03. Sepasang Mata

Malam ini Bintang tak jadi pergi, tak mendapat izin sama sekali dari sang bunda. Ayahnya pun melarang keras ia keluar rumah malam ini.

Berdiri di balkon kamar, menatap langit malam yang mendung "di langit mana ada Bintang! Nah Bintangnya ajah lagi ngejogrog disini" Tersenyum dengan kalimat yang beberapa detik lalu meluncur bebas.

Sebotol minuman ringan dan sebatang rokok menemani. Kepulan asap rokok berpadu dengan semilir angin mendatangkan senyuman kegelisahan. "Aduuh gimana gue nemuin bidadari ya" Gumamnya. "Belum tentu juga dia mau sama gue" Nah ini bukan Bintang, kemana rasa percaya diri akutnya itu pergi? Mungkin menguap bersama asap rokok dari mulutnya. Ah!

Meninggalkan balkon dengan menyisakan pintu yang sedikit terbuka, membiarkan angin malam menyaksikan kegelisahannya. "Aaakhhh sial...Habibaaaa" Teriaknya kesal, nafasnya memburu menatap lekat bayang wajah ayu di balik cadar. "Menggoda" desisnya. Nah kan ketutup cadar ajah menggoda gimana ketutup yang lain.. aiisssh.

Angin sampaikan padanya bahwa aku cinta dia, lagu yang cocok kali untuk perasaan Bintang. "Aduuuh kenapa nih langit langit kamar malah muncul Habiba seh. SIAL, kalo ketemu gue c*pok beneran tuh" Mulai frustasi dengan bayangan gadis bercadar di halte bus. "SIAL" umpatnya menendang selimut. Salah apa coba si selimut kena tendang Bintang, gak sekalian ranjangnya di tendang? Huh!

Tuuut tuuutt tuuut

"Halo Bin" Sahut seorang di ujung panggilan.

"Do, bantuin gue! " Todong Bintang tanpa basa basi. " Gambarin nih bidadari yang ganggu penglihatan gue" Imbuhnya ngegas.

"Lah ke dokter mata peak" Ketus Rado

"Buru! Gue kasih ciri cirinya!" Masih ngegas dengan rasa penasaran dan berharap.

"Jangan halu ya Bin... Ntar mikirin 21+ ajah lo yah!" Rado mulai memancing emosi Bintang.

Bintang meminta Rado membuat sketsa wajah Habiba, sungguh habiba mengganggu si babang. Pikirannya terganggu, awas jangan sampai jiwanya terganggu bang.

TRING

Suara pesan masuk dari aplikasi chat hijaunya, dengan tergesa Bintang membuka ponselnya. Pesan Rado yang ia tunggu tunggu akhirnya datang juga. "Ah kampret sih Rado" Kesal Bintang tak mendapatkan gambar yang ia harapkan. "M*nyet".

Hahaha ternyata babang Bintang mendapat gambar penghuni rimba, kan mirip mirip bangsa kita itu. Eitzz.

TRING

Dengan malas Bintang kembali membuka pesan Rado " Yes HAHAHAHA AKHIRNYA" Girang Bintang melompat lompat di kasur empuknya. Aduh! Dah mirip bocil ajah seh babang. Huuh!

Tuuuut

"Halo Bin, apa lagi?" Sungut Rado

"Thanks bro, besok gue traktir cilok" Seloroh Bintang, tak memperdulikan Rado yang cengo dengan traktiran nya.

"Cilok satu gerobak" Ketus Rado

"Lo yang ngabisin sendiri" Melongo gak tuh sih Rado ngabisin cilok segerobak. Lah gimana kalo sama gerobaknya plus abang abang ciloknya. Amazing Amazing Rado.

Tuttt

Dengan tidak sopannya Bintang mematikan sambungan teleponnya, Mungkin Rado sedang koprol di ujung sana saking kesalnya dengan kelakuan gebleg Bintang. Atau mungkin sedang menjambak jambak rambut kucingnya yang sudah melahirkan. Entahlah yang penting dia tersenyum berbunga bunga dengan gambar bidadari nya.

