Tok tok tok
"Ayah.. Bunda" Panggil Bintang setelah mengetuk pintu.
"Ya bentar Bintang.." Sahut Bunda.
CEKLEK
Bunda Sara keluar dengan raut wajah yang sulit diartikan. Semakin tak bersahabat kala Bintang cengar cengir kaya orang kesambet. Kesambet rumah kosong di pengkolan. Haaiiissh.
"Mesam mesem emang ganteng?" Sarkas Bunda Sara.
"Hemm bunda putramu ini memang paling ganteng kan?... Setelah ayah" Ujar Bintang. "Eh... Emmm" Imbuh Bintang gugup.
"A... E... A... Emmm. Belajar ngomong kamu?" Ketus bunda Sara. Tak habis pikir dengan anak lelakinya yang terkenal bad boy. Ngomong aja belepotan kaya anak setahun.
"Lamarin Bintang cewek bun. Abahnya minta ketemu ayah dan bunda" Ucap Bintang, seraya mundur dua langkah kebelakang. Jangan sampai sandal bunda mendarat di wajah tampannya... Apa kata dunia?
Jangan tanyakan reaksi wajah bunda Sara, tatapan tajamnya seakan menguliti Bintang, mengoyak organ dalamnya, mencabik cabik jiwa raganya. Ah lebay nih Bintang.
"Oke,,, Bunda siapin seserahannya. Sini..." Eh eh eh bunda Sara malah kalem kalem aja tuh jawabnya, berbanding terbalik dengan raut wajahnya. Malah ngeri gak seh?? SEREM.
"Apanya bun?" Tanya Bintang bingung.
"ATM kamu, masa minta ayah" Jelas bunda Sara. Bintang mengangguk dan memberikan kartu ATM dari dompetnya.
"Bunda... Ceweknya masih kuliah. Temennya Mentari" Ujar Bintang masih dengan mode mesem mesem gak jelas.
Ya kan... ya kan.. Reaksi bunda masih sulit diartikan. Bikin Bintang serem dan ingin nyungsep di sawah tetangga. Kenapa gak nyungsep di pembuangan tetangga aja seh... Yang elit dikit di selokan atau parit he.
"Oke jadi siapa namanya, kapan mau kesana?" Tanya bunda tampak antusias. "Bunda malah seneng kamu dah nikah, gak bikin pusing bunda" Imbuh bunda tetap semangat. Nah.. Jadi itu sebenarnya niatan dan alasan bunda, bunda oh bunda amazing!
"Habiba bun" Sahut Bintang sedikit lemas. Tak menyangka bundanya akan antusias hanya untuk meringankan beban pusing di kepala... Bintang gak senakal itu bun, hanya suka balap liar dan duel ajah.
**
BRAAAKKK
"Astagah KAMVRET!!! " Brian mengusap dadanya kaget, matanya tajam menatap Bintang yang dengan sengaja membanting pintu. Elah yang di tatap tajam malah santuy sambil mesam mesem, bersiul riang duduk di hadapan Brian.
Rian dan Rado masih belum berkomentar, hanya bola mata mereka menelisik setiap gerakan sahabatnya. Reno tidak ada di tempat itu, mungkin membantu ayahnya di kantor.
Bintang menunjuk mereka satu persatu, masih cengar cengir mirip orang gila di lampu merah. Padahal lampunya merah, oren dan hijau, gak adil banget seh yang terkenal si merah.
"Gue sudah ketemu orang tuanya Habiba" Ujarnya riang.
Buuuuggghh
Sebuah bantal sofa mendarat dengan selamat ke Kepala Bintang, "bodo amat! Jantung gue mau loncat b*go" Sinis Brian. Masih kesal dengan kelakuan Bintang.
"Cewek yang gue gambar itu?" Sahut Rado, Rian dan Brian pun mengalihkan pandangan ke Rado. Babang Rado berasa jadi tersangka yang duduk di meja pesakitan. Euumm kasihan!
"Biasa aja ya tuh mata, ikutan lompat aja repot" Ketus Rado, tak nyaman dengan tatapan Rian dan Brian. Jangan tanyakan Bintang, pemuda itu masih asyik senyum senyum, bahkan Kegaduhan teman temannya seperti hiburan komedi. Berasa nonton sirkus nih babang Bin, tak patut tak patut.
"Bintang! Jangan cengar cengir lo di sini? Rumah ustadz jauh" Brian masih ketus, tambah kesal kala Bintang hanya senyam senyum. Uh... Menjengkelkan!
