

It's true

Look how they shine for you

Look how they shine for you

Look how they shine for

Look how they shine for you

Look how they shine for you

Look how they shine

Look at the stars

Look how they shine for you

And all the things that you do

Lagi lagi tepuk tangan yang mereka dapatkan, Bahkan Mentari turut bertepuk tangan.

Mereka harus menjadi penyanyi pengganti malam ini.

Mentari menatap sang kakak "Bang, Tari mau lah jadi penyanyi di cafe".

Pletak

Mentari meringis, jentikan sang abang mendarat di dahinya.

Episodes
1 01. Bidadari
2 02. Dijodohkan
3 03. Sepasang Mata
4 04. Lima Ribu
5 05. Ku Terima Tantanganmu Habiba
6 06. Memantapkan Hati
7 07. Eh Kayaknya Kenal
8 08. Semoga Mendapat Jodoh Terbaik
9 09. Habiba Maaf
10 10. Fathan Reza
11 11. Pasrah Yaa Allah
12 12. Yakin diterima Habiba?
13 13. Aku Tunggu
14 14. Tertawa Berdua
15 15. Sanggupkah?
16 16. Kembali Pulang
17 17. Tinggalin Habiba
18 18. Jalan Cinta yang Macet
19 19. Baby
20 20. Lintah
21 21. Maju atau Mundur
22 22. Tanpa Penolakan
23 23. Gagal karena Kegaduhan
24 Siap Laksanakan!!
25 Amazing Bunda
26 Jiwa Seorang Qoriah
27 Voting Nikah
28 Ujian Diam Diam
29 Alhamdulillah Sah
30 Sorot Mata Penuh Cinta
31 Nyicil Skin Ship
32 suara Suara Cinta Kita
33 Pengalaman Pertama
34 Mbok Yem
35 Khumairah
36 Habintang
37 Siapa Kamu
38 Senyum Penuh Kemenangan
39 Pelakor
40 Tak Tahu Malu
41 Siap Punya Baby??
42 Pujangga
43 Bruce Lee
44 Mesum
45 Biru biru
46 Peringatan Keras
47 Uhibbuki Fillah
48 Drama Pagi
49 Menahan Sakit
50 Dede buat Mommy Cemburu
51 Lamaran Rado
52 Marahnya Habiba
53 Mencintaimu Habiba
54 Rindu
55 Resah
56 Harga Diri Laki Laki
57 Love Is Habiba
58 Menundukkan Tanpa Harus Memgalahkan
59 Kalah Jurus
60 Double Manten
61 Mengambil Alih Duniaku
62 Merubah Hidupku
63 NgeMALL
64 Sentuhan Kecil
65 Cintaku Bukanlah Keegoisan
66 Pernikahan Mentari 1
67 Pernikahan Mentari
68 Rado Bau Asem
69 Godaan Bintang
70 Baper Karena Kamu
71 Masalah Rumah Tangga
72 Kamu Menyebalkan
Episodes

Updated 72 Episodes

1
01. Bidadari
2
02. Dijodohkan
3
03. Sepasang Mata
4
04. Lima Ribu
5
05. Ku Terima Tantanganmu Habiba
6
06. Memantapkan Hati
7
07. Eh Kayaknya Kenal
8
08. Semoga Mendapat Jodoh Terbaik
9
09. Habiba Maaf
10
10. Fathan Reza
11
11. Pasrah Yaa Allah
12
12. Yakin diterima Habiba?
13
13. Aku Tunggu
14
14. Tertawa Berdua
15
15. Sanggupkah?
16
16. Kembali Pulang
17
17. Tinggalin Habiba
18
18. Jalan Cinta yang Macet
19
19. Baby
20
20. Lintah
21
21. Maju atau Mundur
22
22. Tanpa Penolakan
23
23. Gagal karena Kegaduhan
24
Siap Laksanakan!!
25
Amazing Bunda
26
Jiwa Seorang Qoriah
27
Voting Nikah
28
Ujian Diam Diam
29
Alhamdulillah Sah
30
Sorot Mata Penuh Cinta
31
Nyicil Skin Ship
32
suara Suara Cinta Kita
33
Pengalaman Pertama
34
Mbok Yem
35
Khumairah
36
Habintang
37
Siapa Kamu
38
Senyum Penuh Kemenangan
39
Pelakor
40
Tak Tahu Malu
41
Siap Punya Baby??
42
Pujangga
43
Bruce Lee
44
Mesum
45
Biru biru
46
Peringatan Keras
47
Uhibbuki Fillah
48
Drama Pagi
49
Menahan Sakit
50
Dede buat Mommy Cemburu
51
Lamaran Rado
52
Marahnya Habiba
53
Mencintaimu Habiba
54
Rindu
55
Resah
56
Harga Diri Laki Laki
57
Love Is Habiba
58
Menundukkan Tanpa Harus Memgalahkan
59
Kalah Jurus
60
Double Manten
61
Mengambil Alih Duniaku
62
Merubah Hidupku
63
NgeMALL
64
Sentuhan Kecil
65
Cintaku Bukanlah Keegoisan
66
Pernikahan Mentari 1
67
Pernikahan Mentari
68
Rado Bau Asem
69
Godaan Bintang
70
Baper Karena Kamu
71
Masalah Rumah Tangga
72
Kamu Menyebalkan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!