Bintang memandangi galeri teleponya, beruntung melihat wajah yang Habiba sembunyikan di balik cadarnya. "Digambar ajah cantiknya gak ada obat, lah kemarin itu yang asli lebih cantik" Gumamnya memvisualisasikan bidadarinya. "Ah! Pasti lebih cetar saat di pelaminan" Kikik Bintang mencium gambar di ponselnya.

Tapi ngomong ngomong bidadari nya itu bakal di pelaminan sama siapa bang? Ih pede!

**

BRAK BRAK BRAK

Paham dong ini kelakuan siapa? Yang pagi pagi gedor gedor pintu kamar Bintang. Mentari sudah rapi dengan setelan celana jeans yang menggantung diatas mata kaki, kaos oversize hitam, rambut kuncir kuda berponi dan jangan lupakan sneaker biru muda yang melekat pas di kakinya.

"Abang bangun! Anterin aku ke kampus. Disuruh ayah!" Teriak Mentari, sambil terus mengetuk pintu kamar.

CEKLEK

Sontak Mentari menutup hidungnya dengan kedua tangan "abang jorok pake banget seh, nguap gak ditutup. BAUKK!" kesalnya pada kakak satu satunya yang malah mencium pipinya sedikit meninggalkan rasa basah. "Bundaaaa" Berlari menjauh menyusul sang bunda di meja makan.

Kemana ayah Hendra? Jangan tanyakan ayah Hendra, beliau sudah berangkat ke kantornya.

"Aduuuh! Tari jangan berisik" Bunda meletakkan telunjuknya di ujung bibir. "BINTAAAANG, antar Tari ke kampus!" Mentari menutup kedua telinganya. Suara bundanya memekakan telinga.

"Jangan kaya di hutan bunda" Ingat Mentari, dengan kelakuan sang bunda yang suka berteriak-teriak seperti dirinya.

Mana ada ibu seperti anaknya. Mentari, yang ada anak seperti ibunya. Paham dong kelakuan Mentari yang suka teriak nurun dari siapa? Upppss!

"Pagiii everybody" Senyum mengbembang Bintang menyapa kedua wanita yang paling ia sayangi.

Cup

Tak lupa kecupan di pipi sang bunda "pagi bunda sa... "

"Sarapan buruan, anter tuh ke kampus" Potong Bunda Sara, menunjuk Mentari dengan dagunya.

Maksud Bintang itu 'bunda sayang' malah jadi 'sarapan' uh, sudahlah! Dan Ini bunda pagi pagi kenapa kali? Gak dapet jatah mungkin semalam... Pagi pagi sudah naik darah. Lah mending naik level.

**

"Bang, nih motor siapa? Motor abang di jual ya?" Heran Mentari melihat motor matic yang abangnya pakai.

CETEK

Sentilan manjalita mendarat di kening Mentari, "adik gak ada akhlak" Ketus Bintang. "Pakai" Menyodorkan helm ke Mentari. Mentari masih saja mengusap keningnya yang terasa sakit, mencebik kesal.

Fungsi poni ngapain nangkiring di jidat, gak bisa ngalangin serangan Bintang. Lah itukan poni yak, dipikir tameng perang.

"Buru naik!" Titah Bintang. Mentari pun sudah duduk nyaman dalam boncengan sang kakak.

"Abaaang, bawanya jangan ngebut ngebut juga kali. Aku kan belum kawin" Mentari makin memeluk erat Bintang.

Ciiiiit

"Abaaang!" Mentari makin dibuat kesal oleh kelakuan abangnya. gimana gak kesel, sudah cetar cantik malah ciuman sama helm.

"Tuh mulut kalo ngemeng bisa bener gak? Kuliah selesein dulu baru mikirin kawin" Gadis itu langsung menutup mulutnya, tatapan tajam abangnya benar benar membuatnya ngilu. Terlebih bunda tidak ada diantara mereka.

"Maaf bang, salah ngomong" Jujur Mentari, "ayo bang jalan" Mengusap lengan Bintang berharap abangnya melupakan ucapannya.

Mentari nih jago bunda, beraninya kalo ada bunda nya doang. Duh duh duh...