Cup
"Aarggghhh najis lo Bintaaaaang!" Teriak Brian. Sebuah kecupan mendarat di kening Brian. Kecupan sayang kan ini yah bukan n*fsu semata, eh eh babang! Meresahkan!
Rado dan Rian hanya geleng geleng dengan kelakuan Bintang, yang auto membuat Brian kesal sampai ubun ubun. Bahkan laki laki itu telah lari ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya karena mendapat ciuman mesra dari Bintang. Lah ini pasti Brian ngademin ubun ubun yang mulai berasap.
"Yakin lo di terima?" Ini Rian yang ngomong, sat set tanpa tedeng aling aling. Senyum Bintang memudar namun tidak dengan ketampanan nya.
Rado menatap tajam Rian, memberi kode lewat sudut matanya. "Kapan lo ngelamar? Koq kita kita gak di ajak?" Rado membuka suara.
"Kemarin, gue dateng sendiri nemuin abah dan uma" Sahut Bintang sudah dalam mode super serius. Super serius loh ini bukan super series kaya sinetron sinetron.
"Lah hasilnya?" Rado pun tampak serius, begitu juga Rian dan Brian yang sudah kembali dengan wajah segar dan menawan.
"Ayah sama bunda di minta datang kesana" Ucap Bintang, "kapan balapan? Gue grogi nih?" Lanjut Bintang.
"Kalo mertua lo tahu, lo bisa di tolak mentah mentah! " Sarkas Rian. Ia pun merasa bersalah dengan ucapannya tadi.
"Gue dah ceritain kalo gue anak geng motor" Santai Bintang "lah kenapa kali tuh mata?" Bingung Bintang menatap tatapan dari para sahabatnya.
"Lah... " Ucapan Rian terpotong.
"Intinya gue dah ceritain kenakalan gue. Kalo di tolak ya.. Gue sedih dan kalo di Terima ya.. " Ucapan Bintang pun menggantung.
"Lo harus berubah, tuh resto di urusin yang bener. Bini lo mau di kasih makan apa coba?" Reno yang baru nongol di ujung pintu pun menyambar kaya elang lihat anak ayam.
"Eh lo dah cerita, kalo lo punya cafe?" Tanya Brian penasaran. Bintang menggeleng samar makin membuat teman temannya tak mengerti.
"Bagus!" Reno memberikan dua jempol dan tersenyum bangga. "Kan kalo di Terima karena kekurangan lo, itu namanya lo beruntung dan dia wanita langka" Imbuh Reno menjelaskan, ia sangat paham daya pikir teman temannya yang luarrrr biasaa.
Ini babang Reno mau muji loh ya,, ya kan... Ya? walau ia tahu kecerdasan teman temannya di bawah garis kemiskinan.
"Wuuuuiiiih mantap nih babang Reno" Rian menepuk nepuk pundak Reno, otaknya gak bakal sampai kesana mikirnya, ujungnya mentok buntu gak bisa puter balik. Hadeuuuh!
"Gue butuh persiapan gaes... Gila tuh cewek bikin gue nekat banget datangi bonyok nya" Gusar Bintang.
"Kalo cinta sudah membaraaa." Rado mulai memancing.
"Uhuk uhuk" Timpal Brian
"Hahahah itu nyanyi apa batuk Bri? Giliran Reno yang berkelakar.
B2R3 nama band mereka, diambil dari inisial nama personil Bintang, Brian, Rado, Reno dan Rian. Siang itu selain latihan band mereka akan perform di cafe Bintang malam harinya.
**
KRIIIING KRIIIING
Dering ponsel Bintang berdering. 'Bunda' nama yang tertera di layar.
" Assalamu'alaikum bun" Salam Bintang, setelah sambungan telepon terhubung.
"Walaikumsalam, pulang sekarang! " Titah bunda Sara, mau tak mau Bintang segera bergegas pulang dari cafe.
"Oke bun, tunggu yaaa" Sahut Bintang.
"Bunda tunggu, hati hati di jalan. Supaya Habiba gak di ambil orang" Goda bunda Sara. Tak tahukah bunda kalo Bintang sedang gelisah mendengar godaan sang bunda.
Tuuuutttt
Sambungan telepon terputus, Bintang memilih beranjak meninggalkan cafe dan pulang dengan mobilnya. Ya hari ini Bintang tak menunggangi motornya melainkan mobil SUV hitamnya.
Dalam perjalanan pulang, di malam yang semakin larut Bintang mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang.
Ciiiiiiit
Suara decitan rem, berpadu dengan ban yang bermanja aspal jalanan. Bintang menghentikan mobilnya setelah mendahului mobil minibus yang terparkir di tepi jalan. "Eh kayaknya kenal"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments