08. Semoga Mendapat Jodoh Terbaik

Bintang masuk setelah mengucapkan salam, ada ayah bunda juga Mentari sang adik. Kedua orang tuanya memandang datar, lain dengan Mentari yang tersenyum menggoda.

"Duduk!" Seperti biasa ayahnya berbicara dengan nada tegas, Bintang pun duduk di depan ayah dan bundanya, sedang Mentari duduk nyaman sendiri di sofa single.

"Bintang... Tadi bunda cerita kalo kamu minta di lamarkan seorang gadis. Apa benar?" Serius ayah Hendra, menatap lekat ke dalam manik mata Bintang. Berusaha mencari kebohongan di dalamnya. Entahlah sorot mata putranya sulit untuk diartikan.

Bintang memgangguk mantap, "iya yah" Memberikan jawaban yang tak kalah tegas penuh keyakinan.

"Sudah berapa bulan?" Tanya ayah Hendra membuat Bintang mengernyit bingung, begitu juga dengan Mentari yang bahkan membelalakkan kedua matanya.

"Baru tiga kali yah" Sahut Bintang santai, setelah menormalkan pemikirannya.

"Yaa ALLAH Bintang, ayah pikir kamu hanya suka berantem dan balapan liar gak jelas. Tapi, ternyata kamu ngerusak anak gadis orang" Ujar ayah Hendra dengan wajah merah padam seperti menahan amarah.

Ini ayah Hendra menahan amarah loh ya, bukan menahan mules ingin ke toilet.

Sontak semua mata penghuni rumah langsung menguliti Bintang dengan tatapan tajam mereka. Bintang menghirup nafas panjang, sepertinya ada yang salah dalam pembicaraan ini.

"Kak, bener itu temen Tari? Siapa namanya?" Kini Mentari yang buka suara.

"Habiba!" Jujur Bintang.

"Apa???" Bola mata Mentari hampir saja berlari meninggalkan tempatnya. "Gak mungkin kak, Habiba bukan gadis seperti itu. Jangan fitnah yaaaa! " Imbuh Mentari merasa tak terima saat Bintang dengan santai menyebut nama Habiba.

Karena kesal Bintang menutup mulut adiknya yang sudah siap siap mengeluarkan suara toanya.

Menatap tajam adiknya yang terus memberontak, hingga Mentari ciut dibuatnya. Merasa semakin aneh dengan situasi saat ini, menjadi pesakitan di tengah keluarganya.

Oke Bintang sabarkan panjangmu, sampai meteran tak mampu mengukurnya. Hadeuh!!

"Bintang, lepaskan adikmu!" Ayah Hendra kembali memberi perintah, sudah mirip komandan polisi di film film India. Sebelum melepaskan sang adik Bintang lebih dulu menjewer bibir adiknya, otomatis membuat Mentari semakin memberengut kesal.

"Ayah... " Ujar Bintang dan terpotong dengan ucapan ayahnya.

"Jelaskan sejelas jelasnya!" Tuntut ayah Hendra. Tahu gak seh ubun ubun Bintang sudah keluar asap, ditambah dari telinga dan hidung. Jangan di kira wedus gembel dari merapi.

"Ini baru mau di jelasin, ayah motong ucapan Bintang" Sungut Bintang.

Lah kemana bunda Sara, pemilik suara toa yang diwariskan pada Mentari? Bunda Sara masih memyimak pembicaraan antara ayah dan anak, lebih tepatnya intimidasi pada Bintang. Kasihan Bintang.

"Ayah, bunda... Aku ketemu Habiba itu baru tiga kali dan yang ketiganya itu juga aku nemuin abah dan umanya Habiba" Jelas Bintang sebelum akhirnya berkata "aku ngelamar Habiba" Yang sukses membuat mereka terpesona. Bukan bukan lebih cocok menganga karena terkejut, jangan sampai saking terkejutnya ada Banteng yang numpang tidur dalam mulut.

"Kamu gak apa apain anak orang kan Bin? Awas ajah kalo sampai berani" Oke, ini bunda yang berujar, dengan gaya menggulung lengan bajunya. Padahal bunda pakai lengan pendek loh, itu lengan baju siapa yang digulung?

"Bunda belum Creambath pasti. Buktinya mikirnya ngeres" Celetuk Bintang, kesal. Bunda habis nyemir rambut itu, mungkin pewarna rambutnya ada yang rembes. Durhaka!

"Udah buru lanjutin ceritanya" Titah bunda Sara. Bintang mencebik bahkan ayah dan Mentari memandang takjub wanita terhebat mereka. The power of bunda Sara, sudah nuduh masih aja kasih perintah sakarepe (semaunya).

Akhirnya Bintang menyelesaikan ceritanya, tanpa memberi kesempatan ketiga orang di hadapannya untuk memyela apa lagi sampai memotong ceritanya. Bahkan ia sempat kesal kala ia dituduh menghamili Habiba.

Kalo Bintang seh mau mau aja, ya kan ya? Habiba mau juga kali ya, mau geplak tuh kepala Bintang.

"Oke ayah setuju. Malam minggu besok kita ke sana untuk melamar" Final ucapan ayah. Bintang merasa lega.

"Tapi abahnya ngajuin syarat yah... " Lirih Bintang.

**

Hari sudah semakin larut, Habiba dengan piyama panjang dan hijab instan tanpa cadar, duduk di tepi balkon. Ia masih terjaga, sulit mengantuk akhir akhir ini. Nama Bintang yang selalu terbersit dalam pikirannya.

Habiba mendengar suara mobil abahnya memasuki gerbang, ia turun menghampiri abahnya sekaligus ingin mengambil air minum. Habiba selalu sedia air minum sebelum tidur, ia malas harus turun ke dapur saat haus tengah malam.

"Abah" Habiba mendekat, meraih tangan abahnya lalu menciumnya takzim.

"Assalamu'alaikum" Jawab abah Ahmad.

"Walaikumsalam bah... Hehehe Biba lupa" Gadis manis itu nyengir, bagaimana bisa melupakan salam.

"Uma sudah tidur?" Tanya abah, ia tidak melihat istrinya semenjak pulang. Karena kebiasaan Uma akan menyambut kepulangan abah.

Habiba memgangguk "Tadi Uma sudah minum obat sakit kepala bah" menjelaskan keadaan sang bunda. Abah menghembuskan nafas panjang.

"Kenapa lihatin Biba begitu bah?" Tanya Habiba penasaran dengan tatapan abah yang penuh selidik.

"Putri abah yang cantik ini siap mengemban tanggung jawab sebagai istri?" tanya abah setelah membawa putrinya duduk di kursi dekat dapur.

"Entahlah bah" jelas terdengar ragu jawaban Habiba.

Abah mengernyitkan dahi, mengulas senyum "Kalo memang belum siap kamu bisa jujur sama nak Bintang, abah yakin dia akan menerima apapun keputusanmu" nasihat abah.

"sudah sholat istikharah?" tanya abah kemudian, di jawab dengan anggukan kepala Habiba.

Wajah Habiba yang merona dapat menyiratkan sesuatu yang baik, telebih muncul seulas senyum tipis dari bibir ranumnya. Sang abahpun mampu menangkap itu dengan jelas dan nyata.

"Hasilnya?" jujur sebagai orang tua abah pun ingin tahu lebih tentang putrinya sebelum memindahkan tanggung jawab pada suaminya kelak.

"Habiba sholat dengan diimami seorang lelaki bah, Habibapun mencium punggung lelaki itu... " ujar Habiba.

"Lelaki itu nak Bintang?" Tanya abah.

Hay guys,, abahpun bisa lebih kepo dari emak emak yaa...

Habiba mengangguk samar, itu sudah cukup membuat abahnya tersenyum.

"Nak Bintang sudah mengatakan kalo dia anak geng motor, suka kelayapan malam malam dan seorang vokalis band..." ulas abah.

