Bintang tersenyum, sedang Habiba segera menundukkan pandangan nya.
"Silakan duduk!" Habiba.
"Boleh duduk?" Bintang.
ucapan mereka serentak, Bintang menggaruk tengkuknya kemudian duduk. Ia tak akan menyia nyiakan waktunya saat bertemu Habiba.
Lagi lagi matanya jeli menangkap ekspresi gadis bercadar di hadapan nya. Dari matanya yang menyipit, Bintang sangat meyakini Habintangnya tengah tersenyum di balik cadar hitam yang ia kenakan.
"Aku berharap suatu saat bisa melihat senyuman itu tanpa penghalang apapun" seloroh Bintang yang sukses membuat hati berantakan.
Deg
Jantung Habiba berdetak lebih cepat, ada keraguan di hatinya begitu pun ada juga sudut hati yang mengamini. Hatipun berdusta. Ahhh!!!
" Assalamu'alaikum mas... Silakan mau bicara apa?" Habiba mencoba menetralisir perasaan yang limbung sesaat.
Bintang tersenyum "Walaikumsalam HA..BIN..TANG" sahut Bintang dengan menekankan nama kesayangan dengan nada yang sangat lembut untuk gadis yang sedang ia perjuangkan.
Ini fix ya jantung Habiba maraton, jangan di tanyakan lagi. Mungkin jika cadar nya terlepas akan ada wajah blushing bak tomat matang.
"Apa alasan kamu memberikan ku kesempatan?" Pertanyaan langsung Bintang tanpa basa basi.
Habiba sedikit terkejut dengan pertanyaan pemuda dihadapannya itu, ternyata Bintang bukanlah laki laki yang bertele tele, pikir Habiba.
"Biba... Aku nunggu jawaban kamu" Tegas Bintang dan Habiba tahu bahwa Bintang tengah dalam mode serius.
"Bukankah setiap manusia punya kesempatan?" Habiba malah memberikan pertanyaan tanpa menjawab.
"Apa cuma itu alasannya?" Selidik Bintang, "Aku tidak sedang main main Habiba!" imbuh Bintang menatap Habiba, meski yang ditatap menundukkan kepalanya.
"Aku tahu! maka dari itu aku memberikan kesempatan dan.. " Ucapan Habiba terpotong karena kedatangan pelayan cafe yang membawa pesanan mereka. Lebih tepatnya Habiba yang memesankan sebelum Bintang datang.
'tegas' Batin Bintang, ada seringai tipis dan sangat tipis yang tak terlihat.
"Silakan dinikmati" ujar pelayan ramah.
"Terimakasih mbak" sahut Habiba, memandang ke arah pelayan wanita itu dan mengangguk sopan.
'menarik' monolog Bintang menilai.
Habiba mendorong camilan itu lebih dekat ke arah Bintang "silakan!".
"terimakasih" jawab Bintang datar, Habiba hanya memgangguk sebagai jawabannya. Bintang ini lagi deg deg an parah loh ya, jadi datar kaya triplek.
"Biba... mohon di perjelas alasan kamu!" Pinta Bintang. "Apa hanya itu alasan kamu? Bukankah sebelum aku, sudah ada yang melamarmu?" beruntun pertanyaan Bintang meminta kepastian.
Habiba tersenyum tipis, yakinlah Bintang pun tak mampu menangkap dari mata Habiba.
"Apa keyakinanmu hilang setelah bertemu abah?" Sarkas Habiba dengan nada yang masih lembut.
DEG
Ada rasa yang tercubit di sudut hati Bintang, kenapa ia jadi lembek dan dimana rasa percaya dirinya.
"jujur iya" ujar Bintang. Habiba memilin ujung hijabnya yang jatuh diatas pangkuannya. Percayalah hati Habibapun ada yang terasa nyeri karena jawaban Bintang.
'Astaghfirullahalazim' Habiba mencoba menormalkan perasaannya yang entah apa.
"Aku akan datang bersama ayah dan bunda malam minggu ini" ucap Bintang kemudian.
"Maaf mas, aku tidak memaksamu untuk datang dan...aku juga tidak menghalangi untuk datang" Tegas Habiba.
Ada keheningan di antara mereka, terasa hening diantara ramainya pengunjung cafe yang datang.
"Apa alasanmu menolak dua lamaran sebelum aku, dan apa perasaanmu padaku?" Tanya Bintang memecah keheningan.
GLEK
Habiba menelan salivanya susah payah "Aku tak mempunyai jawaban untuk kedua pertanyaanmu".
"Biba ju..." kini ucapan Bintang terhenti, Habiba memotongnya cepat.
"sungguh secara pribadi aku tidak punya jawaban akan kedua pertanyaan itu. Mungkin itu skenario maha pencipta" jawab Habiba.
"Tunggu aku malam minggu ini, aku akan menerima syarat dari abah" Tegas Bintang. "Walau aku sedikit ragu karena kamu terlalu sempurna Biba" lanjut Bintang dengan nada yang melemah.