Lima belas menit kemudian mereka sampai di kampus Mentari. Mentari tersenyum manis mencoba menghilangkan kekesalan sang kakak.

"Gak perlu senyum senyum" Ketus Bintang menampilkan wajah datar tak bersahabat. Eh bersaudara.

"Makasih ya bang" Ujar Mentari, hendak membalikkan badannya.

Cup

Sebuah ciuman permintaan maaf sebelum benar benar membalikkan badan dan melangkah masuk ke dalam kampus. "Maaf yah bang" Ujarnya lirih "bye baaang muach" Benar benar kabur dari tatapan abangnya, melambai tangan memberi ciuman jarak jauh.

Buset tuh sii Mentari kagak mikir apa? Di tempat umum main nyosor nyosor ajah persis kaya bebek di comberan. Eitz daah! Apa kata cacing cacing disana coba.

Sepasang mata di balik kerumunan para mahasiswi menyaksikan jelas keadaan s*sor menyosor, lebih tepatnya s*sor di s*sor antara abang dan adek. Mata yang melihat tanpa telinga yang mendengar akan terasa ambigu dengan perasaan tercubit menggelitik.

Bintang masih berdiri angkuh bersandar pada motor matic pinjamannya, 'hadeuh dah gede main cium cium di tempat umum. Sengaja emang biar gak ada mahasiswi yang klepek klepek' begitulah kira kira isi otak kepedean tingkat nasional Bintang. Kronis dan tak ada obat.

"Bang Bintaaang" Sosok gadis mungil berdiri di depannya dengan senyum terukir sempurna. "Bang Bin itu loh ganteng bener tak ada lawaaan" Imbuhnya membuat Bintang jengah.

"Gak Mentari gak lo, sukanya bikin abang naik ke puncak" Ujar Bintang memasang wajah geram.

"Puncak kenikmatan bang? Hahaha" Celetuk gadis seumuran adiknya, Mentari.

PLETAK

Sebuah gantungan kunci motor mendarat manis sempurna di kening gadis itu "Bang Biiin sakiiitt tauk!" rengeknya mengusap kening yang memerah.

"Hadeuh Shanum mulut lo sama Mentari di sekolahin dulu dah, balik ke TK" Gadis bernama Shanum itu cengengesan. "Sana masuk abang mau balik" Mengusir Shanum adalah jalan terbaik.

"Bang di suruh ke rumah sama papa" Ujar Shanum masih dengan senyumannya. "Di suruh lamar Shanum katanya bang" Imbuhnya sukses membuat Bintang menahan amarah. "Daaah ABAAANG" Shanum memilih mundur alon alon kemudian berlari kencang sebelum wajah Bintang yang merah padam berubah biru keunguan. Ah! Kan gak lucu ya. Ini kan Bintang bukan dewa Krisna.

Dan jangan lupakan sepasang mata yang masih setia melirik memperhatikan interaksi Bintang bersama dua gadis berbeda secara bergantian di depan kampus.

Ngomong ngomong ini sepasang mata siapa? Mata manusia, mata kucing atau mata.. Makhluk goib?

Terpopuler

Comments

💦tiatiandra💦

💦tiatiandra💦

Alhamdulillah sejauh ini masih bagus..

2024-01-12

0

abdan syakura

abdan syakura

Wa'alaikumussalam Author Habintang....
Semangat sll ya,Kak!!