"pasti banyak perempuan yang mengaguminya, ditambah paras nak Bintang yang... " lagi lagi abah menggantungkan ucapannya.

Habiba menatap abahnya dengan tatapan yang sulit diartikan, membuat abahnya tersenyum.

"hemmm... hampir tengah malam, abah dan Biba masih asyik ngobrol" kini Uma menghampiri suami dan putrinya.

"assalamualaikum Uma, sudah sehat?" sapa abah seraya meminta Uma duduk di sampingnya.

"walaikumsalam abah" Uma tersenyum seraya mencium punggung tangan suaminya. "abah pulang jam berapa?" tanya Uma.

semua live di depan mata Habiba, hatinya berdesir seolah melihat mimpinya kembali dua malam kemaren.

Nah kan Habiba belajar menjadi istri dari Uma nya yang luar biasa.

"Abah sama Habiba ngobrolin apa? ini sudah hampir tengah malam" tanya Uma yang merasa penasaran dengan obrolan ayah dan anak itu.

"abah menanyakan kesungguhan Habiba Uma" tutur abah, Uma mengangguk paham.

"Habiba yakin?" Kini Uma memandang putrinya penuh tanya. Ada keraguan dari air muka Habiba.

Habiba memandang wajah kedua orang tuanya secara bergantian, mencari jawaban yang tepat.

"Jika benar nak Bintang serius, ia akan membawa kedua orang tuanya kemari" Ucap abah mengerti akan keraguan Habiba.

"Habiba... jika besok nak Bintang bisa memenuhi syarat yang abah ajukan" Abah menghela nafas dalam, "mungkin memang ia jodoh yang terbaik untukmu" imbuh abah.

"Biasanya anak geng motor ugal ugalan bah, suka dengan dunia malam. dekat dengan alkohol bahkan obat terlarang" Tutur Uma merasa khawatir jika putrinya dinikahi Bintang yang notabene anak geng motor.

"Astaghfirullahalazim Uma, tidak semua anak geng motor dekat dengan alkohol dan obat terlarang" ujar abah tidak sependapat dengan istrinya.

"Kadang sampul kita yang rapat, alim belum tentu kita lebih baik dalam pandangan ALLAH, karena hati dan ketulusan itu hanya ALLAH Sang Maha Mengetahui" Imbuh abah, agar istri dan putrinya tidak melihat seorang hanya dari luar saja.

"Astaghfirullah.. maafkan Uma bah" ujar Uma menyesal.

Beralih pada Habiba yang hanya menjadi pendengar, jangan salah Habiba tengah berbunga mendengar penuturan abah. Luapan hatinya bahkan sudah menjalar, menarik sudut bibirnya.

Abah dan Uma saling pandang sesaat setelah melihat wajah putrinya. Senyum tipis Habiba dan sorot matanya seolah bersenandung yakin akan keputusannya.

Semoga mendapat jodoh terbaik, sehidup sesurga.

Terpopuler

Comments

abdan syakura

abdan syakura

Smg berjodoh ya , HaBintang...