Habiba membuang pandangan ke arah jendela, tanpa ia sadari wajahnya terangkat. Mampu Bintang nikmati wajah ayu di balik cadarnya.
"Tidak ada manusia yang sempurna dan Jika tidak yakin maka jangan memaksakan diri, itu akan menyiksa" ada helaan nafas panjang sebelum Habiba mengatakan itu.
"Aku menjadi lebih yakin akan datang, walaupun tadi sempat sedikit luntur keyakinanku" Bintang pun merasa mantap dengan ucapannya.
Bintang mampu merasakan ada sedikit pengharapan dari nada bicara Habiba yang menggertak. Mungkin Habiba merasa ragu sama seperti dirinya.
Siang ini Habiba merasa senam jantung karena jawaban jawaban yang terdengar tulus dari Bintang.
"aku.. aku permisi dulu. Sudah terlalu lama dan itu tidaklah baik" Habiba hendak berdiri. "Assalamu'alaikum" ucapnya kemudian melangkah tanpa menunggu jawaban Bintang.
"Walaikumsalam, hati hati" ucap Bintang seraya menatap punggung Habiba yang mulai menjauh.
BRAAAAK
Suara benda bertubrukan, di susul suara pecahan. Semua mampu menarik perhatian pengunjung cafe termasuk Bintang, Habiba pun menghentikan langkahnya dan berbalik.
Tubuh Habiba menegang dan terasa kaku, menyaksikan adegan live di depannya.
Lelaki yang beberapa saat tadi bersamanya kini tengah berdiri setengah menunduk, ada tubuh seorang gadis dalam pelukannya, bahkan dari sudut Habiba berdiri Bintang nampak seperti mengecup pipi gadis yang ada di pelukannya.
"Astaghfirullahalazim" lirih Habiba, memaksa langkahnya untuk pergi meninggalkan cafe sesegera mungkin.
Habiba memasuki taxi online yang sudah menunggunya di luar.
'Astaghfirullahalazim' Hatinya terus beristighfar, bayangan tadi masih membayang jelas seoalah tayangan yang terus berputar.
Bintang di dalam cafe pun memutuskan keluar setelah membantu perempuan yang jatuh bertabrakan dengan pelayan cafe.
Bintang menuju restorannya, sedang Habiba langsung pulang ke rumah.
TING
Suara pesan di ponsel Habiba
+62***********
(Maaf yah, aku hanya bermaksud menolong gadis tadi )
( Izinkan aku memperjuangkan kamu, meski kita belum saling mengenal)
( Bantu doa terbaik, jika kita tidak berjodoh semoga kita masih bisa berteman, walau aku tidak yakin aku bisa merelakanmu)
Ada hangat yang tiba tiba menjalar di sudut hati Habiba, bahkan sudut bibirnya tersenyum tipis, ia tahu siapa si pengirim pesan.
Sayangnya Habiba tidak berniat membalasnya, hanya membacanya berulang kali.
"Assalamu'alaikum" Habiba masuk ke dalam rumah, pintu rumahnya memang selalu terbuka.
"Walaikumsalam" Abah dan seorang menjawab dari ruang tengah. Habiba segera menghampiri meraih tangan abahnya dan menciumnya takzim. Ia pun melakukan hal yang sama pada seorang lelaki di samping abahnya.
"mas Fathan kapan datang? oleh oleh Biba mana?" Biba duduk di sebelah kakak laki lakinya, Fathan segera merangkul pundak adik bungsunya itu.
"Mas penasaran loh sama laki laki yang menemui abah" Seloroh Fathan menggoda adiknya. "Coba buka cadarnya biar mas sama abah bisa lihat mukamu yang merah" imbuh Fathan berhasil membuat Habiba mengeluarkan tatapan mautnya.
"HAHAHAHA" gelegar suara tawa seorang pria dari arah dalam.
Biba berdiri menghampiri lelaki itu dan masuk ke dalam pelukannya.
"Ah! Biba curang mas Reza di peluk, tapi mas Fathan gak seh?" ini Fathan yang komplain.
Biba berbalik menghadap Fathan "wleeek" menjulurkan lidah menggoda sang kakak. "Mas Fathan bauk!" imbuhnya sembari mengibaskan tangan di depan hidung mancungnya.
Abah menggeleng dengan kelakuan tiga bersaudara itu. "Biba, ashar dulu nanti temui abah disini. Ada yang mau abah bicarakan dengan mas mu!" Titah abah, Habibapun naik ke kamarnya.
Kini giliran Fathan yang menjulurkan lidahnya "Wleeeek". Habiba mengeluarkan kepalan tangannya dan berlalu pergi. " Assalamu'alaikum ".
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
abdan syakura
eeee Neng Habiba ...
trnya punya babang jg...
2023-01-26
0