2023-01-26

1

lihat semua
Episodes
1 01. Bidadari
2 02. Dijodohkan
3 03. Sepasang Mata
4 04. Lima Ribu
5 05. Ku Terima Tantanganmu Habiba
6 06. Memantapkan Hati
7 07. Eh Kayaknya Kenal
8 08. Semoga Mendapat Jodoh Terbaik
9 09. Habiba Maaf
10 10. Fathan Reza
11 11. Pasrah Yaa Allah
12 12. Yakin diterima Habiba?
13 13. Aku Tunggu
14 14. Tertawa Berdua
15 15. Sanggupkah?
16 16. Kembali Pulang
17 17. Tinggalin Habiba
18 18. Jalan Cinta yang Macet
19 19. Baby
20 20. Lintah
21 21. Maju atau Mundur
22 22. Tanpa Penolakan
23 23. Gagal karena Kegaduhan
24 Siap Laksanakan!!
25 Amazing Bunda
26 Jiwa Seorang Qoriah
27 Voting Nikah
28 Ujian Diam Diam
29 Alhamdulillah Sah
30 Sorot Mata Penuh Cinta
31 Nyicil Skin Ship
32 suara Suara Cinta Kita
33 Pengalaman Pertama
34 Mbok Yem
35 Khumairah
36 Habintang
37 Siapa Kamu
38 Senyum Penuh Kemenangan
39 Pelakor
40 Tak Tahu Malu
41 Siap Punya Baby??
42 Pujangga
43 Bruce Lee
44 Mesum
45 Biru biru
46 Peringatan Keras
47 Uhibbuki Fillah
48 Drama Pagi
49 Menahan Sakit
50 Dede buat Mommy Cemburu
51 Lamaran Rado
52 Marahnya Habiba
53 Mencintaimu Habiba
54 Rindu
55 Resah
56 Harga Diri Laki Laki
57 Love Is Habiba
58 Menundukkan Tanpa Harus Memgalahkan
59 Kalah Jurus
60 Double Manten
61 Mengambil Alih Duniaku
62 Merubah Hidupku
63 NgeMALL
64 Sentuhan Kecil
65 Cintaku Bukanlah Keegoisan
66 Pernikahan Mentari 1
67 Pernikahan Mentari
68 Rado Bau Asem
69 Godaan Bintang
70 Baper Karena Kamu
71 Masalah Rumah Tangga
72 Kamu Menyebalkan
Episodes

Updated 72 Episodes

1
01. Bidadari
2
02. Dijodohkan
3
03. Sepasang Mata
4
04. Lima Ribu
5
05. Ku Terima Tantanganmu Habiba
6
06. Memantapkan Hati
7
07. Eh Kayaknya Kenal
8
08. Semoga Mendapat Jodoh Terbaik
9
09. Habiba Maaf
10
10. Fathan Reza
11
11. Pasrah Yaa Allah
12
12. Yakin diterima Habiba?
13
13. Aku Tunggu
14
14. Tertawa Berdua
15
15. Sanggupkah?
16
16. Kembali Pulang
17
17. Tinggalin Habiba
18
18. Jalan Cinta yang Macet
19
19. Baby
20
20. Lintah
21
21. Maju atau Mundur
22
22. Tanpa Penolakan
23
23. Gagal karena Kegaduhan
24
Siap Laksanakan!!
25
Amazing Bunda
26
Jiwa Seorang Qoriah
27
Voting Nikah
28
Ujian Diam Diam
29
Alhamdulillah Sah
30
Sorot Mata Penuh Cinta
31
Nyicil Skin Ship
32
suara Suara Cinta Kita
33
Pengalaman Pertama
34
Mbok Yem
35
Khumairah
36
Habintang
37
Siapa Kamu
38
Senyum Penuh Kemenangan
39
Pelakor
40
Tak Tahu Malu
41
Siap Punya Baby??
42
Pujangga
43
Bruce Lee
44
Mesum
45
Biru biru
46
Peringatan Keras
47
Uhibbuki Fillah
48
Drama Pagi
49
Menahan Sakit
50
Dede buat Mommy Cemburu
51
Lamaran Rado
52
Marahnya Habiba
53
Mencintaimu Habiba
54
Rindu
55
Resah
56
Harga Diri Laki Laki
57
Love Is Habiba
58
Menundukkan Tanpa Harus Memgalahkan
59
Kalah Jurus
60
Double Manten
61
Mengambil Alih Duniaku
62
Merubah Hidupku
63
NgeMALL
64
Sentuhan Kecil
65
Cintaku Bukanlah Keegoisan
66
Pernikahan Mentari 1
67
Pernikahan Mentari
68
Rado Bau Asem
69
Godaan Bintang
70
Baper Karena Kamu
71
Masalah Rumah Tangga
72
Kamu Menyebalkan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!