2023-01-26

1

lihat semua
Episodes
1 01. Bidadari
2 02. Dijodohkan
3 03. Sepasang Mata
4 04. Lima Ribu
5 05. Ku Terima Tantanganmu Habiba
6 06. Memantapkan Hati
7 07. Eh Kayaknya Kenal
8 08. Semoga Mendapat Jodoh Terbaik
9 09. Habiba Maaf
10 10. Fathan Reza
11 11. Pasrah Yaa Allah
12 12. Yakin diterima Habiba?
13 13. Aku Tunggu
14 14. Tertawa Berdua
15 15. Sanggupkah?
16 16. Kembali Pulang
17 17. Tinggalin Habiba
18 18. Jalan Cinta yang Macet
19 19. Baby
20 20. Lintah
21 21. Maju atau Mundur
22 22. Tanpa Penolakan
23 23. Gagal karena Kegaduhan
24 Siap Laksanakan!!
25 Amazing Bunda
26 Jiwa Seorang Qoriah
27 Voting Nikah
28 Ujian Diam Diam
29 Alhamdulillah Sah
30 Sorot Mata Penuh Cinta
31 Nyicil Skin Ship
32 suara Suara Cinta Kita
33 Pengalaman Pertama
34 Mbok Yem
35 Khumairah
36 Habintang
37 Siapa Kamu
38 Senyum Penuh Kemenangan
39 Pelakor
40 Tak Tahu Malu
41 Siap Punya Baby??
42 Pujangga
43 Bruce Lee
44 Mesum
45 Biru biru
46 Peringatan Keras
47 Uhibbuki Fillah
48 Drama Pagi
49 Menahan Sakit
50 Dede buat Mommy Cemburu
51 Lamaran Rado
52 Marahnya Habiba
53 Mencintaimu Habiba
54 Rindu
55 Resah
56 Harga Diri Laki Laki
57 Love Is Habiba
58 Menundukkan Tanpa Harus Memgalahkan
59 Kalah Jurus
60 Double Manten
61 Mengambil Alih Duniaku
62 Merubah Hidupku
63 NgeMALL
64 Sentuhan Kecil
65 Cintaku Bukanlah Keegoisan
66 Pernikahan Mentari 1
67 Pernikahan Mentari
68 Rado Bau Asem
69 Godaan Bintang
70 Baper Karena Kamu
71 Masalah Rumah Tangga
72 Kamu Menyebalkan
Episodes

Updated 72 Episodes

1
01. Bidadari
2
02. Dijodohkan
3
03. Sepasang Mata
4
04. Lima Ribu
5
05. Ku Terima Tantanganmu Habiba
6
06. Memantapkan Hati
7
07. Eh Kayaknya Kenal
8
08. Semoga Mendapat Jodoh Terbaik
9
09. Habiba Maaf
10
10. Fathan Reza
11
11. Pasrah Yaa Allah
12
12. Yakin diterima Habiba?
13
13. Aku Tunggu
14
14. Tertawa Berdua
15
15. Sanggupkah?
16
16. Kembali Pulang
17
17. Tinggalin Habiba
18
18. Jalan Cinta yang Macet
19
19. Baby
20
20. Lintah
21
21. Maju atau Mundur
22
22. Tanpa Penolakan
23
23. Gagal karena Kegaduhan
24
Siap Laksanakan!!
25
Amazing Bunda
26
Jiwa Seorang Qoriah
27
Voting Nikah
28
Ujian Diam Diam
29
Alhamdulillah Sah
30
Sorot Mata Penuh Cinta
31
Nyicil Skin Ship
32
suara Suara Cinta Kita
33
Pengalaman Pertama
34
Mbok Yem
35
Khumairah
36
Habintang
37
Siapa Kamu
38
Senyum Penuh Kemenangan
39
Pelakor
40
Tak Tahu Malu
41
Siap Punya Baby??
42
Pujangga
43
Bruce Lee
44
Mesum
45
Biru biru
46
Peringatan Keras
47
Uhibbuki Fillah
48
Drama Pagi
49
Menahan Sakit
50
Dede buat Mommy Cemburu
51
Lamaran Rado
52
Marahnya Habiba
53
Mencintaimu Habiba
54
Rindu
55
Resah
56
Harga Diri Laki Laki
57
Love Is Habiba
58
Menundukkan Tanpa Harus Memgalahkan
59
Kalah Jurus
60
Double Manten
61
Mengambil Alih Duniaku
62
Merubah Hidupku
63
NgeMALL
64
Sentuhan Kecil
65
Cintaku Bukanlah Keegoisan
66
Pernikahan Mentari 1
67
Pernikahan Mentari
68
Rado Bau Asem
69
Godaan Bintang
70
Baper Karena Kamu
71
Masalah Rumah Tangga
72
Kamu Menyebalkan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!